"Rudi, bagaimana penjualan produk kita?" Dela bertanya kepada manajer penjualan yang baru saja berjalan masuk.Rudi menggelengkan kepala dengan lesu, lalu mencari tempat duduk dan berkata, "Manajer, tadi aku pergi ke toko besar untuk melihat dan memang penjualan produk kita sangat buruk!""Kalau begitu kita harus cari cara untuk menaruh lebih banyak iklan di toko besar!""Semuanya melakukan seperti itu tapi masih tidak bisa menonjolkan produk kita. Hal yang terpenting adalah kurangnya keunggulan dari produk kita. Harus ada keunikan dari produk kita!" ujar Rudi sambil menggeleng."Lalu bagaimana? Kalau tidak panggil semua anggota bagian penjualan, kita adakan rapat mendadak!" ujar Dela segera."Oke Manajer, aku hubungi mereka sekarang!" Rudi lalu berjalan keluar ruangan.Dela yang sudah kembali duduk menguap lalu mengedipkan mata karena ingin membuat dirinya lebih terjaga. Tapi tanpa sadar dia tetap tidak bisa menahan rasa lelahnya yang datang terus-menerus.Melihat rasa lelah yang ter
Selama ini Fredy selalu merasa dirinya adalah seorang bos yang baik jadi, tidak mungkin bisa marah tanpa sebab di depan karyawannya, "Kenapa kalian terlihat sangat ketakutan, seperti aku adalah seorang monster yang tidak bisa diajak berkompromi.""Tidak, tidak!" jawab sekretaris dengan terbata-bata.Fredy menghela napas lalu menggelng, "Sikapmu ini tidak menunjukkan kalau semuanya baik-baik saja! Sekretaris Lili coba jujur saja, apakah belakangan ini aku memang begitu menakutkan?"Sekretaris Lili menatap Fredy lama dan ekspresi wajahnya terlihat sangat sulit, lalu karena desakan terus-menerus dari Fredy dia akhirnya mengangguk."Sudahlah, jangan persulit sekretaris Lili lagi! Tanyakan saja padaku!" Brian yang masuk tanpa mengetuk pintu terlihat sangat santai, seperti masuk ke ruangannya sendiri.Sekretaris Lili yang melihat kedatangan Brian langsung merasa dewa penolongnya sudah datang, dia segera berkata, "Aku pergi buatkan kopi untuk Presdir Loy." Setelah itu dia langsung kabur dari
"Putriku, pihak bank mendesakku lagi untuk membayar pinjaman. Cepat pikirkan cara!" David dengan panik meminta bantuan dari putrinya, terakhir kali Dela dengan mudah bisa mendapatkan 100 miliar seharusnya sekarang juga tidak sulit."Sekarang aku juga tidak ada cara lain lagi! Ayah coba desak uang yang terutang di luar!" Dela dengan kesal membaca buku keuangan perusahaan ayahnya, kenapa tidak ada uang tersisa lagi."Uang di luar juga tidak banyak dan sulit ditagih, mereka yang melakukan bisnis makanan biasanya memberi produk terlebih dulu baru bisa mendapatkan uang. Putriku, bagaimana kalau kamu cari temanmu yg dulu itu?"Dela segera menggeleng dan berkata dengan suara rendah, "Aku tidak kenal begitu dekat dengannya, tidak bisa meminjam lagi! Ayah, sekarang yang terpenting seharusnya mendesak utang di luar.""Jumlah penjualan sangat buruk, kalau didesak terus yang kembali hanya produk!" ujar David sambil menghela napas, "Putriku kalau tidak kamu cari Fredy untuk membantu kita. Kalian j
Kedua kontrak itu berisi tentang pembelian produk dalam jumlah besar, bisa dikatakan ini adalah kontrak yang tidak pernah diterima oleh Perusahaan Amanda, lalu 40% pembayaran di muka dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Perusahaan Amanda.Dela membaca kontrak itu dengan mata membelalak dan tangan gemetaran, dia sangat takut salah baca 1 huruf saja. Tapi kontrak ini sama sekali tidak ada untungnya untuk Fredy, karena itu Dela tidak bisa menahan rasa penasarannya mengapa Fredy bisa memperlakukannya dengan begitu baik.Lima menit kemudian, Dela meletakkan kontrak dan menatap Fredy, "Benar-benar untukku? Kamu yakin dengan isi dari kontrak?""Tentu saja!" jawab Fredy dengan ekspresi lembut."Kenapa? Aku tidak percaya kamu bisa sebaik ini padaku! Kamu pasti menyimpan niat buruk dibalik kebaikan ini."Fredy tertawa terbahak melihat Dela yang bersikap waspada, "Dela kamu tidak bodoh juga ya? Bisa mengerti kalau tidak ada orang yang bisa bersikap baik padamu tanpa imbalan?"Ucapan Fr
Cahaya lampu warna-warni terpantul melalui jendela ke dalam ruangan yang gelap, membuat orang di dalam terlihat besar.Fredy akhirnya sudah terpuaskan hasratnya meluncur turun dari tubuh Dela dan bergerak ke samping sambil terengah-engah.Dela sendiri sudah tertidur karena kelelahan akibat meledaknya kekuatan Fredy sebelumnya.Penyerahan diri Dela yang tanpa disengaja sudah memuaskan keinginan terbesar Fredy, jari Fredy menyentuh tubuh halus Dela seperti sedang memainkan piano."Tidak, aku tidak mau lagi," teriak Dela seperti kerasukan, "Jangan lagi!""Haha," Fredy tersenyum senang lalu memperlihatkan senyum sombong yang terus meningkat.Diiringi dengan suara tawa Fredy yang dalam, Dela yang ketakutan perlahan menenangkan diri dan mengatur napasnya. Dia lalu mengumpulkan tenaganya untuk bangkit dan bersiap memakai pakaiannya."Istirahatlah sebentar lagi lalu kita pergi makan malam!" perintah Fredy di belakang Dela."Tidak perlu repot-repot! Aku masih ada urusan lain!""Urusan apalagi
Angel menghilang. Keluarga Wijaya menggerakan seluruh koneksi untuk mencarinya selama 3 hari tapi masih tidak ada petunjuk. Tidak peduli bagaimanapun juga, Dela sebagai menantu keluarga Wijaya juga khawatir pada adik ipar yang lebih tua 3 tahun darinya ini.Pada jam 12 tengah malam, Fredy berjalan masuk ke rumah dengan ekspresi masam. Angel tidak mungkin pergi dari rumah tanpa sebab, dia terus memikirkan ucapan perawat Angel malam ini.Perawat memberitahu Fredy bahwa selama 3 tahun pernikahan Angel dan Darwin menikah, mereka tidur dalam satu kamar hanya pada saat malam pernikahan saja, sejak saat itu mereka terus tidur terpisah. Lalu Darwin yang sebagai ahli bedah terkenal itu juga jarang pulang ke rumah.Sialan, sebagai sesama pria Fredy tentu saja tahu apa artinya kalau pria tidak pulang ke rumah. Mungkin saja sedang sibuk bekerja tapi kebanyakan karena sibuk dengan wanita!Sebagai pria dewasa bagaimana mungkin bisa menahan diri selama 3 tahun? Kecuali kalau tubuhnya memiliki penyak
Ucapan Fredy ini akhirnya membuat Dela merasa lega. Untung saja dia masih percaya kalau Dela tidak ada hubungan apa pun dengan Darwin! Pada saat bersamaan, Dela juga menenangkan emosinya."Naiklah, sekarang aku butuh kamu!" Fredy menepuk punggung Dela mengisyaratkan dia untuk naik.Untuk sesaat Dela tercengang kebingungan menatap Fredy, "Bukankah kamu sedang marah padaku?""Hehe." Fredy tertawa sombong seperti biasanya lalu menekan pipi Dela, "Tapi itu bukan berarti harus menunda keinginanku padamu. Seharusnya kamu merasa bersyukur karena bagaimanapun juga aku masih suka dengan tubuhmu!""Tidak tahu wajahmu ini merah karena emosi atau karena malu."Setelah itu Fredy berbisik lagi di telinga Dela, "Besok sore aku akan berangkat ke Los Angeles dan akan pulang setengah bulan kemudian!"Dela mengira dirinya salah dengar, apakah Fredy sedang memberitahu Dela tujuan kepergiannya? Bahkan dari nada bicaranya terdengar sedikit tidak rela? Sebelumnya Fredy langsung pergi dan tidak kembali untuk
Dela langsung menjawab, "Halo." "Halo kakak ipar, aku tidak mengganggumu bekerja'kan?" suara Darwin yang sopan dan rendah terdengar dari telepon, tidak sulit untuk bisa mendengar ada nada kesedihan dalam suaranya. "Apa ada kabar dari Angel?" Darwin tertawa suram, "Kalau ada aku pasti akan beri tahu kamu dengan senang! Tapi sudah beberapa hari masih tidak ada kabar juga!" "Aku bisa mengerti perasaanmu, aku juga sangat panik. Asalkan tidak mendengar kabar buruk maka itu artinya semua baik-baik saja!" hibur Dela. "Lebih baik dia diculik saja, setidaknya aku bisa membawanya pulang kembali dengan uang!" Darwin menghela napas panjang, "Apakah kakak ipar ada waktu setelah pulang kerja nanti?" "Maaf, belakangan ini perusahaan sudah tanda tangan beberapa proyek, produk yang diminta harus segera dikirim. Takutnya aku akan lembur malam ini!" Dela berbohong dengan tidak enak hati, Fredy sangat peduli terhadap hal ini jadi lebih baik dia menghindar membuat masalah saja, "Maaf sekali." "Tidak