Share

Prasangka Ayah

Aku pura-pura tak mendengar pertanyaannya. Dia menanyakan soal suami. Lebih baik aku pura-pura tidur saja. Toh, bukan kewajibanku menjawab pertanyaannya.

"Lita ... Lit? Kamu tidur ya?" tanyanya.

Aku tetap pura-pura tertidur, kepala kupalingkan ke arah jendela bus. Semoga Mas Andi ini nggak banyak bicara lagi. Capek juga meladeninya ngobrol.

Tak terasa sudah sampai terminal. Aku langsung memesan ojeg.

"Nggak apa-apa ini, Mbak? Mbaknya lagi hamil besar kan?" kata tukang ojeg.

Aku pun jadi ragu. Biasanya aku santai aja naik ojeg dari terminal ke rumah ibu. Tapi tiba-tiba, Mas Andi datang.

"Maaf, Pak. Dia bareng saya aja naik mobil." Mas Andi menunjuk ke mobil yang menjemputnya.

Aku tadinya menolak, tapi tukang ojek pun mendukung.

"Iya sih, daripada nanti jatuh kalau naik ojeg," ucapnya.

"Ya udah, yuk, Lita!" Ia membawakan tasku. Mau tak mau aku mengikutinya.

Ternyata Mas Andi dijemput mobil mewah. Memang dulu dia anak kepala desa. Jadi lumayan terkenal. Tapi, kenapa dia malah naik bus,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status