Share

Bab 05 - Pasangan

Hari berganti. Siang itu, Hisyam dan teman-temannya telah berada di kereta yang akan mengantarkan mereka menuju London.

Sepanjang perjalanan, Utari lebih banyak diam. Pikirannya berkelana pada saat dirinya dan Kiano masih menjalin hubungan kasih. Betapa Utari sangat mencintai pria yang merupakan kekasih pertamanya.

Sepasang mata bermanik cokelat itu mengabut, kala Utari teringat kenangan terindahnya bersama Kiano, hanya selang sebulan sebelum pria tersebut berpamitan untuk kembali ke Singapura.

Pada awalnya Utari tidak terlalu curiga ketika menemukan banyak percakapan pesan Kiano dan Avariella, kerabat pria tersebut dari pihak ayahnya. Namun, malam itu Utari benar-benar penasaran karena Avariella jelas-jelas mengucapkan kerinduannya pada Kiano, lengkap dengan stiker peluk dan cium.

Kendatipun Utari punya beberapa sahabat dan kerabat laki-laki, tetapi dia tidak pernah mengungkapkan kerinduan dengan berbagai stiker yang menunjukkan kemesraan, lebih dari sekadar kerabat.

Utari hendak menanyakan hal itu pada Kiano, tetapi diurungkannya. Putri bungsu keluarga Dewawarman memiliki rencana lain untuk mengetahui hal yang sebenarnya terjadi antara Kiano dan Avariella.

Utari mengajak kedua ajudan perempuan keluarganya untuk berangkat ke Singapura. Dia beralasan hendak berlibur singkat selama tiga hari, hingga diizinkan Sulistiana dan Heru. Padahal Utari sedang menjalankan misi rahasia.

Intuisi Utari ternyata tepat. Dia memergoki Kiano dan Avariella tengah berduaan di apartemen lelaki tersebut. Emosi Utari memuncak, kala Kiano membentaknya karena dimaki sang gadis.

Perempuan berbibir penuh menampar kekasihnya. Namun, Avariella balas menampat Utari sambil memakinya sebagai perempuan perebut tunangannya.

Utari yang hendak membalas memukuli Avariella, ditahan Fatma. Sedangkan Dahlia berkelahi dengan Kiano yang ingin mendorong ketiga perempuan keluar unitnya.

Avariella terus mengoceh mengatasi Utari. Dahlia akhirnya berhasil menjatuhkan Kiano dan memaksa pria tersebut untuk menjelaskan segala sesuatunya.

Utari benar-benar tidak percaya ketika Kiano menceritakan bahwa dirinya dan Avariella telah bertunangan, demi memenuhi permintaan kakeknya yang menginginkan mereka menikah.

Akan tetapi, sebetulnya Kiano masih mencintai Utari. Sebab itulah dia kembali menjalin kasih dengan gadis itu, sambil memikirkan cara untuk membatalkan pertunangannya dengan Avariella.

Kedua perempuan yang sama-sama marah, akhirnya memukuli Kiano. Dahlia dan Fatma menarik Nona mereka hingga berhasil menjauhi pria yang tengah sibuk menghindari tinjuan Avariella.

Kedua ajudan memaksa Utari untuk keluar dari tempat itu dan bergegas menuju lantai terbawah. Fatma mencegat taksi yang baru saja menurunkan penumpang di depan pintu lobi utama. Kemudian mereka menaiki taksi yang segera menjauh.

Utari yang benar-benar syok akhirnya terkena serangan panik. Dia kesulitan bernapas hingga akhirnya pingsan. Dahlia meminta sopir taksi untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit terdekat.

Panggilan Hisyam dari kursi sisi kiri, memutus lamunan Utari. Dia menoleh tanpa menduga jika lelehan bulir bening di sudut matanya belum diseka.

Hisyam tertegun menyaksikan sang nona menangis. Dia mengarahkan telunjuk ke dekat matanya, untuk memberi kode pada Utari. Gadis berhidung bangir tergemap, kemudian cepat-cepat mengusap sisa air matanya dengan tisu.

Hisyam menunjuk ke belakang, kemudian dia berdiri dan berpindah ke kursi paling ujung yang kebetulan kosong. Utari menyusul sembari merapikan rambutnya dengan jemari. Dia duduk di samping kanan Hisyam yang segera menunjukkan ponselnya.

"Kata Nurhan, ada yang nyariin kamu ke kantor," tutur Hisyam.

Utari membulatkan matanya. "Ihh! Pasti si kampret itu!" desisnya seusai membaca pesan dari rekan Hisyam.

"Kampret siapa?"

"Kiano."

Hisyam mengerutkan dahi. "Kok, dia bisa tahu kalau kamu di London?"

Utari mengangkat bahunya. "Entahlah, Bang. Aku juga nggak paham."

"Apa dia ada menghubungimu?"

"Hu um. Dua malam lalu."

Hisyam manggut-manggut. "Pantas saja, dua hari terakhir kamu jadi pendiam."

Utari mendengkus pelan. "Dia bilang, mau ketemu aku buat ngejelasin sesuatu. Mana pakai bilang masih cinta ke aku. Pret!" geramnya.

"Lalu?"

"Aku tutup teleponnya. Dia nelepon beberapa kali, akhirnya kublokir nomor barunya."

Hisyam mengulum senyuman. "Kalau dia beneran masih cinta, gimana?"

"Bukan urusanku."

"Kamu nggak mau kembali ke dia?"

"Enggaklah. Aku sudah berusaha untuk move on selama tiga bulan terakhir. Ngapain juga balik ke dia? Kayak nggak ada cowok lain aja."

"Good, aku suka keputusanmu. Aku bakal dukung agar kamu bisa menemukan cinta sejati."

Utari meringis. "Belum kepikiran tentang itu, Bang. Aku mau memastikan luka di hati sudah sembuh. Baru memasang iklan mencari suami."

"Pasang iklan?"

"Hu um. Kayak ikut kencan buta, gitu. Kali beneran ketemu jodoh."

Hisyam terkekeh mendengar penuturan Utari yang hanya mengulum senyuman. Setelah tawanya menghilang, Hisyam mengamati perempuan yang balas menatapnya saksama.

"Nanti kita sama-sama kencan buta. Jadi, aku bisa ngawal kamu," ungkap Hisyam.

"Kayaknya Abang cuma pengen ngintilin aku, deh," ledek Utari.

"Ehh, ketahuan!"

Utari terbahak, sementara Hisyam tersenyum lebar. Keduanya kembali saling menatap, sebelum sama-sama mengalihkan pandangan ke arah berbeda.

Fatma dan Irfan yang sejak tadi mengamati interaksi antara senior mereka beserta sang nona, beradu pandang sembari mengulum senyuman. Kedua ajudan muda sama-sama menduga jika Hisyam tengah pendekatan dengan Utari.

Baik Fatma maupun Irfan, sangat setuju jika sang senior dan Nona muda Dewawarman menjalin kasih. Sebab, mereka meyakini, jika Hisyam sanggup menyembuhkan luka di hati Utari.

***

Kiano jalan mondar-mandir sepanjang kamar hotel yang ditempatinya bersama ketiga sahabat. Kiano gelisah karena belum berhasil menemui Utari. Padahal dia sudah berulang kali mendatangi kantor PG, tetapi gadis itu tetap tidak bisa dijumpai.

Pintu kamar terbuka dan ketiga laki-laki berbeda tampilan memasuki ruangan. Mereka membawa kantung kertas berisikan barang belanjaan. Setelah meletakkan kantung ke meja, ketiganya membongkar isinya buat mencari kotak makanan dan minuman kaleng.

Kiano menerima bagiannya, lalu duduk di kursi tunggal. Pria berkaus hitam membuka tutup wadah makanan, lalu mengaduk-aduk mi goreng khas Chinese yang tadi dipesannya.

"Aku besok sudah harus berangkat ke Belgia," tutur Brandon, pria keturunan Cina yang berada di sofa panjang bersama Ghaisan.

"Pergilah, aku masih tetap di sini," sahut Kiano di sela-sela mengunyah.

"Aku juga mesti ke Italia. Kakakku sudah ribut, karena aku nggak nyampe-nyampe," terang Ghaisan.

"Hu um. Aku nggak apa-apa sendirian di sini," papar Kiano.

"Aku bakal nemenin kamu, Kian," sela Dandi, yang berada di kursi terdekat dengan televisi.

"Enggak usah. Kamu lanjut aja ke Belanda," tolak Kiano.

Dandi menggeleng. "Urusanku bisa diwakilkan ke staf kantor di sana."

"Nanti papamu ngomel lagi."

"Enggaklah. Karena aku sudah mengatur siasat agar Papa nggak tahu kalau aku nggak berangkat ke sana."

"Jangan cari masalah, Di. Entar kamu dipingit lagi di Bogor," seloroh Brandon.

"Papa sudah capek marah-marah ke aku. Percuma, mental semua," ungkap Dandi.

"Kalau aku jadi papamu, bakal langsung ditutup rekeningmu," kelakar Ghaisan.

"Habis itu Dandi merengek," canda Brandon.

"Demikian pula dengan Ibu peri," imbuh Ghaisan, sebelum dia tertawa bersama Brandon.

"Aku salut sama Ibu peri. Padahal Dandi anak sambung, tapi sayangnya luar biasa," cetus Kiano.

"Ibu adalah sahabat almarhumah mamaku. Dari aku kecil, sudah biasa diasuh beliau. Makanya aku nggak protes waktu Papa menikahi Ibu, setahun setelah Mama wafat," terang Dandi.

"Ya, aku paham. Makanya aku salut sama beliau. Sama sekali tidak membedakan kasih sayangnya padamu dan kedua anak kandung."

"Kupikir, mungkin itu yang menjadi pertimbangan Papa saat memutuskan untuk menikahi Ibu. Padahal banyak perempuan lain yang pengen jadi istrinya, tapi Papa memilih Ibu."

"Namanya cinta, kita nggak bisa nentuin berlabuh pada siapa." Kiano terdiam sejenak, kemudian dia melanjutkan ucapan. "Seperti yang aku rasakan sekarang. Cinta pada Tari sulit sekali dipadamkan. Padahal aku sudah berusaha mencintai Avariella, tapi tetap gagal."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
aduuuh Abang lagi mode apa nih PDKT atau cuman menghibur heheheh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status