Share

Bab 06 - Dijodohkan

 Langit siang perlahan meredup. Udara malam kian sejuk karena angin yang berembus kencang. Hingga banyak orang memutuskan untuk berlindung di dalam rumah, ataupun mengenakan pakaian tebal karena terpaksa berada di luar bangunan.

Utari memasuki mobil yang telah dinyalakan mesinnya oleh sang sopir. Dia memasang sabuk pengaman, kemudian memandangi area depan mobil.

Hisyam melajukan mobil MPV putih dengan kecepatan sedang. Dia memfokuskan pandangan ke depan untuk memastikan tidak ada hewan yang melintas di jalanan.

Lokasi rumah khusus tim PBK dan PG berada di pinggir Kota London. Sudah sering para pengendara harus mengerem tiba-tiba akibat ada hewan yang menyeberang tanpa peduli dengan situasi.

Hisyam pernah nyaris menabrak anak anjing yang tengah mengejar induknya. Untungnya dia sigap mengerem hingga tidak menubruk binatang kecil yang segera menjauh.

"Bang, dapat salam dari Zaara dan Malanaya," ujar Utari seusai membaca pesan dari kedua sahabatnya di grup khusus mereka bertiga.

"Waalaikumsalam. Kangen aku sama mereka," balas Hisyam.

"Enggak kangen sama Teh Edelweiss?"

"Itu pasti. Pacar abadiku itu."

"Aku salut sama kalian. Bisa menjalin hubungan batin yang kokoh. Padahal Teteh El sudah punya suami."

"Pak Dante tahu, jika aku menyayangi istrinya seperti adikku. Bukan sayang laki-laki ke perempuan."

"Ya, karena itu Koko nggak cemburu ke Abang."

"Kadang dia cemburu juga. Tapi kucuekin aja."

"Cemburunya kayak gimana?"

"Pak Dante bakal langsung nelepon dan minta aku putuskan hubungan dengan istrinya. Kujawab, Bapak lagi kesambet? Akhirnya ketawa lagi dia."

Utari tertawa, kemudian dia cepat-cepat menghentikan gelakaknya. "Lucu itu Koko. Gayanya sok cool, tapi aslinya manja banget."

"Begitulah. Dia juga nggak peduli sekitar. Kalau lagi pengen, bakal langsung nyiumin istrinya di depan pegawai. Habis itu dia maksa Teh El ke kamar. Bikin aku senewen."

Utari terbahak dan memancing Hisyam melakukan hal serupa. Keduanya baru berhenti tertawa ketika sudah hampir sampai di tempat tujuan.

Seusai Hisyam menghentikan mobil di tempat parkir, keduanya turun dari kendaraan sambil membawa tas kain masing-masing.

Tiba-tiba Utari terpeleset akibat jalanan licin yang tergenang air. Hisyam sigap memegangi rekannya, kemudian dia membantu Utari menepi.

"Kamu melamun lagi," keluh Hisyam sambil memandangi gadis berjaket panjang abu-abu muda.

"Ehm, nggak," sanggah Utari.

"Itu bisa tisoledad, padahal genangan airnya bisa dihindari."

"Aku ...."

Utari tidak jadi melanjutkan perkataan karena namanya dipanggil seseorang yang baru turun dari mobil sedan di sisi kanan tempat parkir.

Kala pria itu dan seorang temannya mendekat, Utari spontan mengaitkan tangannya ke lengan kiri Hisyam yang sempat bingung menyaksikan tingkah sang gadis.

"Bang, itu Kiano," cicit Utari.

"Oh, ternyata itu orangnya," sahut Hisyam.

"Abang bantuin aku, ya."

"Gimana?'

"Kita berlakon sebagai pasangan kekasih. Aku akan bilang kalau Abang adalah orang yang dijodohkan Ibu denganku."

Hisyam hendak membantah, tetapi diurungkan karena Kiano dan rekannya telanjur tiba di depannya. Hisyam spontan menegakkan badan sambil membusungkan dada. Gaya andalannya jika hendak mengintimidasi orang.

Kiano memandangi kedua orang di hadapannya dengan saksama. Dia mengamati lelaki berkulit kecokelatan yang sedang digandeng Utari. Rasa cemburunya mencuat dan menyebabkan Kiano tidak menyukai pria berjaket kulit hitam tersebut.

"Aku mencarimu ke kantor, Tari. Tapi kamunya nggak ada," ungkap Kiano sambil memandangi perempuan yang masih disayanginya dengan sorot mata penuh kerinduan.

"Buat apa mencariku?" tanya Utari.

"Kita harus bicara, berdua saja."

Utari menggeleng. "Seperti yang kukatakan tempo hari lewat telepon, tidak ada yang harus kita bicarakan lagi."

"Aku sudah memutuskan pertunangan dengan Avariella."

"Aku tidak peduli."

"Aku juga sudah menjelaskan semuanya pada Kakek dan keluargaku. Mereka ingin bertemu denganmu dan tentu saja keluargamu."

"Ngapain harus ketemu dengan kami?"

"Aku sudah meminta mereka untuk melamarkanmu."

Utari terkesiap sesaat, kemudian dia menoleh ke kanan dan beradu pandang dengan Hisyam. "Sorry, tapi aku sudah menerima perjodohan dengan Abang. Dan kami akan segera menikah."

Kiano membulatkan matanya. "Bukannya dulu kamu menolak dijodohkan?"

"Itu karena aku belum tahu jika Abang adalah orang yang baik, setia dan sangat bertanggung jawab. Aku pindah ke sini sebagai upaya untuk lebih dekat dengannya. Dan, ternyata aku benar-benar menyayanginya."

Hisyam menyunggingkan senyuman. Dia takjub dengan drama yang dilakukan dengan baik oleh Utari. Hisyam membalas perkataan gadis tersebut dengan melepaskan pegangan, lalu menggeser tangannya untuk mendekap pundak Utari dari samping.

Sang gadis menengadah karena Hisyam lebih tinggi darinya. Mereka sama-sama tersenyum, lalu Utari memindahkan tangannya untuk melingkari pinggang Hisyam.

"Maaf, tapi kami harus buru-buru berbelanja. Permisi," tukas Hisyam.

"Aku belum selesai bicara dengan Tari!" desis Kiano.

"Dia tadi sudah menegaskan tentang hubungan kami. Jadi, lebih baik kamu menyingkir dan pergi jauh dari sini. Bila tidak, jangan salahkan jika aku melakukan tindakan preventif untuk melindungi calon istriku."

"Jangan sombong dulu, Bung. Aku yakin jika kamu hanya pelarian bagi Tari."

"Enggak masalah. Sebentar lagi kami akan menikah dan dia akan jadi milikku. Tidak akan ada kesempatan buatmu untuk menggapainya lagi, karena aku akan benar-benar menjaga milikku dari orang licik sepertimu."

"Aku tidak licik!"

"Begitu? Berarti aku keliru karena ternyata kamu bukan licik, tetapi nggak tahu diri. Sudah jelas-jelas salah, menjadikan Tari ban serep, padahal kamu juga membagi hati ke perempuan lain. Kemaruk!"

Kiano maju dan hendak meninju Hisyam, tetapi sang pengawal lebih dulu bergerak menendangi lawannya. Kiano tidak sempat menjerit ketika kepalanya dtendangi Hisyam dari samping, dengan kencang.

Dunia Kiano mendadak berkunang-kunang. Dia limbung dan nyaris jatuh, sebelum Dandi cepat-cepat menangkapnya. Hisyam mengarahkan Utari kembali ke mobil. Keduanya memasuki kendaraan, lalu Hisyam segera mengemudikan mobilnya menjauhi area tersebut.

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
mantap lah Abang jangan kasih kendor modelan Kiano
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status