Share

Jaring Cinta Sang Bodyguard
Jaring Cinta Sang Bodyguard
Author: Olivia Yoyet

Bab 01 - Uut

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Awas!" seru seorang pria bersweter abu-abu, sambil menarik orang di depannya.

Pekikan orang-orang yang berada di tepi jalan raya Kota London, mengiringi gerakan cepat Hisyam Fayadh yang berhasil menjauhkan seorang perempuan berambut panjang, yang nyaris ditabrak mobil di perempatan itu.

"Astagfirullah!" jerit Utari Pratista Dewawarman, sembari mengusap dadanya yang berdebar-debar. "Ya, Allah," rintihnya sambil mengatur napas yang sempat tercekat.

"Non, nggak apa-apa, kan?" tanya Hisyam, pengawal lapis tiga PBK yang tengah menemani Utari jalan-jalan.

"Ehm, ya, aku nggak apa-apa," cicit Utari sembari memejamkan mata. "Lututku lemas," rengeknya.

Hisyam memindai sekitar, kemudian dia menuntun Utari ke salah satu kafe kecil di tepi jalan. Keduanya menempati kursi di meja terdepan. Pegawai kafe segera memberikan minuman pada Utari, karena dia memahami jika perempuan tersebut tengah syok.

"Non melamun," ucap Hisyam sambil memandangi Nona muda keluarga Dewawarman di kursi seberang.

Utari tidak langsung menyahut. Dia memperhatikan lokasi di mana dirinya hampir saja tertabrak mobil yang melintas. "Aku ... ehm, ya. Pikiranku sempat kacau tadi," akunya.

"Dan ini kejadian kedua kalinya sejak Nona datang ke sini minggu lalu."

Utari mendengkus pelan. "Maaf, aku merepotkan."

"Bukan ngerepotin, tapi bikin aku deg-degan."

Utari meringis karena malu. "Ya, Bang. Sorry."

"Kalau lagi jalan, usahakan jangan melamun. Untung tadi sopirnya sempat ngerem. Kalau nggak, Non pasti sudah terpelanting."

"Hmm, ya." Utari menatap lelaki berparas manis yang balas memandanginya saksama. "Makasih. Lagi-lagi Abang jadi penolongku," ungkapnya.

"Sudah kewajibanku menjaga Nona."

"Abang kenapa masih manggil aku Nona?"

"Lidahku sudah terbiasa nyebut itu."

"Aku yang kagok, karena ajudanku nggak ada yang manggil Nona."

"Lalu, dipanggil apa?"

"Kakak."

"Bukan Mbak?"

"Itu panggilan buat Mbak Sekar."

Hisyam manggut-manggut. "Jadi, aku panggil Kakak juga."

"Ehh, nggak usah. Panggil nama aja."

"Enggak sopan itu. Aku, kan, ajudan."

"Tapi, Abang lebih tua dariku. Jadi, boleh panggil nama. Kayak Bang Yusuf, Bang Aditya dan Bang Sanjaya, mereka manggil aku, Tari. Sama kayak teman-teman dan keluarga."

"Pak Heru, Bu Sekar dan Mas Aric, ngizinin, ya?"

"Hu um. Enggak apa-apa, kok. Kita cuma beda pekerjaan."

"Tapi, Non dari keluarga bos. Jelas kita beda status."

"Yang kaya itu, orang tuaku, Bang. Aku cuma numpang hidup. Rumah pribadi juga nggak punya. Aku pun masih menggantungkan diri dari gaji sebagai pegawai di perusahaan keluarga."

Percakapan tersebut terjeda karena pegawai kafe menanyakan kondisi Utari. Gadis berparas manis menjelaskan bila dirinya sudah lebih tenang. Utari juga tidak lupa mengucapkan terima kasih. Kemudian dia meminta daftar menu yang segera diberikan sang pegawai.

"Abang, mau pesan apa?" tanya Utari sambil meneliti deretan menu berbahasa Inggris.

"Aku mau minum aja. Kopi dengan dua sendok gula premium," seloroh Hisyam.

"Ihh! Itu, kan, Koko Dante!"

Hisyam mengulaskan senyuman. "Ternyata Non hafal kebiasaan Papa Erlangga."

"Kan! Non lagi. Dibilangin juga, panggil Tari."

"Aku mau manggil yang beda dari yang lain."

"Apa?"

"Tista.'

"Kayak aneh dengarnya "

"Itu, kan, nama belakang Non."

"Enggak ada yang manggil aku begitu. Rata-rata nyebut Tari."

"Aku, kan, mau beda manggilnya."

"Enggak usah. Aneh banget dengarnya."

"Ehm, atau ini. Uut."

Utari melengos. "Ternyata benar kata teman-teman. Abang usil banget."

"Teman-teman yang mana?"

"Adik-adik bos PG."

"Oh, kalian sering ngomongin aku, ya?"

"Enggak sering, tapi lumayan kesebut. Terutama karena Abang dulu sempat pacaran sama Laura."

Hisyam mengusap wajahnya dengan tangan kanan. "Tolong, yang itu jangan disebut lagi."

"Kenapa? Apa karena Abang masih cinta sama dia?"

"Enggak. Sudah lewat setahun. Hatiku sudah kembali ke bentuk semula."

Utari menumpangkan dagunya ke telapak tangan kanan. "Kudengar, Laura sudah punya pacar."

"Ya, Ari ada cerita itu ke aku. Enggak apa-apa. Itu hak dia."

"Duh! Aku jadi kangen Bang Ari. Pengawal berlesung pipi favoritku."

Hisyam menyunggingkan senyuman lebar. "Kalau Yusuf dengar Non bilang gitu, dia pasti ngambek."

"Bang Yusuf memang cakep dan imut. Tapi, kalau Bang Ari senyum, langsung lenyap semua cowok di hadapanku."

Hisyam terkekeh, sedangkan Utari tersenyum. Setelah tawanya menghilang, Hisyam menarik daftar menu dari sang nona, untuk mengecek makanan yang ingin dipesannya.

***

Langit malam bertabur bintang. Bulan mempertontonkan bentuk sempurna yang memukau siapa pun yang melihatnya. Dedaunan di dahan bergoyang tertiup angin yang berembus cukup kencang dan menciptakan kesejukan.

Utari menghentikan membaca novel action yang dibawanya dari Indonesia. Dia menajamkan telinga untuk mendengarkan suara-suara dari lantai satu.

Gadis bersweter merah muda meletakkan buku ke bantal. Dia beringsut ke tepi kasur, lalu menjejakkan kaki ke sandal lembut. Utari berdiri dan jalan menuju jendela kamarnya yang menghadap ke depan rumah.

Putri bungsu keluarga Dewawarman mengintip ke bawah. Kala melihat beberapa orang tengah menyiapkan panggangan, Utari memutuskan untuk turun. Dia menyambar ponsel dari meja rias, lalu jalan keluar.

Setibanya di teras, gadis berhidung bangir mengamati beberapa laki-laki yang sedang menyiapkan berbagai makanan yang hendak dipanggang. Utari hendak mendekat, tetapi tangannya ditarik Fatma, pengawal perempuan yang menemani Utari selama di London.

"Kita di sini aja, Kak. Di sana nanti kena asap," papar Fatma.

"Ehm, aku lupa bakal nggak kuat nyium asap," sahut Utari.

"Kita duduk di sini." Fatma memindai sekitar. "Bentar, Kak. Aku ambil karpet," lanjutnya.

"Enggak usah. Lantainya bersih, kan."

"Tadi sore debu sempat naik. Aku lupa mau nyapu."

"Ambil sapu dan kain lap. Kita bersihkan sama-sama."

Kedua gadis bekerja cepat selama beberapa menit. Kemudian mereka duduk bersila sambil menyandarkan punggung ke dinding.

Para pria bergurau sambil terbahak. Utari memandangi mereka sambil mengulum senyuman. Dia teringat tingkah para pengawal di rumah Heru, Kakak tertuanya, yang juga akan bertingkah serupa seperti Hisyam dan teman-temannya.

Tanpa sadar Utari mengamati pria berkulit kecokelatan yang merupakan sahabat dari mantan ketua pengawal Dewawarman. Yusuf, Hisyam dan Jauhari dikenal semua orang yang menggunakan jasa pengamanan dari PBK, sebagai Three Cutie Bodyguard.

Kendatipun mereka berasal dari perusahaan yang berbeda, tetapi saat pendidikan dan pelatihan tingkat pertama yang diadakan PBK, ketiga lelaki tersebut langsung akrab.

Bersama Aditya, Nanang, dan para pengawal lapis tiga serta empat, Hisyam dan kedua rekannya menjadi pengawal muda andalan petinggi PBK, dan bos PG serta PC.

PBK adalah perusahaan jasa keamanan yang merupakan kesatuan dengan PB. Bila PBK menangani pengawal, PB menyediakan jasa security di Indonesia dan beberapa negara lainnya.

Pemilik kedua perusahaan tersebut adalah keluarga Pramudya dan keluarga Baltissen. Anak-anak keluarga itu bekerjasama membangun bidang bisnis baru, yang berkembang pesat hingga berhasil menembus mancanegara.

Di Eropa, anggota PBK menyebar di beberapa negara. Selain itu mereka juga diperbantukan untuk memperlancar bisnis PG, yakni perusahaan gabungan dari lima puluh pengusaha muda Indonesia.

PG yang telah lebih dulu memperluas jaringan di Eropa, mempekerjakan semua pengawal yang bertugas di London. Kantor cabang PG dipimpin oleh Adelard Diovandri, salah satu anggota PG yang telah beberapa tahun menetap di kota itu.

Sementara PBK yang berkantor di gedung yang sama dengan PG, dipimpin Mardi dan Jaka. Keduanya merupakan pengawal lapis dua PBK, sekaligus senior Hisyam dan rekan-rekannya.

Hisyam menjabat sebagai manajer operasional PG. Bersama Beni, Sudrajat dan yang lainnya, mereka bahu-membahu membantu pelaksanaan tugas PG serta PBK cabang Eropa.

Di rumah dua lantai itu, Hisyam tinggal bersama semua pengawal yang masih bujangan. Sementara Mardi, Adelard, Jaka dan istrinya, Hanania, tinggal di rumah sebelah kiri yang merupakan properti pribadi milik Marley Yudhana Pramudya, putra ketiga pengusaha Sultan Pramudya.

Pada awal pendirian PG, Marley menetap di London bersama keluarganya. Setelah Adelard menggantikan posisinya, Marley dan keluarga kembali ke Indonesia semenjak setahun silam.

Puluhan menit berlalu, Utari dan Fatma tengah menikmati hidangan ketika ponsel Utari berdering. Utari mengamati layar ponsel untuk mengecek nama penelepon. Dia seketika mengeluh saat mengetahui bila sang ibu yang telah menghubunginya.

Utari hendak mengabaikan panggilan itu. Namun, karena ponselnya tidak berhenti berbunyi, akhirnya Utari menggeser tanda hijau pada layar, lalu menyalakan pengeras suara.

Gadis berleher jenjang seketika menjengit mendengar panggilan bernada tinggi dari Sulistiana. Utari akhirnya menonaktifkan pengeras suara, lalu mengangkat ponsel dan menempelkannya ke telinga kanan.

"Waalaikumsalam," ucap Utari untuk membalas sapaan ibunya.

"Lama sekali kamu mengangkat telepon, Dek," ungkap Sulistiana dari seberang telepon.

"Aku lagi makan, Bu. Tangannya kotor, jadi nggak bisa langsung angkat hape."

Sulistiana tercenung Dia melirik jam dinding karena baru menyadari perbedaan waktu antara Indonesia dan London. "Di sana, jam berapa?" tanyanya.

"Jam tujuh lewat."

"Ehm, ya. Ibu lupa kalau di Indonesia lebih cepat waktunya."

"Ibu habis tahajud?"

"Ya, bentar lagi mau sahur."

"Kalau sedang kurang sehat, stop dulu puasa Daud-nya."

"Ibu sehat, kok. Tekanan darah, normal. Gula, standar. Pokoknya, aman."

"Syukurlah."

"Dek, kamu kapan mau pulang?"

"Belum tahu."

"Jangan lama-lama. Enggak baik anak gadis keluyuran terus."

"Aku butuh liburan, Bu. Capek kerja mulu. Lagi pula di sini aku nyambi bantu-bantu Kang Adelard."

"Dia ada di situ?"

"Ada."

"Ibu mau ngomong sebentar."

"Ehm, lagi makan dia, Bu. Enggak enak aku mau ganggu."

"Sebentar aja. Kamu pegangin ponselnya biar dia bisa terus makan."

Utari mengeluh dalam hati. Namun, dia tidak mau membantah dan memutuskan mengerjakan permintaan ibunya. Adelard mengelap tangan kanannya dengan tisu, sebelum meraih ponsel yang diulurkan Utari.

Pria berparas seperempat luar negeri mengangguk paham ketika bibir Utari komat-kamit membentuk kata-kata. Adelard berbincang dengan sopan pada Sulistiana. Dia mengiakan ucapan perempuan tua yang dikenalnya dengan baik.

"Ibu bilang, aku harus membujukmu pulang," cakap Adelard, sesaat setelah dia memutuskan panggilan telepon.

"Aku belum mau pulang," tolak Utari.

"Kamu omongin langsung ke Ibu."

"Sudah, tapi Ibu ngotot."

"Minta bantu ke Mas Heru."

Utari menggeleng. "Besok aku mau nelepon Mas Tio, biar beliau yang membujuk Ibu. Karena cuma Mas Tio yang dipercaya Ibu. Ketiga kakakku, diabaikan."

Adelard tersenyum. "Padahal, di PG, Mas Heru merupakan salah satu senior yang disegani."

"Bagi Ibu, Mas Heru tetap bocah laki-laki kesayangannya."

"Yang tidak boleh dibentak siapa pun."

"Plus nggak boleh dipelototin."

"Dan Pak Heru tetap nggak boleh naik sepeda keliling kompleks," sela Hisyam yang sejak tadi mendengarkan percakapan tersebut.

"Itu dia. Sayang banget itu sepeda mahal-mahal akhirnya cuma dipajang," ungkap Utari sembari menggeleng.

"Dimaklumi aja. Pak Heru anak pertama, pasti lebih spesial di hati Ibu," balas Hisyam.

"Paling cakep dan pintar."

"Daddy Bas pasti ngomel kalau ada yang muji Pak Heru."

"Aku heran sama dua Bapak itu. Kalau ketemu, berantem. Enggak ketemu, pada heboh nyari."

"Mereka saling mencintai," kelakar Adelard.

"Habis itu Pak Bas langsung bilang gini." Hisyam menirukan gaya khas salah satu bos kesayangannya. "Ru, jauh-jauh dariku. Aku tahu, kamu berniat jadi pebinor dan merebut istriku," terangnya yang menciptakan gelakak orang-orang di sekitar.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
annisa syifa
bang hisyaaammmm ......
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
hadir abaaaanh duh kangeeeen
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 2 - Doping

    Hisyam memandangi layar laptop yang menampilkan data unit kerja PBK yang dikirimkan Mardi melalui surel. Sang direktur operasional PBK tersebut akan selesai masa tugasnya beberapa bulan lagi, dan Hisyam yang akan menggantikan posisi Mardi. Kendatipun tahu jika tugasnya akan bertambah berat karena unit kerja PBK lebih banyak daripada PG, tetapi Hisyam yakin bisa menunaikan tugasnya dengan baik. Posisi Hisyam di PG cabang Eropa akan digantikan Rangga, Adik Wirya, direktur utama PBK dan BPAGK, tempat di mana Hisyam pernah bekerja, sebelum dipindahkan ke Eropa. Rangga saat itu menjabat manajer HRD BPAGK. Dia dipilih Tio dan lima ketua tim PG untuk memimpin kantor cabang Eropa. Kinerja bagus Rangga selama tiga tahun terakhir di BPAGK, menjadi alasan kuat dirinya diberikan tugas penting tersebut.Selain Rangga, ada beberapa pengawal muda yang akan membantunya dan Hisyam bekerja. Mereka akan bersinergi dengan beberapa perusahaan anggota PC yang berada di London, Paris dan Denhag. "Syam,

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 03 - 1000 SM

    Pekikan Utari mengejutkan orang-orang di ruang tamu rumah khusus karyawan PG dan PBK di London. Hisyam dan teman-temannya bertambah heran, karena gadis berkulit kuning langsat tersebut berjoget sambil tersenyum lebar.Penjelasan dari Fatma akhirnya bisa dipahami Hisyam. Dia mengulum senyuman menyaksikan tingkah Adik bungsu Heru, yang kentara sekali sedang berbahagia. Setelah Utari tenang, Hisyam mendatangi gadis berhidung bangir dan menyalaminya sambil mengucapkan selamat. Pria berkaus turkish terkejut ketika Utari memeluknya sembari mengucapkan terima kasih. "Terima kasih buat apa, Ri?" tanya Hisyam sambil menolak tubuh. "Abang sudah bantu aku bekerja dengan baik di sini. Hingga Mas Tio dan yang lainnya mempercayakan posisi penting itu padaku," jelas Utari sembari mundur sedikit. Dia malu karena memeluk Hisyam dengan spontan, hingga dipandangi yang lainnya. "Aku cuma berkontribusi sedikit. Selebihnya, kamu memang bagus hasil kerjanya. Aku juga terbantu banget, karena sejak ada ka

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 04 - Cadangan

    Penerbangan selama 1 jam 35 menit akhirnya usai. Setelah hampir semua penumpang turun, barulah Hisyam mengajak kelompoknya melangkah keluar pesawat. Mereka mengucapkan terima kasih pada crew pesawat yang membalas dengan seulas senyuman. Utari menggandeng Hanania. Mereka jalan mengekori langkah Hisyam, Sudrajat dan Jaka. Sedangkan Irfan dan Fatma menutup barisan. Ketujuh orang tersebut mengayunkan tungkai menyusuri lorong panjang hingga tiba di tempat pengambilan bagasi. Sebab tidak membawa koper besar, mereka tidak berhenti di sana, dan meneruskan langkah hingga tiba di depan area kedatangan. Hisyam mendatangi seorang pria asli Spanyol, yang menggunakan setelan jas hitam, dengan logo PBK di ujung kerah kiri. Lelaki berambut cepak memberi hormat yang dibalas kelima pengawal dengan hal serupa. Utari dan Hanania hanya mengangguk sopan pada ketua regu pengawal area Swiss. Seusai berbincang sesaat, pria bersetelan jas hitam yang bernama Delamo, mengajak kelompok tersebut menuju tempat

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 05 - Pasangan

    Hari berganti. Siang itu, Hisyam dan teman-temannya telah berada di kereta yang akan mengantarkan mereka menuju London. Sepanjang perjalanan, Utari lebih banyak diam. Pikirannya berkelana pada saat dirinya dan Kiano masih menjalin hubungan kasih. Betapa Utari sangat mencintai pria yang merupakan kekasih pertamanya. Sepasang mata bermanik cokelat itu mengabut, kala Utari teringat kenangan terindahnya bersama Kiano, hanya selang sebulan sebelum pria tersebut berpamitan untuk kembali ke Singapura. Pada awalnya Utari tidak terlalu curiga ketika menemukan banyak percakapan pesan Kiano dan Avariella, kerabat pria tersebut dari pihak ayahnya. Namun, malam itu Utari benar-benar penasaran karena Avariella jelas-jelas mengucapkan kerinduannya pada Kiano, lengkap dengan stiker peluk dan cium. Kendatipun Utari punya beberapa sahabat dan kerabat laki-laki, tetapi dia tidak pernah mengungkapkan kerinduan dengan berbagai stiker yang menunjukkan kemesraan, lebih dari sekadar kerabat. Utari h

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 06 - Dijodohkan

    Langit siang perlahan meredup. Udara malam kian sejuk karena angin yang berembus kencang. Hingga banyak orang memutuskan untuk berlindung di dalam rumah, ataupun mengenakan pakaian tebal karena terpaksa berada di luar bangunan.Utari memasuki mobil yang telah dinyalakan mesinnya oleh sang sopir. Dia memasang sabuk pengaman, kemudian memandangi area depan mobil.Hisyam melajukan mobil MPV putih dengan kecepatan sedang. Dia memfokuskan pandangan ke depan untuk memastikan tidak ada hewan yang melintas di jalanan.Lokasi rumah khusus tim PBK dan PG berada di pinggir Kota London. Sudah sering para pengendara harus mengerem tiba-tiba akibat ada hewan yang menyeberang tanpa peduli dengan situasi.Hisyam pernah nyaris menabrak anak anjing yang tengah mengejar induknya. Untungnya dia sigap mengerem hingga tidak menubruk binatang kecil yang segera menjauh."Bang, dapat salam dari Zaara dan Malanaya," ujar Utari seusai membaca pesan dari kedua sahabatnya di grup khusus mereka bertiga."Waalaiku

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 7 - Patah-patahin Tulangnya

    07"Harusnya jangan cuma ditendang sekali, Syam," tukas Adelard, sesaat setelah Utari selesai mengadukan peristiwa yang terjadi puluhan menit silam. "Ho oh. Mestinya, hajar itu penjahat cinta,' sahut Mardi. "Patah-patahin tulangnya, kayak yang biasa dilakukan Zulfi," imbuh Jaka. "Gunakan wushu secara maksimal," papar Sudrajat. "Kalau perlu, dielus lehernya pakai belati, kayak yang Bang Wirya lakuin dulu," cetus Beni. "Stop!" desis Hanania. "Usul kalian nggak ada yang benar!" omelnya. "Tapi, cowok itu memang harus dihajar, Kak. Aku masih belum puas lihat dia dipukulin Kak Dahlia, dulu," ungkap Fatma. "Jangankan kamu, Fa, aku juga masih geram pengen mukulin dia, sekaligus menampar pacarnya itu," sela Utari. "Bisa-bisanya dia ngatain aku perebut tunangannya. Padahal aku nggak tahu kalau si piano rusak itu sudah bertunangan. Kalau tahu, nggak mungkin aku bertahan jadi kekasihnya!" sungutnya. "Coba kalian tenang dulu. Kita fokus ke masalah tadi," tutur Hanania sambil mengarahkan pa

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 08 - Babak Belur

    Ketegangan di pundak Hisyam perlahan berkurang. Tiga hari terlewati semenjak dirinya bertengkar dengan Kiano, tetapi pria itu tidak ada tanda-tanda telah melaporkan Hisyam ke polisi. Wakil dari pengacara PG dan PBK telah mencari informasi dari kantor polisi terdekat dengan tempat kejadian perkara. Namun, tidak ada seorang pun yang menyebarkan informasi perdebatan yang diakhiri dengan adu kekuatan oleh kedua pria, di area parkir depan supermarket. Siang itu, Hisyam dan Mardi tiba di kantor klien tepat jam 2 siang. Mereka bergegas menuju ruang rapat di lantai 9, di mana para petinggi beberapa perusahaan telah menunggu.Sesampainya di sana, kedua pria bersetelan jas hitam kompak menegakkan badan dan memberi hormat. Kemudian mereka menyalami kedelapan orang dalam ruangan, lalu bersiap-siap memulai presentasi. Mardi memulai pidatonya dengan menyapa CEO Harding Grup dengan bahasa Spanyol yang fasih. Nigel Hiraldo membalas dengan bahasa serupa. Dia senang karena makin banyak rekan bisnis

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 9 - Perisai

    Jalinan waktu terus bergulir. Mardi, Jaka, Hanania, Sudrajat, dan Adelard mulai mengemasi barang-barang mereka. Yang tidak digunakan dalam waktu dekat, dikirim ke Indonesia menggunakan jasa pengiriman kargo. Irfan dan Nurhan akan bertahan sampai tiga bulan ke depan, sesuai instruksi dari Wirya. Selain itu, keduanya diharapkan untuk melatih keempat pengawal muda yang menjadi anggota tim baru. Utari begitu senang untuk bertemu dengan Kakak tertua. Dia jadi lebih sering mengecek kalender dan menghitung hari pertemuan dengan Heru. Meskipun hanya seorang Kakak yang datang, Utari sudah sangat bahagia dijenguk keluarganya. Tibalah waktu yang ditunggu-tunggu. Siang itu Utari ikut Hisyam dan Beni yang bertugas menjemput kelompok belasan orang. Mereka menumpang di bus berukuran kecil yang disediakan hotel tempat para bos akan menginap. Sepanjang jalan menuju bandara, Utari tidak henti-hentinya berbalas pesan dengan Sekar dan Atalaric melalui grup khusus mereka. Heru masih belum menimpali p

Latest chapter

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 114 - Berdiri Tegak Menantang Dunia

    114 Puluhan orang keluar dari belasan unit mobil berbagai tipe. Mereka mengepung rumah besar tiga lantai di kawasan elite Kota Paris. Kepala polisi melangkah cepat ke teras rumah itu. Dia memencet bel dan menunggu dibukakan. Detik berganti. Namun, pintu tetap tertutup. Kepala polisi tetap tenang dan menekan bel lagi. Dia memerhatikan sekeliling sambil berbicara pada wakilnya dengan suara pelan. Sekian menit berlalu, sang kepala polisi akhirnya menelepon seseorang. Tidak berselang lama, pintu belakang dan samping rumah itu dibongkar paksa. Belasan orang menerobos masuk. Mereka langsung ditembaki orang-orang dari lantai dua yang bersembunyi di sekitar tangga. Tim polisi membalas tembakan sembari bergerak maju. Mereka jalan cepat sesuai strategi yang telah dibuat sejak beberapa jam lalu. Selama hampir setengah jam baku tembak itu berlangsung. Banyak korban dari kedua belah pihak yang terluka. Selebihnya terpaksa melanjutkan perkelahian dengan tangan kosong. Tiga unit mobil MPV ber

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 113 - Menyerah! Atau Semuanya Dibantai!

    113 Hisyam mengaduh ketika tendangan Othello menghantam telinga kanannya. Hisyam menggeleng cepat untuk menghilangkan pusing, lalu dia memandangi Othello yang sedang tersenyum miring. "Cuma segitu saja kemampuanmu?" ledek Hisyam sambil memutar-mutar lehetnya supaya rasa tidak nyaman bisa segera hilang. "Itu baru separuh," jawab Othello. "Keluarkan semuanya." "Dengan senang hati." Othello maju dan meninju berulang kali. Hisyam menangkis sambil mendur beberapa langkah. Dia mencari titik kelemahan lawannya, lalu Hisyam menyusun rencana dengan cepat. Hisyam melompat dan menginjak paha kiri Lazuardi yang berada di sebelah kanannya, kemudian Hisyam menarik leher Othello dan mengepitnya dengan kedua kaki. Othello tidak sempat menjerit ketika tubuhnya terbanting keras ke tanah. Dia hendak berbalik, tetapi lengan kiri Hisyam telanjur mengepit lehernya dan memelintir dengan cepat. Edgar yang melihat rekannya rubuh, bergegas menyerang Hisyam dengan dua tendangan keras hingga pria itu ter

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 112 - Wirya, Lepas!

    112 Hugo meninju Felipe tepat di rahangnya. Lelaki tua bergoyang sesaat, sebelum dia menegakkan badan kembali. Felipe melirik kedua pistolnya yang tergeletak di tanah, dia hendak mengambil benda-benda itu, tetapi satu pengait besi muncul dari samping kanan dan berhasil menarik kedua senapan laras pendek. Felipe sontak menoleh dan kaget melihat dua perempuan yang rambutnya dicepol tinggi-tinggi, melesat untuk menarik kedua pistol. Felipe hendak menarik Gwenyth, tetapi gadis itu langsung berbalik dan melakukan tendangan putar. Felipe mengaduh saat badannya ambruk ke tanah. Dia hendak bangkit, tetapi Gwenyth telah menibannya dan memutar leher Felipe hingga berbunyi nyaring. "Uww! Pasti sakit," tukas Hugo sambil meringis. "Lempar dia ke sana, Bang." Gwenyth menunjuk ke kiri. "Aku mau naik ke situ," lanjutnya yang menunjuk dekat kantor pengelola. "Hati-hati." "Okay." Hugo mengamati saat kedua gadis berlari kencang. Dia kembali meringis ketika Gwenyth dan Puspa berduet untuk menjatu

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 111 - Final Battle

    111Hampir 200 orang berkumpul di depan sebuah rumah besar, di pinggir Kota San Sebastian. Mereka tengah mempersiapkan diri, sebelum memasuki puluhan mobil van dan MPV beragam warna. Mobil-mobil itu melaju melintasi jalan lengang. Salju tebal yang turun sejak semalam, menjadikan banyak tempat tertimbun. Hanya mobil-mobil dengan alat pemecah salju yang berani melintas. Selebihnya memilih tetap di tempat. Kota San Sebastian yang terkenal sebagai tempat wisata, terletak di utara Basque, tepatnya di tenggara Teluk Biscay. Kota tersebut dikelilingi oleh daerah perbukitan dan memiliki tiga pantai yang terkenal. Yakni Concha, Ondaretta dan Zurriola. Konvoi puluhan mobil menuju Igeldo, salah satu distrik yang menghadap Gunung Ulia. Mereka telah mendapatkan informasi akurat tentang keberadaan kelompok Hugo, yang tengah meninjau lokasi proyek. Laurencius yang berada di mobil pertama, berusaha tetap tenang. Meskipun adrenalinnya mengalir deras, tetapi dia harus mengendalikan diri. Sudah sang

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 110 - Diam, Kalian Semua!

    110Jalinan waktu terus bergulir. Pagi waktu setempat, Hisyam dan kelompoknya telah berada di bandara Kota Paris. Mereka dijemput Torin, ketua regu pengawal Perancis, dan asistennya, menggunakan dua mobil MPV. Kedua sopir mengantarkan kelompok pimpinan Yoga ke vila yang disewa Carlos, yang berada di sisi selatan Kota Paris. Sesampainya di tempat tujuan, semua penumpang turun. Mereka disambut Mardi dan Jaka di teras rumah besar dua lantai bercat hijau muda. Kemudian mereka diajak memasuki ruangan luas dan bertemu dengan banyak orang lainnya. Hisyam terperangah menyaksikan rekan-rekannya semasa perang klan Bun versus Han, telah berada di tempat itu. Hisyam melompat dan memeluk Loko, yang spontan mendekapnya erat. "Abang, aku kangen!" seru Hisyam, seusai mengurai dekapan. "Aku juga kangen, Mantan musuh," seloroh Loko. "Oh, nggak kangen ke aku?" sela Michael yang berada di samping kanan Loko. "Tentu saja aku kangen. Terutama karena sudah lama kita nggak sparing," balas Hisyam sembar

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 109 - 44

    109Rinai hujan yang membasahi bumi malam itu, menyebabkan orang-orang memutuskan untuk tetap di rumah ataupun tempat tertutup lainnya. Utari menguap untuk kesekian kalinya. Dia mengerjap-ngerjapkan mata yang kian memberat, sebelum menyandar ke lengan kiri suaminya. "Kalau sudah ngantuk, tidur," ujar Hisyam tanpa mengalihkan pandangan dari televisi yang sedang menayangkan film laga dari Jepang. "Lampunya matiin. Aku nggak bisa tidur kalau terang gini," pinta Utari. Hisyam menggeser badan ke kanan untuk menyalakan lampu tidur. Kemudian dia beringsut ke tepi kasur, dan berdiri. Hisyam jalan ke dekat pintu untuk memadamkan lampu utama. "Aku mau bikin teh. Kamu, mau, nggak?" tanya Hisyam. "Enggak," tolak Utari sambil merebahkan badannya. Sekian menit berlalu, Hisyam kembali memasuki kamar sambil membawa gelas tinggi. Dia meletakkan benda itu ke meja rias, lalu beranjak memasuki toilet. Kala Hisyam keluar, dia terkejut karena mendengar bunyi ponselnya. Pria berkaus hitam menyambar

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 108 - Bantai Para Begundal

    108Jalinan waktu terus bergulir. Deretan acara pernikahan sudah tuntas dilaksanakan di dua kota. Hisyam dan Utari telah kembali ke Jakarta. Mereka menetap di rumah baru bersama kedua Adik Hisyam. Pagi itu, Chalid menjemput Utari dan mengantarkannya ke kantor Dewawarman Grup. Sementara Hisyam melajukan kendaraan menuju kediaman Sultan. Jalan raya yang padat merayap menyebabkan Hisyam menggerutu. Dia sangat berharap kondisi lalu lintas di Ibu Kota bisa lebih tertata, seperti halnya di London. Sesampainya di tempat tujuan, ternyata sudah banyak orang berkumpul. Hisyam keluar dari mobil MPV mewah yang harganya sama dengan mobil Andri dan Haryono. Kemudian dia mendatangi orang-orang di gazebo dan teras, lalu menyalami semuanya dengan takzim. Tidak berselang lama, Yusuf dan teman-temannya datang. Sebab tidak mendapatkan tempat parkir, kedua sopir memarkirkan kendaraan mereka di pekarangan rumah Marley, yang berada di seberang. Alvaro mengajak semua orang untuk berpindah ke belakang. Hi

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 107 - Tumbak. Ombak. Mbak

    107 Ratusan orang memenuhi taman resor BPAGK di Bogor, yang telah diubah menjadi tempat pesta kebun nan mewah. Puluhan meja bernuansa putih, ungu muda dan fuchsia, mendominasi area kiri hingga tengah. Sementara bagian kanan sengaja dikosongkan untuk tempat pertunjukan. Pelaminan bersemu putih dan ungu, menambah keindahan tempat perhelatan akbar tersebut. Aroma bunga tercium di seputar area, terutama karena setiap sudutnya dipenuhi bunga beraneka warna, yang kian menambah kecantikan dekorasi hasil tim Mutiara.Pasangan pengantin baru menikmati hidangan di meja terdekat dengan pelaminan. Bersama hadirin, mereka menonton tiga video pre wedding yang telah disatukan. Hisyam mengusap tangan kiri Utari yang spontan menoleh. Keduanya sama-sama mengulum senyuman, karena mengingat saat pengambilan video, jauh sebelum mereka benar-benar menikah. "Kamu tahu? Waktu itu aku deg-degan banget. Terutama waktu kita adegan pelukan dari belakang," ujar Hisyam. "Aku ngerasa jantung Abang berdetak ken

  • Jaring Cinta Sang Bodyguard    Bab 106 - Until Jannah!

    106 "Syam, kamu apain Tari?" tanya Wirya sembari mengamati perempuan bergaun merah muda, yang sedang berbincang dengan istrinya. "Enggak diapa-apain, Bang," sahut Hisyam. "Jalannya aneh gitu." Hisyam meringis. "Mata Abang jeli banget." "Aku lebih pengalaman, jadi rada paham." Wirya melirik juniornya, lalu dia bertanya, "Berapa kali?" Hisyam tidak langsung menjawab, melainkan hanya tersenyum sembari menggaruk-garuk kepalanya. "Jawab!" desis Wirya sambil berpura-pura hendak mencekik pria yang lebih muda. "Dua," balas Hisyam dengan suara pelan. Wirya mengangkat alisnya, kemudian dia merangkul pundak sang junior. "Good. Aku dulu juga gitu." "Langsung dua set?" "Enggak. Malam dan pagi. Kamu?" "Siang dan sore. Entar malam sekali lagi." Keduanya saling melirik, sebelum terbahak bersama. Orang-orang di sekitar memandangi kedua pria yang sama-sama mengenakan kemeja biru tua, dengan tatapan penuh tanya. "Mereka ngakak begitu, aku jadi curiga," tutur Delany sambil memandangi suamin

DMCA.com Protection Status