Share

Bab 03 - 1000 SM

Pekikan Utari mengejutkan orang-orang di ruang tamu rumah khusus karyawan PG dan PBK di London. Hisyam dan teman-temannya bertambah heran, karena gadis berkulit kuning langsat tersebut berjoget sambil tersenyum lebar.

Penjelasan dari Fatma akhirnya bisa dipahami Hisyam. Dia mengulum senyuman menyaksikan tingkah Adik bungsu Heru, yang kentara sekali sedang berbahagia.

Setelah Utari tenang, Hisyam mendatangi gadis berhidung bangir dan menyalaminya sambil mengucapkan selamat. Pria berkaus turkish terkejut ketika Utari memeluknya sembari mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih buat apa, Ri?" tanya Hisyam sambil menolak tubuh.

"Abang sudah bantu aku bekerja dengan baik di sini. Hingga Mas Tio dan yang lainnya mempercayakan posisi penting itu padaku," jelas Utari sembari mundur sedikit. Dia malu karena memeluk Hisyam dengan spontan, hingga dipandangi yang lainnya.

"Aku cuma berkontribusi sedikit. Selebihnya, kamu memang bagus hasil kerjanya. Aku juga terbantu banget, karena sejak ada kamu, laporan keuangan kantor bisa lebih rapi. Dulunya rada kacau, karena aku dan Beni memang lemah bagian keuangan."

Utari mengulaskan senyuman. "Aku benar-benar nggak nyangka bisa lanjut kerja di sini. Padahal dari dulu, aku udah kepengen merantau jauh dari keluarga, untuk membuktikan jika aku bisa mandiri, dan sukses tanpa embel-embel nama keluarga Dewawarman."

"Ehm, ya. Jadi orang rantau memang menempa pola pikir kita jadi lebih cerdas dan sigap memahami situasi serta kondisi."

"Yups, kayak Abang. Lebih mumpuni dibandingkan pengawal lapis tiga yang lainnya."

"Aku cuma beruntung, Ri. Para bos mempercayakan beberapa posisi penting padaku. Dimulai dari ketua pengawal Australia dan New Zealand. Lanjut di BPAGK dan PBK. Lalu, di sini. Setelah itu aku pengen menjelajahi Amerika, Kanada dan tempat-tempat lainnya."

"Itu ide bagus, Bang Aku juga pengen kayak gitu."

"Kamu kayaknya sulit, karena kamu perempuan dan masih jadi tanggung jawab keluarga. Terutama Pak Heru dan Mas Atalaric."

Utari mendengkus. "Begitulah. Kerjaan ini aja, ketiga Kakak bekerjasama membujuk Ibu. Mas Tio, Daddy Baskara dan Koko Dante pun turun tangan. Hingga Ibu akhirnya luluh."

"Alhamdulillah, aku ikut senang. Kamu bisa lebih tenang selama di sini, karena telah dapat restu dari Ibu."

"Hu um, tapi cuma boleh dinas setahun. Padahal aku pengen dua atau tiga tahun gitu."

"Enggak apa-apa. Cukuplah waktu setahun buat merantau."

Panggilan Adelard yang baru memasuki rumah, seketika memutus percakapan tersebut. Setelah direktur utama PG cabang Eropa duduk, mereka langsung membahas deskripsi tugas Utari yang akan dibantu Fatma.

Selain itu, mereka juga membahas pekerjaan buat Rangga dan yang lainnya, yang akan datang beberapa minggu lagi. Hisyam meminta izin untuk menambah bodyguard lady buat Utari, karena dia dan yang lainnya sudah harus fokus bertugas di dua kantor.

"Menurutmu, siapa kandidat terbaik buat dampingi Tari, Syam?" tanya Adelard.

"Belum tahu, Mas. Nanti aku tanyain ke Anjani," jawab Hisyam.

"Dia belum lengser dari ketua pengawal perempuan?"

"Kata Bang W, setelah hamil, Ani baru bisa diganti."

"Oh, kayak Dita dan Fauziah dulu, ya?"

"Betul, Mas."

Adelard mengingat-ingat sesuatu, lalu dia berkata, "Syam, carikan mobil operasional buat Rangga."

"Enggak pakai mobilnya Bang Mardi?"

Adelard mengeleng. "Kata Mas Tio, mobil yang dipakai Bang Mardi dan Bang Jaka, dialihkan ke operasional dua perusahaan. Artinya buat tim Rangga. Mobilnya Mas Marley, buat Utari. Mobilku, kamu yang pake."

"Terus, mobilku untuk siapa?"

"Lazuardi."

Hisyam manggut-manggut. "Ehm, buat Rangga, ada usul mobil jenis apa?"

"Samain dengan punyamu yang sekarang."

"Ehh, berarti nanti mobilku paling mahal, dong."

"Ya, sesuai jabatan dan area kerjaan. Tugasmu kan, dobel."

Hisyam meringis. "Aku masih harus tugas di PG?"

"Iyalah. Enggak mungkin melepas Rangga dan timnya keluyuran tanpa ada senior."

"Mas, izin menyela," timpal Beni.

"Apa, Ben?" tanya Adelard.

"Aku sudah konsultasi dengan Bang W, dan beliau ngizinin aku buat tambah kontrak setahun lagi di sini," terang Beni.

"Beneran?"

"Ya."

"Good. Berarti kamu sama Hisyam bisa gantian nemenin Rangga."

"Siap."

"Kami juga mau tambah kontrak," celetuk Irfan.

"Sudah izin ke Bang Wirya?" tanya Adelard.

"Belum, sih. Besok aku mau nelepon beliau. Karena sekarang di Indonesia sudah dini hari."

"Hmm, ya. Pokoknya, pastikan dulu beliau ngizinin. Karena aku nggak bisa nambah kontrak kalian tanpa ACC Bang Wirya dan Mas Tio. Lagi pula, kalian sudah di sini hampir tiga tahun. Itu batas waktu maksimal buat tugas ke luar negeri. Secara berturut-turut, maksudku," papar Adelard.

"Kalau masih mau tugas luar negeri, kalian contoh caraku," celetuk Hisyam. "Dulu, habis tugas di Australia dan New Zealand, aku stay setahun di Jakarta. Baru berangkat ke sini," pungkasnya yang dibalas anggukan kedua junior.

"Aku juga mau gitu, deh. Masih betah di sini," imbuh Sudrajat, ketua pengawal area Eropa.

"Kamu konsultasi dulu ke Bang W, karena kayaknya beliau sudah punya rencana khusus buatmu, Jat," cakap Hisyam.

***

Hari berganti. Pagi itu, kelompok pimpinan Hisyam telah berada di bandara London. Mereka tengah duduk di kursi ruang tunggu khusus penerbangan ke Swiss.

Sebab Jaka, Sudrajat dan Hisyam harus mengejar jadwal rapat dengan klien, mereka sepakat menggunakan pesawat untuk berangkat. Sementara saat pulang nanti mereka akan menaiki kereta.

Utari duduk berdampingan dengan Hanania dan Fatma. Ketiganya merancang jadwal untuk mengunjungi tempat-tempat wisata, dengan ditemani Irfan.

Hisyam, Sudrajat dan Jaka serta Irfan sibuk memandangi layar ponsel masing-masing. Tiba-tiba mereka tergelak seusai membaca perdebatan rekan-rekan di grup khusus PBK luar negeri.

*Grup PBK-LN*

Zulfi : Aku capek dan bosan ketemu Yono mulu!

Haryono : Ojo gitu, toh. Kita, kan, soulmate, @Zulfi.

Zulfi : @W, aku mau tukar area pengawasan aja.

Wirya : Mau ke mana lagi, @Zulfi?

Zulfi : Kanada. Aku kangen sama Mas Ben.

Yoga : Enggak bisa, @Zulfi. Itu areaku.

Zulfi : Kita berdua yang pegang, @Yoga.

Sony : Bang @Zulfi, tolong, jangan rebut wilayahku.

Zulfi : Kamu yang nemenin Yono, @Sony.

Sony : Aku sudah enam bulan pegang Australia. Pengen balik lagi pegang Kanada. Rindu banget sama Pak Ben dan Kak Falea.

Yoga : Sony alasan doang. Padahal dia mau ngapelin Maulidia.

Novan : Betul! Bang Sony lagi gencar mepetin Lidia.

Aditya : @Sony, jadinya siapa, sih, yang beneran ditaksir?

Harun : Ho oh. Waktu itu katanya mau mepetin Inggrid.

Wahyudi : Habis itu, ganti ngedeketin Leanita.

Yusuf : Dia mundur dari Leanita yang masih ngarepin aku.

Jauhari : Yusuf ngayal. Leanita sudah move on dari kamu sejak tahun lalu.

Nanang : Tuls. Leanita sekarang sudah pacaran sama Arshaan Nawasena. Baru Yusuf blingsatan, karena cemburu.

Sunardi : Dulu, Yusuf sok-sokan nolak.

Gumelar : Dia kena tulah.

Dimas : Aku nggak tahu tentang itu. Kapan kejadiannya?

Tamam : Sekitar 1000 SM.

Buchpri : Astagfirullah. Ternyata Yusuf produk zaman purba.

Jeffrey : Yusuf dulunya adalah pitecantropus erectus.

Azhar : Aku bacanya, pelikan ereksi.

Chairil : Woi, @Azhar!

Qadry : Makin kacau aja Azhar, nih.

Ibrahim : Dia lagi patah hati, jadinya ngawur.

Fawwaz : Patah hati sama siapa?

Nadhif : Aku.

Julian : Heh! Aku pacarnya Azhar.

Majid : Aku suami sahnya!

Fikri : Aku bingung jadi siapa.

Mukti : Kamu Mamang cendol, @Fikri.

Syuja : Mamang batagor.

Valdi : Mamang bakso.

Uwais : Mamang ketoprak.

Syaiful : Mamang martabak.

Ukky : Mamang jamur krispi.

Kirman : Mamang bajigur.

Sanjaya : Mamang es doger.

Fabian : Mamang kue pancong.

Irfan : Mamang in-ter-net.

Frank : Mamang cilok.

Nurhan : Mamang gorengan.

Dipta : Mamang basreng.

Beni : Mamang buryam.

Elvan : Mamang siomay.

Ghani : Mamang kupat tahu.

Robert : Mamang cuankie.

Sudrajat : Mamang nasgor.

Azri : Mamang sate.

Wandi : Mamang lumpia.

Uwais : Mamang soto mi.

Yahya : Mamang gado-gado.

Robi : Mamang nasi uduk.

Rifki : Mamang pecel.

Deswin : Mamang rujak.

Miftah : Mamang otak-otak.

Dzakir : Mamang cwie mie.

Riski : Mamang lontong kari.

Kahfi : Duh! aku jadi pengen itu.

Yuda : Sini, Bang @Kahfi. Kutraktir makan di kantin kantor Pangestu.

Kahfi : Besok aku berangkat ke sana. Kita ketemuan di kantor, yak, @Yuda.

Yuda : Oke.

Hisyam : @Yuda, salam buat Pak Linggha, Teh Varsa, Bang Niko dan Kimora.

Yuda : Siap, @Bang Hisyam. Kebetulan Kimora ada di depanku, nih.

Aditya : Sampaikan rindu dan cintaku ke Neng Kim, @Yuda.

Hisyam : Aditya ngaku-ngaku. Kimora sudah melamarku buat jadi pacarnya.

Aditya : Baru pacar, Syam. Masih bisa ditikung.

Yanuar : Aseekk. Ada yang berantem berebut Neng Kim.

Jaka : Aku tim Hisyam.

Yoga : Aku pendukung Aditya.

Zulfi : Aku regu Hisyam.

Andri : Aku dukung Aditya.

Alvaro : Aku netral.

Galang : Aku tim Hisyam.

Fajar : Aku kelompok Aditya.

Nugraha : Hisyam pasti menang!

Said : Belum tentu. Aditya juga sama tangguhnya.

Mardi : Aku jelas pilih Hisyam.

Satrio : Aku support Aditya.

Salman : Aku tim Hisyam.

Aswin : Aku netral aja, deh.

Wirya : Aku bingung pilih yang mana.

Haryono : Pilihlah aku, @Wirya.

Wirya : Emoh.

Haryono : Aku masih mencintaimu.

Wirya : Siapa saja, tolong teleponkan Rida. Minta dia segera pulang ke Jakarta, karena Yono makin gila!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kwkwkwkwkwk Mas Yon ini gangguin terus bang W
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status