Beranda / Pendekar / Janu: Tahap Awal / CP 13. Kelahiran

Share

CP 13. Kelahiran

"Niti, ada apa?" Tanya sang demang kepada si remaja.

"Begini tuan demang, saya disuruh Nyi Aluh untuk meminta tuan demang menemui beliau di rumah Mbah Kunti."

Ada apa gerangan di rumah Mbah Kunti, pikir sang demang. Tanpa basa basi lagi dia segera bergegas menuju ke rumah Mbah Kunti, diikuti oleh si remaja dan Ki Nambi.

Sampai disana, Demang Yasa merasa ada yang aneh dan ganjil. Dari kejauhan tampak rumah Mbah Kunti agak sedikit rusak di bagian depan, dinding rumah yang terbuat dari bambu hancur. Semakin mendekat, terlihat lima mayat berpakaian hitam tergeletak di depan rumah. 

Kondisi mereka sangat aneh, mata mereka terbelalak dengan pupil mata yang memutih, bekas darah kering menempel dari sela mata.

Entah apa yang sudah terjadi, sang demang pun segera menuju ke dalam rumah. Sesaat di depan rumah dia mendengar suara tangis bayi, membuatnya jadi menduga duga. Di dalam, dia segera disambut oleh beberapa wanita paruh baya yang sibuk kesana kemari. Tangis bayi semakin terdengar kencang.

Sesaat dia masuk ke dalam bilik, dia menemukan istrinya sedang menggendong seorang bayi yang baru saja dilahirkan. Ki Nambi yang ikut masuk ke dalam hanya bisa terbelalak melihat pemandangan itu.

"Istriku, apakah ini bayi yang dilahirkan oleh Rantini?"

"Iya suamiku, bayi ini baru saja dilahirkan tadi." Jawab Nyi Aluh.

"Sayang, ibunya tidak selamat saat melahirkan. Rantini meninggal beberapa saat setelah melahirkan." Lanjutnya.

"Lalu sekarang dimana jasad Rantini?"

"Para simbok tadi sudah memindahkannya ke ruang belakang."

Demang Yasa menghela nafas, dia merasa kasihan dengan wanita itu.

"Lalu, mayat mayat yang ada di luar itu? Dan apa yang membuat dinding rumah Mbah Kunti ini hancur?" Demang Yasa lantas memuntahkan pertanyaan yang mengganjal pikirannya.

"Ceritanya panjang suamiku." Sambil menyerahkan bayi itu ke salah satu wanita paruh baya, Nyi Aluh menceritakan panjang lebar kejadian semalam.

Malam itu lima perampok berpakaian serba hitam masuk ke dalam rumah Mbah Kunti. Mereka disini mencari keberadaan Rantini dan berhasil menemukan rumah Mbah Kunti karena merupakan satu satunya rumah yang di halamannya terdapat dua orang penjaga. Mereka pun berhasil melukai para penjaga hingga pingsan.

Melihat para perampok berhasil masuk ke dalam rumah, para wanita termasuk Nyi Aluh merasa kaget. Para perampok itu segera berteriak dan menanyakan keberadaan Rantini, namun para wanita hanya bisa menangis dan ketakutan. Para perampok lantas masuk ke dalam bilik dimana Rantini berada. Disana wanita muda itu menjerit ketakutan melihat mereka, kelihatan bahwa trauma masih sangat membekas di hatinya.

Diseretnya wanita itu keluar bilik, disana para wanita sudah sangat ketakutan dan hanya bisa menunduk dan menangis. Para perampok kemudian menanyai Rantini dan para wanita tentang keberadaan gulungan kitab, namun tidak membuahkan hasil. Rantini yang sudah menyerahkan gulungan itu kepada Demang Yasa hanya bisa menangis. Begitu pula para wanita paruh baya disana, mereka sama sekali tidak tahu tentang gulungan kitab yang dimaksud.

Salah satu perampok mulai tidak sabar, dia hendak membunuh Rantini yang terus menjerit. Saat golok mulai diayunkan, tiba tiba saja sekelebat bayangan masuk ke dalam rumah. Dengan kecepatan tinggi, sosok itu menahan laju golok dengan sebuah tongkat bambu.

Para wanita yang berada disana seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sesosok kakek tua berhasil menyelamatkan Rantini dari kematian. Kakek itu adalah Mbah Bogel, seorang kakek tua yang dikenal warga tidak waras, dan sehari hari dia hanya duduk melamun di depan rumah warga.

Sesaat Mbah Bogel menahan serangan salah satu perampok, tiba tiba saja dia mengeluarkan sebuah kekuatan tenaga dalam yang dahsyat. Dia mengeluarkan cahaya hijau dari jemarinya. Dan tanpa disadari oleh para wanita disana, sesaat setelah cahaya hijau itu padam, para perampok sudah terkapar diluar rumah. Dinding bambu rumah Mbah Kunti juga hancur.

Mbah Bogel lantas mengusap perut Rantini, dengan senyum yang menenangkan. Lalu para wanita yang berada di pojok ruangan hanya bisa diam saat lelaki tua itu menghilang keluar rumah.

Beberapa saat kemudian, keanehan semakin terjadi. Rantini yang sudah menjadi tenang tiba tiba mengeluh kesakitan. Barulah diketahui kalau dia akan segera melahirkan.

Demang Yasa yang mendengar cerita dari istrinya merasa hendak tidak percaya. Namun fakta dan saksi membuktikan bahwa keanehan itu memang benar terjadi. Dia pun lantas mengambil bayi yang sudah tenang itu. Ditatapnya mata sang bayi, dengan senyum tipis dia menggendong bayi itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status