Beranda / Pendekar / Janu: Tahap Awal / CP 14. Sepuluh Tahun Kemudian

Share

CP 14. Sepuluh Tahun Kemudian

Sepuluh tahun telah berlalu sejak penyerangan di pusat Kademangan Janti, warga desa pun sudah hampir melupakan kejadian itu. Jasad para warga dan prajurit yang tewas dalam pertempuran sudah lama dikuburkan. Setiap tahun para warga mengenang para korban yang gugur dengan membawa sesajen ke makam mereka.

Sementara itu Mbah Bogel yang misterius menghilang begitu saja tanpa jejak. Kakek tua itu sama sekali tidak diketahui keberadaannya. Warga desa yang mencarinya kemana mana sama sekali tidak pernah menjumpai sosok tersebut. Namun satu hal yang pasti, beberapa hari setelah Mbah Bogel menghilang, para warga yang dahulu sering memberinya makan dihebohkan dengan ditemukannya sekantong perhiasan dan kepeng emas di rumah mereka masing masing.

Kini, berkat penemuan itu, para warga secara bersuka rela memberikan sebagian harta itu kepada Demang Yasa. Jumlah yang diberikan warga jauh melebihi jumlah emas dan perhiasan yang dicuri oleh para perampok. Hal itu tentu tidak disia siakan oleh sang demang. Dia dan para sesepuh kademangan segera mempergunakannya untuk memperbaiki rumah warga yang rusak, menyewa tabib untuk mengobati warga, membeli peralatan dan senjata, sisanya untuk upeti kerajaan.

Dari pengelolaannya tersebut membuat Kademangan Janti menjadi semakin makmur. Bukan hanya pusat kademangan yang makmur, tetapi desa desa di sekitarnya juga merasakan imbasnya. Dari sini pula kini semakin bertebaran para pedagang dan rumah makan, serta penginapan di wilayah Janti.

Di salah satu rumah makan di pusat kademangan, padat sekali dipenuhi orang berlalu lalang keluar masuk. Pengunjung tersebut biasanya adalah para pedagang, pendekar, dan orang terpelajar dari luar pusat kademangan. Mereka datang dan pergi silih berganti. Dan kondisi itu berlangsung setiap hari selama beberapa tahun terakhir.

Seorang pelayan sedang menghidangkan makanan ke sebuah meja besar di ujung. Di meja itu seorang lelaki sedang asyik bercerita kepada rekan rekannya tentang desas desus yang tersebar saat ini.

"Hei, apa kalian tahu kabar terbaru dari Kademangan Gunung Rahastra?" Tanya lelaki itu membuka percakapan.

"Ah, kau baru datang dari sana kan? Kabar apa? Coba ceritakan!" Rujuk kawannya. Sementara yang lain juga siap memasang telinga mendengarkan.

"Kalian sudah tahu kan apa yang terjadi tiga tahun lalu di Gunung Rahastra?"

"Iya, kalau itu kami sudah tahu. Cerita tentang Demang Dhanacitra yang tewas di tangan para perampok Tanduk Api kan."

"Wah sampai sekarang aku pun masih tidak percaya kalau Demang Dhanacitra bisa dikalahkan oleh Jalada. Setahuku dia adalah salah satu demang yang memiliki ilmu tenaga dalam yang tinggi."

"Oh iya, Demang Yasa kan juga pernah beradu kelahi dengan Jalada sepuluh tahun lalu kan? Beruntung dia selamat."

"Nah, sekarang aku ceritakan desas desus terbaru." Ucapnya semakin menggebu gebu. "Selama tiga tahun ini seorang demang baru muncul di Kademangan Gunung Rahastra, namanya Demang Purwakanta. Demang ini dikirim dari pusat kerajaan sana. Kabarnya ilmu tenaga dalam dan kebijaksanaannya tidak kalah dari Demang Dhanacitra. Nah, semenjak dia dilantik, para perampok Tanduk Api sama sekali tidak berbuat ulah. Mereka menghilang begitu saja."

"Tapi ada kabar yang paling baru! Beberapa hari kemarin, para perampok Tanduk Api kembali membuat ulah. Mereka muncul di sebuah desa di wilayah Gunung Rahastra dan membuat keonaran disana. Hampir semua warga tewas, dan harta bemda mereka semua dibawa kabur."

"Ah, seram sekali mereka." Celetuk seorang yang mendengarkan.

"Nah, kini kabarnya Demang Purwakanta memberi sayembara. Bagi siapapun yang berhasil menemukan sarang para perampok itu maka akan dihargai sebanyak lima kepeng emas."

"Wow, banyak juga ya."

Seseorang yang baru bergabung tiba tiba berkata, "Eh, aku punya sebuah kabar paling baru."

"Kabar apa kawan? Coba ceritakan."

"Empat hari yang lalu, saat aku berada di Kademangan Lindujati, aku mendengar kalau beberapa desa di sekitar sana diserang dan dirampok habis habisan oleh gerombolan perampok Tanduk Api. Kabarnya, yang memimpin perampokan itu adalah sang wakil perampok, si Kijan."

"Wah, semakin gila sekarang mereka. Sudah berani menyerang hingga ke wilayah Lindujati. Apa mereka tidak takut kalau ulah mereka akan semakin mengusik pihak pusat kerajaan?"

Orang orang itu terus saja saling berbicara, tidak peduli dengan sekitarnya. Sementara itu di ujung jendela, seorang lelaki misterius duduk menghadap makanannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status