Tring...tring...tring...
Bel masuk berbunyi. Bel panjang menandakan semua siswa siswi harus berkumpul di halaman depan sekolah Kinan. SMU PELITA JAYA.
"Selamat pagi anak-anak,"pak Bimantara, kepala sekolah kami menyapa.
"Pagi Pak," jawab kami serempak.
"Selamat datang kembali di sekolah kita, setelah liburan panjang selesai. Dan selamat kepada siswa siswi baru kita, anak-anak dari seantero Sekolah Menengah Pertama. Terima kasih sudah memilih SMU Pelita Jaya sebagai SMU pilihan kalian," ucap Pak Bimantara.
"Saya selaku kepala sekolah disini mewakili para dewan guru untuk menyampaikan apa saja peraturan yang harus ditaati disini."
"Sekolah kita terkenal dengan kedisiplinanmya dan juga kebandelannya dalam tanda kutik ya. Selama kebandelan kalian tidak mencoreng nama sekolah dan orangtua, maka kebandelan kalian diizinkan, he...he...he...," tambahnya.
"Yang pertama 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai, kalian harus sudah ada di sekolah karena tepat jam 7 pintu gerbang akan dikunci. Jadi siapa yang masih berada diluar pada jam tersebut otomatis harus menunggu sampe jam kedua baru boleh diizinkan masuk, terkecuali.. terkecuali nih ya, kalian bisa membujuk satpam kita, Pak Hamid untuk bisa membukakan pintu gerbangnya, he...he...he...," tambah pak kepsek.
"Yang kedua, ehem... air...mana air...? tanyanya sambil memutar badan ke arah guru yang berbaris dibelakangnya.
Sontak guru dan para siswa tertawa melihat aksi lucu pak kepsek.
"Terima kasih airnya," ucap pak kepsek kepada salah satu guru yang menyodorkan air tadi.
"Yang ketiga...
"Dua, pak," jawab siswa serentak
"Iya,, yang kedua. Setelah masuk ke kelas masing-masing segera letakkan buku dan peralatan lainnya di meja kalian dan tidak diizinkan untuk mengeluarkan apapun yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran pada saat itu. Ini untuk menghindari perpecahan konsentrasi pelajaran yang bersangkutan," tambahnya.
"Eeeeh... itu kenapa itu...? Tanya nya sambil menunjuk ke arah siswa yang gelisah.
"Anu pak... anu... mau izin boleh?", ucapnya.
"Kemana? Acara baru dimulai udah mau izin, enak aja," ujar pak kepsek guyon.
"Eng... kebelet pak," ujar siswa tersebut malu-malu.
"Oalah, bilang kek dari tadi. Buruan. Nanti kebelet di lapangan repot yang ada. Ayo sana... keluar dari lapangan...," jawab pak Bimantara.
"Eh...eh...tunggu," tambahnya.
"Apa lagi Pak? Saya beneran kebelet ini," ujarnya.
Siswa lain terbahak.
"Kamu siswa baru?" tanyanya.
"Menurut Bapak?" Jawabnya.
"Seragammu masih seragam SMP, berarti kamu siswa baru disini, he...he...he..., ucap pak Bima asal.
"Kamu tahu toilet dimana?" Tanyanya lagi.
"Gak tau Pak, namanya juga siswa baru," ucap nya kesal.
"Ya udah, sana. Pak Hamid anterin ke toilet itu anak ya," titahnya kepada pak Satpam.
"Siap Pak," ucap Pak Hamid.
"Yang keberapa tadi? Ketiga ya?" tanyanya.
"Kedua Pak," ucap siswa siswi serempak sambil cekikian. Mungkin mereka tidak menyangka, Bapak Kepala Sekolah mereka lucu dan humoris.
"Iya kedua. Sekarang selanjutnya, tidak dibenarkan membawa HP dan alat komunikasi lainnya ke dalam kelas, tapi titipkanlah di ruang khusus penyimpanan HP.
Dan diharapkan HP kalian menggunakan pasword semua karena saya tidak bertanggung jawab jika rahasia Chat percintaan kalian bisa ketahuan sama guru kalian, he...he...he.... dan selanjutnya peraturan akan dibacakan lengkap pada saat di dalan kelas oleh wali kelas masing-masing, karena cuaca semakin panas. Khawatir ada yang pingsan malah repot. Masa hari pertama pingsan, kan gak asyik," tambahnya.
Kembali lapangan menjadi riuh.
"Ayo, saya akhiri assalamualaikumwarahmatullahiwabaraktuh. Kembali ke kelasnya masing-masing ya. Dan untuk siswa baru pembagian kelas bisa dilihat di papan pengumuman disana, " tambahnya sambil menunjuk dan menutup pidatonya.
Singkat, padat, dan jelas.
Pak Bimantara, meminta kami memanggilnya Pak Bima, cukup lucu dan punya rasa humor yang tinggi untuk ukuran seorang pemimpin seperti beliau.
Sejauh ini Kinan merasa betah di sekolah barunya.
Di papan pengumuman.
Para siswa baru berkerumun mencari nama mereka berada di kelas yang mana. Sedangkan para kakak senior seperti senior pada umumnya, berdiri di koridor kelas sambil memperhatikan mereka yang berseragam putih biru.
Ada yang saling melirik, menyapa bahkan mengedipkan mata. Tampak Kinan masih berkutat di papan pengumuman. Dan akirnya dia menemukan namamya, kelas 10A1. Segera dia menoleh kebelakang sambil mengkerutkan kening. Hanya tersisa beberapa siswa saja dibelakangnya.
"Udah Mbul? Sini gantian, gue pengen lihat nama gue juga,"ucapnya.
Tapi Kinan terlihat bingung.
"Elo ngomong ma gue?"tanyanya.
"Hadeh, ya iyalah gembul. Emang ada siapa lagi yang badannya melebihi gajah disini, ha...ha...ha..., ujarnya diikuti teman yang lain.
Sepertinya mereka 1 geng.
"Minggir, gak!! Elo sadar gak seh elo daritadi ngalangin gue tau!!" Bentaknya kepada Kinan.
Lagi-lagi, tumbuh tambun Kinan jadi masalah. Kinan menyingkir dan segera berlari kecil menuju kelasnya.
"Awas gempa...pegangaaaan...pegangan...," ucap kakak kelas yang usil ketika Kinan melewati mereka.
Sontak siswa yang berada sekitarnya tertawa terbahak-bahak. Ada juga yang pura-pura berpegangan.
"Somplak elo pada," ucap Kinan yang ditujukan kepada kakak kelasnya.
Mereka saling bertatapan.
"Ha...ha...ha...gila, anak baru coi. Berani dia!" Ucap salah satu siswa cowok yang bernama Reykhel.
Disambut dengan lainnya.
"Iya coi, anjiiir. Siapa namanya. Besok kita kerjain", ucap yang lain.
"Gampang itu, kayaknya dia satu-satunya siswa baru berbadan gembul, ha..ha..ha.., udah setahun coi gak nemu kek gini," timpal siswa cowok lainnya yang bernama Dery.
Mereka semua toss.
Sementara di kelas. Hampir semua kursi terisi penuh.
Kinan menuju kursi yang masih kosong di bagian belakang.
"Stop!!! Itu kursi gak muat kali buat badan elo. Sono gih, minta kursi khusus sama petugas sekolah, ha...ha...ha...," ucap Beno sekelas Kinan.
Lagi-lagi, seisi kelas tertawa riuh mendengarnya.
"Awas patah!!!" Ucap yang lain.
Kelas semakin riuh. Jujur, Kinan benci keadaan ini. Bukan benci dengan bodi bahagia tubuhnya melainkan benci terhadap mereka yang suka melakukan perudungan. Padahal tidak ada yang salah dengan ciptaan Tuhan.
Tiba-tiba datang seorang siswa baru. Wajah lumayan ganteng. Hanya saja dia berkacamata tebal, rambut belah tepi.
"Jiaaaaa...datang lagi si culun," teriak salah satu siswa.
"Ha...ha...ha...," yang lain tertawa.
"Lengkap sudah kelas ini. Ada gembul, ada culun," ucap siswa yang Kinan ketahui bernama Beno.
"Dan ada burung beo yang bernama Beno," ucap Kinan lantang.
Kelas semakin riuh. Beno memandang tajam Kinan. Seakan melambaikan bendera permusuhan.
Si culun bingung mau duduk dimana. Kinan melambaikan tangan.
"Sini aja,"ajaknya.
"Boleh kak?" tanyanya hati-hati.
"Kinan,"katanya menyodorkan tangan.
"Haris,kak," ujarnya.
"Panggil aja Kinan," ucapnya lagi.
"Jangan dengerin orang yang membully kita. Kita bikin mereka menyesal dengan prestasi kita," bisikku kepada Haris.
Haris mengangguk.
"Sssssst...ssssst... Bu guru datang.
Kelas menjadi hening.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Guru.
"Pagi Bu," ucap kami serempak.
"Perkenalkan, nama saya Ibu Rohaya, biasa lebih akrab dipanggil bu Yaya. Saya yang akan menjadi wali kelas kalian selama 1 tahun ke depan," ujarnya lagi.
"Nah sekarang, ibu akan mengabsent kalian satu persatu sebagai perkenalan kita.
Ibu Yaya mengabsent siswa satu persatu.
Hari pertama yang menyenangkan bagi sebagian siswa di kelas ini, tapi menyebalkan bagi Kinan.
"Lihat saja, berani mereka membully gue, gue tunjukin taring gue," batin Kinan tersenyum sinis.
"Lihat saja, berani mereka membully gue, gue tunjukin taring gue," batin Kinan tersenyum sinis. Hah, akhirnya bel pulang berbunyi juga. Kinan segera membereskan bukunya. Beno kembali membuat ulah. "Keluarnya satu-satu ya anak-anak. Dan hati-hati dengan bangkunya. Entar patah jangan lupa diganti," ujarnya sambil melirik Kinan. Kinan melirik tajam Beno. "Hati-hati juga untuk mulut yang tajam seperti Beo, ya anak-anak. Bisa2 nyawa tarohannya," ucap Kinan mendelik Beno tajam. Siswa siswi di kelas tersebut tertawa cekikikan. "Sudah...sudah... waktunya pulang jangan ada yang bercanda,"lerai Bu Yaya. Semua siswa berhamburan keluar. Ah, sepertinya perjuangan Kinan untuk keluar dari gerbang sekolah ini belum berakhir. Dia melihat sekelompok kakak kelas yang mentertawainya tadi. Dengan langkah cepat Kinan melewati gerombolan kakak kelasnya. Namun tiba-tiba Reykhel menyeletuk. "Bin
Hari kedua yang masih menyebalkan bagi Kinan.Hufff.. Kinan menghela nafas. Berasa malas ingin keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi. Namun perut gak mau kompromi.Kinan mengeluarkan bekalnya, namun dia lupa untuk membawa air minum. Mau tidak mau dia harus ke kantin juga untuk membeli minuman. Sementara Haris, masih dengan buku bacaanya. Kinan meninggalkannya.Di kantin, Kinan celingak celinguk mendatangi penjual kantin."Awas gempa...gempa," teriak seseorang yang sudah Kinan kenal suaranya.Ya, Reykhel siapa lagi. Entah apa sebabnya dari awal suka mencari masalah."Mana gempa?" Ujar siswa lain terheran-heran."Itu penyebabnya," ujar Reykhel menunjuk Kinan. Sontak saja seisi kantin riuh. Sontak semua tertawa. Kinan hanya bisa menggeram dan tetap melangkahkan kakinya mencari air mineral ."Kin...Kinan," terdengar suara berteriak.Kinan mencari sumber suara."Kin...sini.""Berry, ucapnya berteriak
Kinan dan Berry memasuki kantin.Kinan mendengus."Kenapa Kin?" tanya Berry sambil mengikuti ekor mata Kinan."Owh...cari tempat di pojok sana aja yuk," ajak Berry.Kinan mengangguk.Tapi ketenangan mereka tak berlangsung lama."Hai, Gembul. Makan apa hari ini? Berapa porsi? 3 atau 4 porsi cukup?" tanya Reykhel dengan tatapan mengejek.Berry menggeram, namun Kinan memegang pahanya. Berry memang agak tempramen di banding Kinan."Mau gabung Kak? Silahkan duduk. Masih ada bangku kosong," ucap Kinan sopan."Disini? Boleh? Gak takut oleng nanti? Kan berat sebelah," ujar Reykhel terbahak disertai teman-temannya.Seisi kantin juga menjadi riuh."Diam, gak ada yang nyuruh Lo pada ikutan gue tertawa," ucap Reykhel tajam menatap satu persatu siswa di kantin tersebut."Lo apain adek gue, gembul? Adik tersayang gue," tanyanya sambil mengetuk meja.Kinan mengkerutkan keningnya."Apa Beno
Anggoro masih bersama klien dari Kanada untuk membahas pembangunan properti di Jakarta. Jika berhasil memastikan kliennya menginvestasikan dananya ke perusahaannya, tentu saja sayap bisnis Anggoro semakin kuat dan lebar. Untuk itu, Anggoro benar-benar harus jeli berbicara dengan kliennya. "Baiklah Mr. Anggoro. Berdasarkan penjelasan anda dan profit yang Anda sampaikan secara detail, saya bersedia memberikan saham saya 40% sesuai janji saya. Dan jika dalam tempo 6 bulan Anda bisa menunjukkan hasil yang signifikan, saya akan menambah saham saya 10% sehingga total saham yang akan saya tanamkan di perusahaan Anda adalah 50%," sang klien bernama Mr. Samuel menjabat tangan Anggoro. "Terima kasih atas kepercayaan Anda Mr. Samuel. Saya tidak akan mengecewakan Anda. Dan semua berkas nanti asisten saya yang akan mempersiapkannya untuk Anda," Anggoro membalas jabatan tangan Samuel. "Saya permisi, Mr. Anggoro. Nanti asisten saya yang akan mengurus sisanya," balas
Hembusan angin subuh menyusup tubuh dua insan yang sedang dilanda kasmaran. Anggoro mempererat pelukannya. Jenny menggeliat. Anggoro menyusupkan bibirnya ke leher jenjang istrinya."Hemm...Jenny menggeliat. merasakan kegelian di sekitar tubuhnya. Anggoro semakin menyesapkan wajahnya lebih dalam. Kali ini desahan Jenny juga semakin membuat Anggoro menginginkan yang lebih dari istri tercintanya."Gak capek Pa?" tanya Jenny.Bukannya menjawab, Anggoro semakin menjadi dengan aksinya dan sukses membuat Jenny memecah heningnya subuh dengan desahan kenikmatan. Dan kembali pasangan ini menikmati peraduannya.Dengan sisa-sisa peluh kenikmatan, Anggoro mencium kening Jenny."Terima kasih. I love you Hon," ucapnya sambil menyeka bulir keringat yang membasahi wajah istrinya."I love you too, papa?" ucap Jenny kembali mengecup bibir ranum suaminya. Keduanya tersenyum."Aku mandi dulu Pa," ucap Jenny."Mau ditemani?", tanya Anggo
Tiba di markas kakaknya di belakang bagian sekolah, Beno menceritakan kekesalannya.Reykhel menggeram."Lo gak bisa apa nyelesain sendiri? Masa harus gue juga yang turun tangan?" Bentak Reykhel kepada adiknya."Masalahnya, tadi Berry, bodyguard si gembul datang langsung melintir tangan gue Kak," adu Beno."Payah Lo. Laki koq mlence. Ntar pulang sekolah kita beresin," ujar Reykhel."Mampus Lo," batin Beno.Dan benar saja, begitu jam pelajaran usai, Reykhel, Beno, dan geng nya sudah menunggu Kinan di ujung jalan. Dari kejauhan Kinan sudah melihat gelagat tidak beres, jadi dia segera menelepon Pak Han."Pak Han, tolong jemput kita pas di depan gerbang ya. Dan Bapak juga turun dari mobil dan nungguin kita di sana, sekarang ya Pak," titah Kinan."Baik,Non," ucap Pak Han."Loh...loh...Pak Han, koq turun?" tanya Seena."Jemput non Kinan dan non Berry, Non," jawabnya.Seena mengkerutkan keningnya."Tumben,"
Pagi cerah memyelimuti kediaman Anggoro. Khusus hari ini, Anggoro tidak mengizinkan anaknya ke sekolah. Dan tentu saja sebagai salah satu donatur terbesar di sekolah Kinan dan Seefa bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan izin dari kepala sekolah. Anggoro memerintahkan anak buahnya untuk memperketat penjagaan. Kemudian bersama orang kepercayaan dan anak buah yang tersisa, Anggoro berangkat membelah macet kota Jakarta. Dia menuju ke salah satu desa di sudut kota Jakarta. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, mereka akhirnya sampai di desa yang dituju. Dengan berbekal alamat dan foto yang lengkap, akhirnya mereka tiba di salah satu kediaman anak buah Wira Pratama. Bagas namanya. Bagas Dwijaya. Tiba di depan sebuah rumah sederhana, Anggoro mengetuk pintu. Tampaklah seorang wanita tua membukakan pintu. Dan dibelakang wanita tua tersebut, tampak seorang wanita yang sedang mengandung sambil memegang anak perempuan berumur 6 tahun. "Permisi, benar ini rumahnya Bagas Dwijay
Pagi cerah memyelimuti kediaman Anggoro. Khusus hari ini, Anggoro tidak mengizinkan anaknya ke sekolah. Dan tentu saja sebagai salah satu donatur terbesar di sekolah Kinan dan Seefa bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan izin dari kepala sekolah. Anggoro memerintahkan anak buahnya untuk memperketat penjagaan. Kemudian bersama orang kepercayaan dan anak buah yang tersisa, Anggoro berangkat membelah macet kota Jakarta. Dia menuju ke salah satu desa di sudut kota Jakarta. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, mereka akhirnya sampai di desa yang dituju. Dengan berbekal alamat dan foto yang lengkap, akhirnya mereka tiba di salah satu kediaman anak buah Wira Pratama. Bagas namanya. Bagas Dwijaya. Tiba di depan sebuah rumah sederhana, Anggoro mengetuk pintu. Tampaklah seorang wanita tua membukakan pintu. Dan dibelakang wanita tua tersebut, tampak seorang wanita yang sedang mengandung sambil memegang anak perempuan berumur 6 tahun. "Permisi, benar ini rumahnya Bagas Dwijay
Tiba di markas kakaknya di belakang bagian sekolah, Beno menceritakan kekesalannya.Reykhel menggeram."Lo gak bisa apa nyelesain sendiri? Masa harus gue juga yang turun tangan?" Bentak Reykhel kepada adiknya."Masalahnya, tadi Berry, bodyguard si gembul datang langsung melintir tangan gue Kak," adu Beno."Payah Lo. Laki koq mlence. Ntar pulang sekolah kita beresin," ujar Reykhel."Mampus Lo," batin Beno.Dan benar saja, begitu jam pelajaran usai, Reykhel, Beno, dan geng nya sudah menunggu Kinan di ujung jalan. Dari kejauhan Kinan sudah melihat gelagat tidak beres, jadi dia segera menelepon Pak Han."Pak Han, tolong jemput kita pas di depan gerbang ya. Dan Bapak juga turun dari mobil dan nungguin kita di sana, sekarang ya Pak," titah Kinan."Baik,Non," ucap Pak Han."Loh...loh...Pak Han, koq turun?" tanya Seena."Jemput non Kinan dan non Berry, Non," jawabnya.Seena mengkerutkan keningnya."Tumben,"
Hembusan angin subuh menyusup tubuh dua insan yang sedang dilanda kasmaran. Anggoro mempererat pelukannya. Jenny menggeliat. Anggoro menyusupkan bibirnya ke leher jenjang istrinya."Hemm...Jenny menggeliat. merasakan kegelian di sekitar tubuhnya. Anggoro semakin menyesapkan wajahnya lebih dalam. Kali ini desahan Jenny juga semakin membuat Anggoro menginginkan yang lebih dari istri tercintanya."Gak capek Pa?" tanya Jenny.Bukannya menjawab, Anggoro semakin menjadi dengan aksinya dan sukses membuat Jenny memecah heningnya subuh dengan desahan kenikmatan. Dan kembali pasangan ini menikmati peraduannya.Dengan sisa-sisa peluh kenikmatan, Anggoro mencium kening Jenny."Terima kasih. I love you Hon," ucapnya sambil menyeka bulir keringat yang membasahi wajah istrinya."I love you too, papa?" ucap Jenny kembali mengecup bibir ranum suaminya. Keduanya tersenyum."Aku mandi dulu Pa," ucap Jenny."Mau ditemani?", tanya Anggo
Anggoro masih bersama klien dari Kanada untuk membahas pembangunan properti di Jakarta. Jika berhasil memastikan kliennya menginvestasikan dananya ke perusahaannya, tentu saja sayap bisnis Anggoro semakin kuat dan lebar. Untuk itu, Anggoro benar-benar harus jeli berbicara dengan kliennya. "Baiklah Mr. Anggoro. Berdasarkan penjelasan anda dan profit yang Anda sampaikan secara detail, saya bersedia memberikan saham saya 40% sesuai janji saya. Dan jika dalam tempo 6 bulan Anda bisa menunjukkan hasil yang signifikan, saya akan menambah saham saya 10% sehingga total saham yang akan saya tanamkan di perusahaan Anda adalah 50%," sang klien bernama Mr. Samuel menjabat tangan Anggoro. "Terima kasih atas kepercayaan Anda Mr. Samuel. Saya tidak akan mengecewakan Anda. Dan semua berkas nanti asisten saya yang akan mempersiapkannya untuk Anda," Anggoro membalas jabatan tangan Samuel. "Saya permisi, Mr. Anggoro. Nanti asisten saya yang akan mengurus sisanya," balas
Kinan dan Berry memasuki kantin.Kinan mendengus."Kenapa Kin?" tanya Berry sambil mengikuti ekor mata Kinan."Owh...cari tempat di pojok sana aja yuk," ajak Berry.Kinan mengangguk.Tapi ketenangan mereka tak berlangsung lama."Hai, Gembul. Makan apa hari ini? Berapa porsi? 3 atau 4 porsi cukup?" tanya Reykhel dengan tatapan mengejek.Berry menggeram, namun Kinan memegang pahanya. Berry memang agak tempramen di banding Kinan."Mau gabung Kak? Silahkan duduk. Masih ada bangku kosong," ucap Kinan sopan."Disini? Boleh? Gak takut oleng nanti? Kan berat sebelah," ujar Reykhel terbahak disertai teman-temannya.Seisi kantin juga menjadi riuh."Diam, gak ada yang nyuruh Lo pada ikutan gue tertawa," ucap Reykhel tajam menatap satu persatu siswa di kantin tersebut."Lo apain adek gue, gembul? Adik tersayang gue," tanyanya sambil mengetuk meja.Kinan mengkerutkan keningnya."Apa Beno
Hari kedua yang masih menyebalkan bagi Kinan.Hufff.. Kinan menghela nafas. Berasa malas ingin keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi. Namun perut gak mau kompromi.Kinan mengeluarkan bekalnya, namun dia lupa untuk membawa air minum. Mau tidak mau dia harus ke kantin juga untuk membeli minuman. Sementara Haris, masih dengan buku bacaanya. Kinan meninggalkannya.Di kantin, Kinan celingak celinguk mendatangi penjual kantin."Awas gempa...gempa," teriak seseorang yang sudah Kinan kenal suaranya.Ya, Reykhel siapa lagi. Entah apa sebabnya dari awal suka mencari masalah."Mana gempa?" Ujar siswa lain terheran-heran."Itu penyebabnya," ujar Reykhel menunjuk Kinan. Sontak saja seisi kantin riuh. Sontak semua tertawa. Kinan hanya bisa menggeram dan tetap melangkahkan kakinya mencari air mineral ."Kin...Kinan," terdengar suara berteriak.Kinan mencari sumber suara."Kin...sini.""Berry, ucapnya berteriak
"Lihat saja, berani mereka membully gue, gue tunjukin taring gue," batin Kinan tersenyum sinis. Hah, akhirnya bel pulang berbunyi juga. Kinan segera membereskan bukunya. Beno kembali membuat ulah. "Keluarnya satu-satu ya anak-anak. Dan hati-hati dengan bangkunya. Entar patah jangan lupa diganti," ujarnya sambil melirik Kinan. Kinan melirik tajam Beno. "Hati-hati juga untuk mulut yang tajam seperti Beo, ya anak-anak. Bisa2 nyawa tarohannya," ucap Kinan mendelik Beno tajam. Siswa siswi di kelas tersebut tertawa cekikikan. "Sudah...sudah... waktunya pulang jangan ada yang bercanda,"lerai Bu Yaya. Semua siswa berhamburan keluar. Ah, sepertinya perjuangan Kinan untuk keluar dari gerbang sekolah ini belum berakhir. Dia melihat sekelompok kakak kelas yang mentertawainya tadi. Dengan langkah cepat Kinan melewati gerombolan kakak kelasnya. Namun tiba-tiba Reykhel menyeletuk. "Bin
Tring...tring...tring... Bel masuk berbunyi. Bel panjang menandakan semua siswa siswi harus berkumpul di halaman depan sekolah Kinan. SMU PELITA JAYA. "Selamat pagi anak-anak,"pak Bimantara, kepala sekolah kami menyapa. "Pagi Pak," jawab kami serempak. "Selamat datang kembali di sekolah kita, setelah liburan panjang selesai. Dan selamat kepada siswa siswi baru kita, anak-anak dari seantero Sekolah Menengah Pertama. Terima kasih sudah memilih SMU Pelita Jaya sebagai SMU pilihan kalian," ucap Pak Bimantara. "Saya selaku kepala sekolah disini mewakili para dewan guru untuk menyampaikan apa saja peraturan yang harus ditaati disini." "Sekolah kita terkenal dengan kedisiplinanmya dan juga kebandelannya dalam tanda kutik ya. Selama kebandelan kalian tidak mencoreng nama sekolah dan orangtua, maka kebandelan kalian diizinkan, he...he...he...," tambahnya. "Yang pertama 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai, kalian harus sudah ada