Share

4. Tragedi di kantin

Author: Mom Nury
last update Last Updated: 2021-08-02 20:50:47

Kinan dan Berry memasuki kantin.

Kinan mendengus.

"Kenapa Kin?" tanya Berry sambil mengikuti ekor mata Kinan.

"Owh...cari tempat di pojok sana aja yuk," ajak Berry.

Kinan mengangguk.

Tapi ketenangan mereka tak berlangsung lama.

"Hai, Gembul. Makan apa hari ini? Berapa porsi? 3 atau 4 porsi cukup?" tanya Reykhel dengan tatapan mengejek.

Berry menggeram, namun Kinan memegang pahanya. Berry memang agak tempramen di banding Kinan.

"Mau gabung Kak? Silahkan duduk. Masih ada bangku kosong," ucap Kinan sopan.

"Disini? Boleh? Gak takut oleng nanti? Kan berat sebelah," ujar Reykhel terbahak disertai teman-temannya.

Seisi kantin juga menjadi riuh. 

"Diam, gak ada yang nyuruh Lo pada ikutan gue tertawa," ucap Reykhel tajam menatap satu persatu siswa di kantin tersebut.

"Lo apain adek gue, gembul? Adik tersayang gue," tanyanya sambil mengetuk meja.

Kinan mengkerutkan keningnya. 

"Apa Beno adeknya Kak Reykhel?" Batinnya.

"Adek yang mana ya Kak?" tanya Kinan seolah tidak tahu.

"Haduh si gembul ini gemesin banget deh," jawab Reykhel sambil mencubit pipi Kinan. 

"Aw...sakit, tau...,ucap Kinan memegang pipinya.

"Cukup!!!! Keterlaluan ya. Jangan mentang-mentang Lo senior disini, dan kita cewek, Lo seenak jidat Lo bertindak ya," ucap Berry marah.

Kinan menahan Berry yang sudah berdiri.

"Gak bisa Kin. Cukup dia ngehina Lo," kali ini amarah Berry tak terbendung. 

"Udah Ber, biarin aja," jawab Kinan tenang.

"Biarin gimana. Lo punya nama, bukan gembul kayak yang dia bilang," jawab Berry dengan nafas turun naik menahan emosi.

"Heh Kak, kalo Lo gue panggil jailangkung, Lo mau??" Tanya Berry berkacak pinggang.

"Wah...wah...wah... ngelunjak ini anak. Belom tau dia siapa gue," ucap Reykhel melotot.

"Lo pada yang cari gara-gara. Kita dari tadi disini diam ya. Gak ngapa-ngapain," ucap Berry.

"Maafkan kita kak," ucap Kinan.

"Kinan!!" teriak Berry menghempaskan pantatnya kembali duduk.

"Kali ini gue maafin ya. Tapi awas, lain kali kalo gue denger elo berulah lagi, Lo akan tahu siapa gue," anxam Reykhel.

"Lo yang nanti nyesel kalo tahu siapa kita sebenarnya," ucap Berry sedikit membentak.

"Sssst," Kinan menyentuh bibir Berry deng,an telunjukny.

Reykhel menjauhi mereka dan kembali duduk di tempatnya.

Sementara Berry, yaaa, tentu saja ngomel gak jelas kepada Kinan.

"Lo kenapa sih Kin? Harusnya Lo biarin gue menghajar anak sombong itu. Mentang-mentang laki ngeremehin," ucap Berry menggebu-gebu.

"Lambat laun dia juga pasti tau siapa kita. Langit gak perlu menjelaskan bahwa dia tinggi," jawab Niken berfilosofi.

Dari kejauhan, Reykhel melihat gerak gerik mereka. 

"Boleh juga anak itu. Berani dalam diam, diam tapi berani. Gue jadi penasaran, kenapa temannya selalu bilang belom kenal dia. Emang dia siapa?" Batin Reykhel.

"Gue donk, anak terpandang di sekolah ini. Siapa gak kenal Reykhel Mahardi. Salah satu donatur besar di sekolah ini. Masa iya gue kalah sama anak ingusan itu," batinnya lagi.

"Rey....Rey... ngelamunin apa Lo? Bel bunyi tuh. Makanan Lo gak Lo makan?" tanya temen gengnya.

"Atau... Lo ada feeling nih sama si gembul ono," goda teman-temannya.

"Sialan Lo. Ya gak mungkin lah. Reykhel?? Seleranya dia? Gak mungkin binggo lah bro. Clara aja yang licin kayak bule gue tolak mentah-mentah, nah apalagi dia. Gak ada indah-indahnya," sungut Reykhel kesal.

"Ha...ha...ha... canda kali, Lo kenapa sih? PMS ya?" tanya temannya lagi.

"Aaaah...udah. Buruan yok. Pelajaran pak, Sujatmiko ini. Angker," tambahnya.

Mendengar nama Pak sujatmiko, guru sains, mereka segera bubar dari kantin.

Kantin sepi kembali. Para siswa melakukan aktivitas mereka di kelas masing-masing.

Tring...tring...

Jam pulang berbunyi. Kelas Kinan juga selesai dengan aktivitasnya.

"Lo pulang sama siapa Ris?" tanya Kinan.

"Nanti ada dijemput Mang Ujang, sopir gue," jawabnya.

"Ooo, gue duluan ya,"ucap Kinan.

Haris mengangguk.

"Kin," Berrt berteriak dari luar.

"Berisik," ucap Kinan.

"Eh, gue nebeng ya. Makan siang di rumah Lo," ucap Berry.

"Iiiish, emang Lo siapa?" tanya Kinan seloroh.

"Gue Berry, emang kenapa? Ada yang salah?" Ucap Berry berkacak pinggang.

"Perasaan gue ingat deh kalimat itu," ucap Kinan.

"Ha...ha...ha...," tawa mereka pecah bersamaan.

Namun ketika mendekati pintu gerbang suara mereka mendadak hilang berganti dengan desahan hafas berat.

"Jangan diladen Ber," ucap Kinan.

Tapi tiba-tiba tubuh Kinan limbung dan...

"Bruuuk...

"Ha...ha...ha... ada anak gajah jatoh," para haters mentertawakan Kinan.

Muka Berry berubah merah dan siap menerkam mangsanya.

Bugh....bugh...

Terlihat Berry sedang meninju dan menendang kaki salah satu siswa yang iseng menendang Kinan.

"Aw...heh cewek preman, apaan seh???" teriaknya.

"Apaan?? Berry mendekati siswa tersebut dan melihat nametag di baju anak tersebut.

"Hem... Candra wijaya. Suka canda dan bicara, wijaya, wibawa tapi tak berjaya, ha..ha...ha...," tawa Berry 

"Awas Lo ya, gue aduin ke ketua geng kita,"ancam Candra.

"Aduin sana, banci!!" Umpat Berry berlalu sambil membantu Kinan.

"Wah...Gembul bawa bodyguard. Hati-hati nih," ucap siswa lain mengolok.

Berry berbalik badan menatap tajam kelada beberapa siswa disana. Ketika ingin maju, Kinan menarik tangannya.

"Udah...biarin," ucapnya singkat.

"Tapi, Kin," ucapan Berry terpotong ketika Kinan menghentakkan tangannya.

"Tuh, pak Han udah nungguin. Kasian,"ucapnya.

"Aduin sana, gue pengen tahu gimana reaksi kalian ketika tahu siapa kita sebenarnya," ancam Berry.

"Emang siapa Lo?" tanya para siswa cowok bersamaan.

"Gue Kinan dan gue Berry," jawab mereka bergantian.

"Kenapa emangnya? Ada masalah?" Ucap keduanya lagi bersamaan lalu berlalu sambil tertawa.

Candra menggeram sambil menahan sakit.

"Halah, payah Lo Can, gitu aja kalah," ucap teman segengnya.

"Bukan kalah cui, tapi mengalah. Lo gak lihat mereka cewek? Reykhel bilang cuma ngerjain aja, gak berlebihan," ucap Candra.

"Tapi kan Lo yang dikerjain mereka," tambah temannya lagi.

"Tau ah, yuk cari Reykhel," ajaknya. 

Yang lain mengikutinya menuju markas mereka.

Sementara di mobil.

"Kaki Lo gak kenapa-kenapa kan Kin? Sakit? Duh...sampe biru gitu," ucap Berry khawatir.

"Ah...biru apanya sih? Inikan faktor cahaya," jawab Kinan asal sambil matanya mengarah ke Pak Han memberi kode kepada Berry.

"Kaki Non kenapa Non? Apa anak-anak tadi?" tanya Pak Han.

"Ah...bukan kenapa-kenapa Pak, tersandung doank tadi," ucap Kinan sambil melotot ke arah Berry. 

Kinan tahu Berry akan ceplas ceplos bicara kalau tidak di rem.

Pak Han hanya ber oooh ria.

"Hai Kak Kin sayang," ucap Seena sambil membuka pintu mobil.

"Eeeh...ada Kak Berry. Mau reunian ya?" Tanya Seena.

"Nggak, dia cuma mau numpang makan. Kan dia tau jam segini mama pasti masak enak," jawab Kinan asal.

Berry mengerucutkan bibirnya. Seena tertawa melihat kedua sahabat itu bergurau.

Tina dirumah.

"Papa gak pulang, Pak Han?" tanya Kinan.

"Gak Non. Tuan sedang makan siang sama klien dari Kanada," ucap Pak Han.

"Ooowh, Ber, yuk. Koq malah melamun," ajak Kinan.

"Gue mau pulang aja ah," ucap Berry berpura-pura.

"Loh kenapa?" tanya Kinan heran.

"Tapi boong," tambah Berry sambil tertawa.

Mereka memasuki rumah. Disana sudah ada mama Jenny yang dengan setia menunggu dan menyiapkan menu makan siang untuk anak-anak mereka.

"Siang tante," sapa Berry.

"Eeeh...Berry, apa kabar sayang? Lama gak kemari," ucap Jenny.

"Ada koq tan. Waaaah, tante masak apa? Enak nih," ucap Berry.

"Berrrrryyyy, ganti baju dulu dikamar gue nih. Kebiasaan Lo, gak bisa cium bau yang enak," Kinan berteriak dari kamarnya.

"Ya...Bawel," ucap Berry.

Berry keatas dan berpapasan dengan Seena.

"Welcome to berizzzzzik place," ucap Seena tertawa.

Berry mencuil pipi Seena.

"Aw...sakit Kak," ucap Seena.

"Berrrryyyy, buruan. Gue laper nih," lagi-lagi Kinan berteriak.

"Iya, gue ke atas," ucap Berry.

Dan tak lama mereka turun.

"Mari anak-anak, mama masak spesial hari ini," ucap mama Jenny.

"Masakan mama sih selalu spesial SETIAP WAKTU, ucap Seena penuh penekanan.

"Apalagi hari ini kan Ma, spesial karena ada Berry," ucap Kinan merangkul sahabat karibnya.

Mereka menyantap makan siang dalam diam.

Sementara di luar.

"Pak, non Kinan tadi disandung temen cowoknya. Yang saya lihat sih kayaknya mereka ngebully non deh Pak," lapor Pak Handoko.

"Baiklah, kamu awasi terus keluarga saya. Dan laporkan jika ada yang mencurigakan. Saya masih ada meeting sama klien," ucap Anggoro.

"Baik Pak," Handoko mematikan ponselnya dan kembali ke tugas keduanya. Menjadi mata-mata anak dan istri Anggoro di rumah megah itu.

Related chapters

  • Jangan Panggil Aku Gembul   5. Angkasa Group

    Anggoro masih bersama klien dari Kanada untuk membahas pembangunan properti di Jakarta. Jika berhasil memastikan kliennya menginvestasikan dananya ke perusahaannya, tentu saja sayap bisnis Anggoro semakin kuat dan lebar. Untuk itu, Anggoro benar-benar harus jeli berbicara dengan kliennya. "Baiklah Mr. Anggoro. Berdasarkan penjelasan anda dan profit yang Anda sampaikan secara detail, saya bersedia memberikan saham saya 40% sesuai janji saya. Dan jika dalam tempo 6 bulan Anda bisa menunjukkan hasil yang signifikan, saya akan menambah saham saya 10% sehingga total saham yang akan saya tanamkan di perusahaan Anda adalah 50%," sang klien bernama Mr. Samuel menjabat tangan Anggoro. "Terima kasih atas kepercayaan Anda Mr. Samuel. Saya tidak akan mengecewakan Anda. Dan semua berkas nanti asisten saya yang akan mempersiapkannya untuk Anda," Anggoro membalas jabatan tangan Samuel. "Saya permisi, Mr. Anggoro. Nanti asisten saya yang akan mengurus sisanya," balas

    Last Updated : 2021-08-02
  • Jangan Panggil Aku Gembul   6. I love you Hon!

    Hembusan angin subuh menyusup tubuh dua insan yang sedang dilanda kasmaran. Anggoro mempererat pelukannya. Jenny menggeliat. Anggoro menyusupkan bibirnya ke leher jenjang istrinya."Hemm...Jenny menggeliat. merasakan kegelian di sekitar tubuhnya. Anggoro semakin menyesapkan wajahnya lebih dalam. Kali ini desahan Jenny juga semakin membuat Anggoro menginginkan yang lebih dari istri tercintanya."Gak capek Pa?" tanya Jenny.Bukannya menjawab, Anggoro semakin menjadi dengan aksinya dan sukses membuat Jenny memecah heningnya subuh dengan desahan kenikmatan. Dan kembali pasangan ini menikmati peraduannya.Dengan sisa-sisa peluh kenikmatan, Anggoro mencium kening Jenny."Terima kasih. I love you Hon," ucapnya sambil menyeka bulir keringat yang membasahi wajah istrinya."I love you too, papa?" ucap Jenny kembali mengecup bibir ranum suaminya. Keduanya tersenyum."Aku mandi dulu Pa," ucap Jenny."Mau ditemani?", tanya Anggo

    Last Updated : 2021-08-05
  • Jangan Panggil Aku Gembul   7. Dicegat Preman.

    Tiba di markas kakaknya di belakang bagian sekolah, Beno menceritakan kekesalannya.Reykhel menggeram."Lo gak bisa apa nyelesain sendiri? Masa harus gue juga yang turun tangan?" Bentak Reykhel kepada adiknya."Masalahnya, tadi Berry, bodyguard si gembul datang langsung melintir tangan gue Kak," adu Beno."Payah Lo. Laki koq mlence. Ntar pulang sekolah kita beresin," ujar Reykhel."Mampus Lo," batin Beno.Dan benar saja, begitu jam pelajaran usai, Reykhel, Beno, dan geng nya sudah menunggu Kinan di ujung jalan. Dari kejauhan Kinan sudah melihat gelagat tidak beres, jadi dia segera menelepon Pak Han."Pak Han, tolong jemput kita pas di depan gerbang ya. Dan Bapak juga turun dari mobil dan nungguin kita di sana, sekarang ya Pak," titah Kinan."Baik,Non," ucap Pak Han."Loh...loh...Pak Han, koq turun?" tanya Seena."Jemput non Kinan dan non Berry, Non," jawabnya.Seena mengkerutkan keningnya."Tumben,"

    Last Updated : 2021-08-10
  • Jangan Panggil Aku Gembul   8. Pencarian

    Pagi cerah memyelimuti kediaman Anggoro. Khusus hari ini, Anggoro tidak mengizinkan anaknya ke sekolah. Dan tentu saja sebagai salah satu donatur terbesar di sekolah Kinan dan Seefa bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan izin dari kepala sekolah. Anggoro memerintahkan anak buahnya untuk memperketat penjagaan. Kemudian bersama orang kepercayaan dan anak buah yang tersisa, Anggoro berangkat membelah macet kota Jakarta. Dia menuju ke salah satu desa di sudut kota Jakarta. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, mereka akhirnya sampai di desa yang dituju. Dengan berbekal alamat dan foto yang lengkap, akhirnya mereka tiba di salah satu kediaman anak buah Wira Pratama. Bagas namanya. Bagas Dwijaya. Tiba di depan sebuah rumah sederhana, Anggoro mengetuk pintu. Tampaklah seorang wanita tua membukakan pintu. Dan dibelakang wanita tua tersebut, tampak seorang wanita yang sedang mengandung sambil memegang anak perempuan berumur 6 tahun. "Permisi, benar ini rumahnya Bagas Dwijay

    Last Updated : 2021-08-11
  • Jangan Panggil Aku Gembul   1. Kelas Baru Sekolah Baru

    Tring...tring...tring... Bel masuk berbunyi. Bel panjang menandakan semua siswa siswi harus berkumpul di halaman depan sekolah Kinan. SMU PELITA JAYA. "Selamat pagi anak-anak,"pak Bimantara, kepala sekolah kami menyapa. "Pagi Pak," jawab kami serempak. "Selamat datang kembali di sekolah kita, setelah liburan panjang selesai. Dan selamat kepada siswa siswi baru kita, anak-anak dari seantero Sekolah Menengah Pertama. Terima kasih sudah memilih SMU Pelita Jaya sebagai SMU pilihan kalian," ucap Pak Bimantara. "Saya selaku kepala sekolah disini mewakili para dewan guru untuk menyampaikan apa saja peraturan yang harus ditaati disini." "Sekolah kita terkenal dengan kedisiplinanmya dan juga kebandelannya dalam tanda kutik ya. Selama kebandelan kalian tidak mencoreng nama sekolah dan orangtua, maka kebandelan kalian diizinkan, he...he...he...," tambahnya. "Yang pertama 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai, kalian harus sudah ada

    Last Updated : 2021-08-01
  • Jangan Panggil Aku Gembul   2. Hari kedua.

    "Lihat saja, berani mereka membully gue, gue tunjukin taring gue," batin Kinan tersenyum sinis. Hah, akhirnya bel pulang berbunyi juga. Kinan segera membereskan bukunya. Beno kembali membuat ulah. "Keluarnya satu-satu ya anak-anak. Dan hati-hati dengan bangkunya. Entar patah jangan lupa diganti," ujarnya sambil melirik Kinan. Kinan melirik tajam Beno. "Hati-hati juga untuk mulut yang tajam seperti Beo, ya anak-anak. Bisa2 nyawa tarohannya," ucap Kinan mendelik Beno tajam. Siswa siswi di kelas tersebut tertawa cekikikan. "Sudah...sudah... waktunya pulang jangan ada yang bercanda,"lerai Bu Yaya. Semua siswa berhamburan keluar. Ah, sepertinya perjuangan Kinan untuk keluar dari gerbang sekolah ini belum berakhir. Dia melihat sekelompok kakak kelas yang mentertawainya tadi. Dengan langkah cepat Kinan melewati gerombolan kakak kelasnya. Namun tiba-tiba Reykhel menyeletuk. "Bin

    Last Updated : 2021-08-01
  • Jangan Panggil Aku Gembul   3. Gue Kinan, Kenapa?!

    Hari kedua yang masih menyebalkan bagi Kinan.Hufff.. Kinan menghela nafas. Berasa malas ingin keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi. Namun perut gak mau kompromi.Kinan mengeluarkan bekalnya, namun dia lupa untuk membawa air minum. Mau tidak mau dia harus ke kantin juga untuk membeli minuman. Sementara Haris, masih dengan buku bacaanya. Kinan meninggalkannya.Di kantin, Kinan celingak celinguk mendatangi penjual kantin."Awas gempa...gempa," teriak seseorang yang sudah Kinan kenal suaranya.Ya, Reykhel siapa lagi. Entah apa sebabnya dari awal suka mencari masalah."Mana gempa?" Ujar siswa lain terheran-heran."Itu penyebabnya," ujar Reykhel menunjuk Kinan. Sontak saja seisi kantin riuh. Sontak semua tertawa. Kinan hanya bisa menggeram dan tetap melangkahkan kakinya mencari air mineral ."Kin...Kinan," terdengar suara berteriak.Kinan mencari sumber suara."Kin...sini.""Berry, ucapnya berteriak

    Last Updated : 2021-08-01

Latest chapter

  • Jangan Panggil Aku Gembul   8. Pencarian

    Pagi cerah memyelimuti kediaman Anggoro. Khusus hari ini, Anggoro tidak mengizinkan anaknya ke sekolah. Dan tentu saja sebagai salah satu donatur terbesar di sekolah Kinan dan Seefa bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan izin dari kepala sekolah. Anggoro memerintahkan anak buahnya untuk memperketat penjagaan. Kemudian bersama orang kepercayaan dan anak buah yang tersisa, Anggoro berangkat membelah macet kota Jakarta. Dia menuju ke salah satu desa di sudut kota Jakarta. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, mereka akhirnya sampai di desa yang dituju. Dengan berbekal alamat dan foto yang lengkap, akhirnya mereka tiba di salah satu kediaman anak buah Wira Pratama. Bagas namanya. Bagas Dwijaya. Tiba di depan sebuah rumah sederhana, Anggoro mengetuk pintu. Tampaklah seorang wanita tua membukakan pintu. Dan dibelakang wanita tua tersebut, tampak seorang wanita yang sedang mengandung sambil memegang anak perempuan berumur 6 tahun. "Permisi, benar ini rumahnya Bagas Dwijay

  • Jangan Panggil Aku Gembul   7. Dicegat Preman.

    Tiba di markas kakaknya di belakang bagian sekolah, Beno menceritakan kekesalannya.Reykhel menggeram."Lo gak bisa apa nyelesain sendiri? Masa harus gue juga yang turun tangan?" Bentak Reykhel kepada adiknya."Masalahnya, tadi Berry, bodyguard si gembul datang langsung melintir tangan gue Kak," adu Beno."Payah Lo. Laki koq mlence. Ntar pulang sekolah kita beresin," ujar Reykhel."Mampus Lo," batin Beno.Dan benar saja, begitu jam pelajaran usai, Reykhel, Beno, dan geng nya sudah menunggu Kinan di ujung jalan. Dari kejauhan Kinan sudah melihat gelagat tidak beres, jadi dia segera menelepon Pak Han."Pak Han, tolong jemput kita pas di depan gerbang ya. Dan Bapak juga turun dari mobil dan nungguin kita di sana, sekarang ya Pak," titah Kinan."Baik,Non," ucap Pak Han."Loh...loh...Pak Han, koq turun?" tanya Seena."Jemput non Kinan dan non Berry, Non," jawabnya.Seena mengkerutkan keningnya."Tumben,"

  • Jangan Panggil Aku Gembul   6. I love you Hon!

    Hembusan angin subuh menyusup tubuh dua insan yang sedang dilanda kasmaran. Anggoro mempererat pelukannya. Jenny menggeliat. Anggoro menyusupkan bibirnya ke leher jenjang istrinya."Hemm...Jenny menggeliat. merasakan kegelian di sekitar tubuhnya. Anggoro semakin menyesapkan wajahnya lebih dalam. Kali ini desahan Jenny juga semakin membuat Anggoro menginginkan yang lebih dari istri tercintanya."Gak capek Pa?" tanya Jenny.Bukannya menjawab, Anggoro semakin menjadi dengan aksinya dan sukses membuat Jenny memecah heningnya subuh dengan desahan kenikmatan. Dan kembali pasangan ini menikmati peraduannya.Dengan sisa-sisa peluh kenikmatan, Anggoro mencium kening Jenny."Terima kasih. I love you Hon," ucapnya sambil menyeka bulir keringat yang membasahi wajah istrinya."I love you too, papa?" ucap Jenny kembali mengecup bibir ranum suaminya. Keduanya tersenyum."Aku mandi dulu Pa," ucap Jenny."Mau ditemani?", tanya Anggo

  • Jangan Panggil Aku Gembul   5. Angkasa Group

    Anggoro masih bersama klien dari Kanada untuk membahas pembangunan properti di Jakarta. Jika berhasil memastikan kliennya menginvestasikan dananya ke perusahaannya, tentu saja sayap bisnis Anggoro semakin kuat dan lebar. Untuk itu, Anggoro benar-benar harus jeli berbicara dengan kliennya. "Baiklah Mr. Anggoro. Berdasarkan penjelasan anda dan profit yang Anda sampaikan secara detail, saya bersedia memberikan saham saya 40% sesuai janji saya. Dan jika dalam tempo 6 bulan Anda bisa menunjukkan hasil yang signifikan, saya akan menambah saham saya 10% sehingga total saham yang akan saya tanamkan di perusahaan Anda adalah 50%," sang klien bernama Mr. Samuel menjabat tangan Anggoro. "Terima kasih atas kepercayaan Anda Mr. Samuel. Saya tidak akan mengecewakan Anda. Dan semua berkas nanti asisten saya yang akan mempersiapkannya untuk Anda," Anggoro membalas jabatan tangan Samuel. "Saya permisi, Mr. Anggoro. Nanti asisten saya yang akan mengurus sisanya," balas

  • Jangan Panggil Aku Gembul   4. Tragedi di kantin

    Kinan dan Berry memasuki kantin.Kinan mendengus."Kenapa Kin?" tanya Berry sambil mengikuti ekor mata Kinan."Owh...cari tempat di pojok sana aja yuk," ajak Berry.Kinan mengangguk.Tapi ketenangan mereka tak berlangsung lama."Hai, Gembul. Makan apa hari ini? Berapa porsi? 3 atau 4 porsi cukup?" tanya Reykhel dengan tatapan mengejek.Berry menggeram, namun Kinan memegang pahanya. Berry memang agak tempramen di banding Kinan."Mau gabung Kak? Silahkan duduk. Masih ada bangku kosong," ucap Kinan sopan."Disini? Boleh? Gak takut oleng nanti? Kan berat sebelah," ujar Reykhel terbahak disertai teman-temannya.Seisi kantin juga menjadi riuh."Diam, gak ada yang nyuruh Lo pada ikutan gue tertawa," ucap Reykhel tajam menatap satu persatu siswa di kantin tersebut."Lo apain adek gue, gembul? Adik tersayang gue," tanyanya sambil mengetuk meja.Kinan mengkerutkan keningnya."Apa Beno

  • Jangan Panggil Aku Gembul   3. Gue Kinan, Kenapa?!

    Hari kedua yang masih menyebalkan bagi Kinan.Hufff.. Kinan menghela nafas. Berasa malas ingin keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi. Namun perut gak mau kompromi.Kinan mengeluarkan bekalnya, namun dia lupa untuk membawa air minum. Mau tidak mau dia harus ke kantin juga untuk membeli minuman. Sementara Haris, masih dengan buku bacaanya. Kinan meninggalkannya.Di kantin, Kinan celingak celinguk mendatangi penjual kantin."Awas gempa...gempa," teriak seseorang yang sudah Kinan kenal suaranya.Ya, Reykhel siapa lagi. Entah apa sebabnya dari awal suka mencari masalah."Mana gempa?" Ujar siswa lain terheran-heran."Itu penyebabnya," ujar Reykhel menunjuk Kinan. Sontak saja seisi kantin riuh. Sontak semua tertawa. Kinan hanya bisa menggeram dan tetap melangkahkan kakinya mencari air mineral ."Kin...Kinan," terdengar suara berteriak.Kinan mencari sumber suara."Kin...sini.""Berry, ucapnya berteriak

  • Jangan Panggil Aku Gembul   2. Hari kedua.

    "Lihat saja, berani mereka membully gue, gue tunjukin taring gue," batin Kinan tersenyum sinis. Hah, akhirnya bel pulang berbunyi juga. Kinan segera membereskan bukunya. Beno kembali membuat ulah. "Keluarnya satu-satu ya anak-anak. Dan hati-hati dengan bangkunya. Entar patah jangan lupa diganti," ujarnya sambil melirik Kinan. Kinan melirik tajam Beno. "Hati-hati juga untuk mulut yang tajam seperti Beo, ya anak-anak. Bisa2 nyawa tarohannya," ucap Kinan mendelik Beno tajam. Siswa siswi di kelas tersebut tertawa cekikikan. "Sudah...sudah... waktunya pulang jangan ada yang bercanda,"lerai Bu Yaya. Semua siswa berhamburan keluar. Ah, sepertinya perjuangan Kinan untuk keluar dari gerbang sekolah ini belum berakhir. Dia melihat sekelompok kakak kelas yang mentertawainya tadi. Dengan langkah cepat Kinan melewati gerombolan kakak kelasnya. Namun tiba-tiba Reykhel menyeletuk. "Bin

  • Jangan Panggil Aku Gembul   1. Kelas Baru Sekolah Baru

    Tring...tring...tring... Bel masuk berbunyi. Bel panjang menandakan semua siswa siswi harus berkumpul di halaman depan sekolah Kinan. SMU PELITA JAYA. "Selamat pagi anak-anak,"pak Bimantara, kepala sekolah kami menyapa. "Pagi Pak," jawab kami serempak. "Selamat datang kembali di sekolah kita, setelah liburan panjang selesai. Dan selamat kepada siswa siswi baru kita, anak-anak dari seantero Sekolah Menengah Pertama. Terima kasih sudah memilih SMU Pelita Jaya sebagai SMU pilihan kalian," ucap Pak Bimantara. "Saya selaku kepala sekolah disini mewakili para dewan guru untuk menyampaikan apa saja peraturan yang harus ditaati disini." "Sekolah kita terkenal dengan kedisiplinanmya dan juga kebandelannya dalam tanda kutik ya. Selama kebandelan kalian tidak mencoreng nama sekolah dan orangtua, maka kebandelan kalian diizinkan, he...he...he...," tambahnya. "Yang pertama 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai, kalian harus sudah ada

DMCA.com Protection Status