Anggoro masih bersama klien dari Kanada untuk membahas pembangunan properti di Jakarta. Jika berhasil memastikan kliennya menginvestasikan dananya ke perusahaannya, tentu saja sayap bisnis Anggoro semakin kuat dan lebar.
Untuk itu, Anggoro benar-benar harus jeli berbicara dengan kliennya.
"Baiklah Mr. Anggoro. Berdasarkan penjelasan anda dan profit yang Anda sampaikan secara detail, saya bersedia memberikan saham saya 40% sesuai janji saya. Dan jika dalam tempo 6 bulan Anda bisa menunjukkan hasil yang signifikan, saya akan menambah saham saya 10% sehingga total saham yang akan saya tanamkan di perusahaan Anda adalah 50%," sang klien bernama Mr. Samuel menjabat tangan Anggoro.
"Terima kasih atas kepercayaan Anda Mr. Samuel. Saya tidak akan mengecewakan Anda. Dan semua berkas nanti asisten saya yang akan mempersiapkannya untuk Anda," Anggoro membalas jabatan tangan Samuel.
"Saya permisi, Mr. Anggoro. Nanti asisten saya yang akan mengurus sisanya," balas Mr. Samuel.
"Baik, terima kasih. Senang bekerjasama dengan Anda," ucap Anggoro.
Dan, Anggoro segera mengambil gawainya. Membuka aplikasi berwarna hijau dan menelpon istri tercintanya.
"Hallo, sayang. Anak-anak udah makan?" tanya Anggoro.
"Udah pah, gimana papa?" Lancar?" Jenny balik bertanya.
"Gimana ya, kalau setiap ketemu klien membayangkan wajah cantikmu, inshaallah semua lancar tanpa hambatan. Seperti air mengalir aja," ucap Anggoro sedikit gombal.
"Malam ini dandan yang cantik ya Hon, kita dinner," ajak Anggoro.
"Baiklah, jam 7 aku dan anak-anak akan bersiap,"tambah Jenny.
"Anak-anak?? Siapa yang ngajakin mereka? Pede banget kamu Hon," ucap Anggoro bertambah mesra.
"Mmm...maksud papa kita berdua aja?" tanya Jenny.
"Iya donk Hon. Udah lama gak honeymoon sama kamu,mmmmuach," ucap Anggoro.
Jenny terpaku. Pipinya bersemu merah.
"Iya baik. Love you Pa," mmmuach," balas Jenny dan klik, sambungan pun terputus.
Anggoro kembali ke kantornya. Sebagai seorang CEO yang sukses mengembangkan perusahaannya hingga mempunyai cabang diluar negeri, Anggoro tidak luput dari pandangan nakal mata wanita yang kagum kepadanya.
Begitu juga dengan musuh. Tentu saja Anggoro tidak memungkiri hal itu. Dengan kesuksesannya melawan musuhnya dalam dunia bisnis, Anggoro selalu menjadi bumerang bagi lawannya karena selalu memenangkan tender. Dan anehnya, para musuh mereka tidak jera. Selalu saja mencoba menjatuhkan Anggoro dengan cara apa saja.
Tetapi Anggoro sangat sulit tersentuh. Dengan memiliki beberapa anak buah yang bisa dihandalkan dan beberapa orang kepercayaannya yang tidak mungkin mengkhianatinya, Anggoro semakin sulit dikalahkan untuk urusan bisnis. Dia selalu saja mencium bau kecurangan jika musuh mendekat.
Kemudian, Anggoro menghubungi asisten kepercayaan sekaligus sopir dan bodyguard anak dan istrinya.
"Ya, Pak," ucapnya di seberang .
"Siapkan berkas perjanjian untuk Mr. Samuel. Draft meeting tadi sudah saya simpan di file biasa," ucap Anggoro ringkas.
"Satu lagi, malam ini saya dan Jenny akan dinner di Hotel XX dan tolong siapkan kamar luxurious buat kami," titahnya.
"Baik Pak . Perlu pengamanan Pak?" tanya Handoko.
"Seperti biasa," ucap Anggoro.
"Baik Pak, ada yang lain?" tanyanya.
"Itu saja, terima kasih, Han," ujar Anggoro.
Sementara dirumah.
Jenny berada dikamar. Dia memilih gaun hijau tosca dengan belahan di dada sedikit terbuka dan terusan A line ditambah gliter dibagian pinggang menambah kesan mewah dan sexy untuk ukuran seusianya. Meski umurnya sudah menginjak 43 tahun tapi kecantikannya bak gadis belia berumur 20 th.
Jenny memoles wajahnya tipis dan memberi bibirnya kesan natural dengan lipstik berwarna peach nude. Tak perlu berdandan lebih, Jenny sudah melebihi dari kata cantik. Anggun lebih tepatnya.
Kemudian perlahan Jenny menuruni tangga. Anak-anak mereka dan Berry sontak kaget.
"Diiiiih, mama cantik banget. Mau kemana?" tanya Seena.
"Waaaaa, tante, bak selebritis holywood," Berry juga memuji.
"Mama mau dinner atau honeymoon lagi sama papa?" goda Kinan tak mau kalah.
"Duh, pertanyaannya ngeborong banget. Satu-satu kenapa," jawab Jenny.
"Habisnya tante cantik banget," ujar Berry.
"Iya donk, mama gue, jawab Kinan dan Seena bersamaan.
"Mama mau keluar dinner sama papa. Berry, kamu nginep sini aja ya. Nemani Seena sama Kinan," jawab Jenny.
"Memangnya tante sama om gak pulang?" tanyas Berry polos.
Jenny tersipu ditanya seperti itu. Karena dia tahu setelah dinner akan ada peraduan dahsyat jika suaminya memenangkan suatu tender.
"Iiiish, muka mama merah. Honeymoon deh," goda Kinan.
Tin...tin...
"Udah ah, papa udah di depan," ucap Jenny berlari kecil menghindari godaan dari ketiga gadis belia itu.
Memasuki mobil. Jenny terkejut ketika hanya mendapati Pak Handoko saja.
"Tuan sudah menunggu di Hotel XX nyonya," ucap Handoko tanpa ditanya.
Jenny tersipu memdengarnya. Dan Handoko melihat perubahan wajah majikannya. Dia tersenyum tipis.
"Silahkan Nyonya, Tuan ada di atas," ucap Handoko membuka pintu untuk Jenny.
"Terima kasih pak Han," jawab Jenny.
Jenny menuju restoran dimana sang pujaan hati sudah menunggu.
"Honey," Anggoro membuka tangan ketika Jenny mengarah kepadanya.
Dia memegang erat pinggang istrinya dan mengecup keningnya.
Menggeser kursi dan mempersilahkan Jenny duduk bak seorang ratu.
Orang di sekitarnya memandang kagum dengan pasangan ini. Selain cantik dan ganteng, mereka terlihat sangat romantis.
"Pesen apa Hon,? tanya Anggoro.
"Seperti biasa pa, steak ayam plus," jawab Jenny.
"Plus cinta kan?" tanya Anggoro menggoda istrinya.
Jenny tersipu.
"Kamu cantik banget malam ini Hon," pujinya.
"Ah, papa bisa aja," ucap Jenny tersipu.
"Ayo makan, tapi plus nya gak disini," kembali Anggara berkata menggoda istrinya.
Mereka makan dalam diam, sembari sesekali melirik satu sama lainnya.
Setelah selesai.
"Papa menang tender?" Tanya Jenny basa basi.
"Seperti biasa, kemenangan ini untuk kamu juga," jawab Anggoro.
"Bill," teriak Anggoro kepada waiter.
Dan Anggoro meletakkan beberapa lembar plus sebagai tips.
"Terima kasih Tuan. Semoga service kami memuskan," ucap waiter.
Anggoro dan Jenny tersenyum.
Sambil bergandengan tangan merek keluar dari restoran itu dan menuju lantai atas dimana kamar Lux mereka sudah disiapkan.
Anggoro memasukkan kartu. Pintu terbuka. Dia segera menyalakan lampu. Sambil terus memegang pinggang ramping istrinya. Mengajaknya masuk.
Anggoro menatap lembut istrinya.
"Terima kasih Hon, sudah menjadi bagian dari hidupku selama ini, menemaniku dari bawah, dan berjuang mencapai kesuksesan ini. Memberikan ku buah hati yang cantik," ucap Anggoro membelai lembut pipi Jenny.
"Terima kasih juga pa, sudah bisa menerima aku dengan segala kekuranganku. Tetaplah disisiku dalam keadaan apapun. Aku gak bisa membayangkan hidupku tanpa kamu pa, " balas Jenny memegang pundak suaminya.
Dan tatapan mereka semakin mendekat. Nafas mereka semakin terasa. Suami istri ini menautkan bibir mereka. Anggoro beralih nakal kebagian sensitif istrinya karena dia tahu sisi lemah Jenny adalah berada di titik ini.
Jenny menikmati seluruh sentuhan yang suaminya berikan. Dan membalas setiap kenikmatan itu. Anggoro menikmati suguhan yang diberikan oleh istrinya. Peluh mereka menyatu. Menyatu di dalam malam panjang yang menyatukan .raga mereka atas nama cinta.
Hembusan angin subuh menyusup tubuh dua insan yang sedang dilanda kasmaran. Anggoro mempererat pelukannya. Jenny menggeliat. Anggoro menyusupkan bibirnya ke leher jenjang istrinya."Hemm...Jenny menggeliat. merasakan kegelian di sekitar tubuhnya. Anggoro semakin menyesapkan wajahnya lebih dalam. Kali ini desahan Jenny juga semakin membuat Anggoro menginginkan yang lebih dari istri tercintanya."Gak capek Pa?" tanya Jenny.Bukannya menjawab, Anggoro semakin menjadi dengan aksinya dan sukses membuat Jenny memecah heningnya subuh dengan desahan kenikmatan. Dan kembali pasangan ini menikmati peraduannya.Dengan sisa-sisa peluh kenikmatan, Anggoro mencium kening Jenny."Terima kasih. I love you Hon," ucapnya sambil menyeka bulir keringat yang membasahi wajah istrinya."I love you too, papa?" ucap Jenny kembali mengecup bibir ranum suaminya. Keduanya tersenyum."Aku mandi dulu Pa," ucap Jenny."Mau ditemani?", tanya Anggo
Tiba di markas kakaknya di belakang bagian sekolah, Beno menceritakan kekesalannya.Reykhel menggeram."Lo gak bisa apa nyelesain sendiri? Masa harus gue juga yang turun tangan?" Bentak Reykhel kepada adiknya."Masalahnya, tadi Berry, bodyguard si gembul datang langsung melintir tangan gue Kak," adu Beno."Payah Lo. Laki koq mlence. Ntar pulang sekolah kita beresin," ujar Reykhel."Mampus Lo," batin Beno.Dan benar saja, begitu jam pelajaran usai, Reykhel, Beno, dan geng nya sudah menunggu Kinan di ujung jalan. Dari kejauhan Kinan sudah melihat gelagat tidak beres, jadi dia segera menelepon Pak Han."Pak Han, tolong jemput kita pas di depan gerbang ya. Dan Bapak juga turun dari mobil dan nungguin kita di sana, sekarang ya Pak," titah Kinan."Baik,Non," ucap Pak Han."Loh...loh...Pak Han, koq turun?" tanya Seena."Jemput non Kinan dan non Berry, Non," jawabnya.Seena mengkerutkan keningnya."Tumben,"
Pagi cerah memyelimuti kediaman Anggoro. Khusus hari ini, Anggoro tidak mengizinkan anaknya ke sekolah. Dan tentu saja sebagai salah satu donatur terbesar di sekolah Kinan dan Seefa bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan izin dari kepala sekolah. Anggoro memerintahkan anak buahnya untuk memperketat penjagaan. Kemudian bersama orang kepercayaan dan anak buah yang tersisa, Anggoro berangkat membelah macet kota Jakarta. Dia menuju ke salah satu desa di sudut kota Jakarta. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, mereka akhirnya sampai di desa yang dituju. Dengan berbekal alamat dan foto yang lengkap, akhirnya mereka tiba di salah satu kediaman anak buah Wira Pratama. Bagas namanya. Bagas Dwijaya. Tiba di depan sebuah rumah sederhana, Anggoro mengetuk pintu. Tampaklah seorang wanita tua membukakan pintu. Dan dibelakang wanita tua tersebut, tampak seorang wanita yang sedang mengandung sambil memegang anak perempuan berumur 6 tahun. "Permisi, benar ini rumahnya Bagas Dwijay
Tring...tring...tring... Bel masuk berbunyi. Bel panjang menandakan semua siswa siswi harus berkumpul di halaman depan sekolah Kinan. SMU PELITA JAYA. "Selamat pagi anak-anak,"pak Bimantara, kepala sekolah kami menyapa. "Pagi Pak," jawab kami serempak. "Selamat datang kembali di sekolah kita, setelah liburan panjang selesai. Dan selamat kepada siswa siswi baru kita, anak-anak dari seantero Sekolah Menengah Pertama. Terima kasih sudah memilih SMU Pelita Jaya sebagai SMU pilihan kalian," ucap Pak Bimantara. "Saya selaku kepala sekolah disini mewakili para dewan guru untuk menyampaikan apa saja peraturan yang harus ditaati disini." "Sekolah kita terkenal dengan kedisiplinanmya dan juga kebandelannya dalam tanda kutik ya. Selama kebandelan kalian tidak mencoreng nama sekolah dan orangtua, maka kebandelan kalian diizinkan, he...he...he...," tambahnya. "Yang pertama 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai, kalian harus sudah ada
"Lihat saja, berani mereka membully gue, gue tunjukin taring gue," batin Kinan tersenyum sinis. Hah, akhirnya bel pulang berbunyi juga. Kinan segera membereskan bukunya. Beno kembali membuat ulah. "Keluarnya satu-satu ya anak-anak. Dan hati-hati dengan bangkunya. Entar patah jangan lupa diganti," ujarnya sambil melirik Kinan. Kinan melirik tajam Beno. "Hati-hati juga untuk mulut yang tajam seperti Beo, ya anak-anak. Bisa2 nyawa tarohannya," ucap Kinan mendelik Beno tajam. Siswa siswi di kelas tersebut tertawa cekikikan. "Sudah...sudah... waktunya pulang jangan ada yang bercanda,"lerai Bu Yaya. Semua siswa berhamburan keluar. Ah, sepertinya perjuangan Kinan untuk keluar dari gerbang sekolah ini belum berakhir. Dia melihat sekelompok kakak kelas yang mentertawainya tadi. Dengan langkah cepat Kinan melewati gerombolan kakak kelasnya. Namun tiba-tiba Reykhel menyeletuk. "Bin
Hari kedua yang masih menyebalkan bagi Kinan.Hufff.. Kinan menghela nafas. Berasa malas ingin keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi. Namun perut gak mau kompromi.Kinan mengeluarkan bekalnya, namun dia lupa untuk membawa air minum. Mau tidak mau dia harus ke kantin juga untuk membeli minuman. Sementara Haris, masih dengan buku bacaanya. Kinan meninggalkannya.Di kantin, Kinan celingak celinguk mendatangi penjual kantin."Awas gempa...gempa," teriak seseorang yang sudah Kinan kenal suaranya.Ya, Reykhel siapa lagi. Entah apa sebabnya dari awal suka mencari masalah."Mana gempa?" Ujar siswa lain terheran-heran."Itu penyebabnya," ujar Reykhel menunjuk Kinan. Sontak saja seisi kantin riuh. Sontak semua tertawa. Kinan hanya bisa menggeram dan tetap melangkahkan kakinya mencari air mineral ."Kin...Kinan," terdengar suara berteriak.Kinan mencari sumber suara."Kin...sini.""Berry, ucapnya berteriak
Kinan dan Berry memasuki kantin.Kinan mendengus."Kenapa Kin?" tanya Berry sambil mengikuti ekor mata Kinan."Owh...cari tempat di pojok sana aja yuk," ajak Berry.Kinan mengangguk.Tapi ketenangan mereka tak berlangsung lama."Hai, Gembul. Makan apa hari ini? Berapa porsi? 3 atau 4 porsi cukup?" tanya Reykhel dengan tatapan mengejek.Berry menggeram, namun Kinan memegang pahanya. Berry memang agak tempramen di banding Kinan."Mau gabung Kak? Silahkan duduk. Masih ada bangku kosong," ucap Kinan sopan."Disini? Boleh? Gak takut oleng nanti? Kan berat sebelah," ujar Reykhel terbahak disertai teman-temannya.Seisi kantin juga menjadi riuh."Diam, gak ada yang nyuruh Lo pada ikutan gue tertawa," ucap Reykhel tajam menatap satu persatu siswa di kantin tersebut."Lo apain adek gue, gembul? Adik tersayang gue," tanyanya sambil mengetuk meja.Kinan mengkerutkan keningnya."Apa Beno
Pagi cerah memyelimuti kediaman Anggoro. Khusus hari ini, Anggoro tidak mengizinkan anaknya ke sekolah. Dan tentu saja sebagai salah satu donatur terbesar di sekolah Kinan dan Seefa bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan izin dari kepala sekolah. Anggoro memerintahkan anak buahnya untuk memperketat penjagaan. Kemudian bersama orang kepercayaan dan anak buah yang tersisa, Anggoro berangkat membelah macet kota Jakarta. Dia menuju ke salah satu desa di sudut kota Jakarta. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, mereka akhirnya sampai di desa yang dituju. Dengan berbekal alamat dan foto yang lengkap, akhirnya mereka tiba di salah satu kediaman anak buah Wira Pratama. Bagas namanya. Bagas Dwijaya. Tiba di depan sebuah rumah sederhana, Anggoro mengetuk pintu. Tampaklah seorang wanita tua membukakan pintu. Dan dibelakang wanita tua tersebut, tampak seorang wanita yang sedang mengandung sambil memegang anak perempuan berumur 6 tahun. "Permisi, benar ini rumahnya Bagas Dwijay
Tiba di markas kakaknya di belakang bagian sekolah, Beno menceritakan kekesalannya.Reykhel menggeram."Lo gak bisa apa nyelesain sendiri? Masa harus gue juga yang turun tangan?" Bentak Reykhel kepada adiknya."Masalahnya, tadi Berry, bodyguard si gembul datang langsung melintir tangan gue Kak," adu Beno."Payah Lo. Laki koq mlence. Ntar pulang sekolah kita beresin," ujar Reykhel."Mampus Lo," batin Beno.Dan benar saja, begitu jam pelajaran usai, Reykhel, Beno, dan geng nya sudah menunggu Kinan di ujung jalan. Dari kejauhan Kinan sudah melihat gelagat tidak beres, jadi dia segera menelepon Pak Han."Pak Han, tolong jemput kita pas di depan gerbang ya. Dan Bapak juga turun dari mobil dan nungguin kita di sana, sekarang ya Pak," titah Kinan."Baik,Non," ucap Pak Han."Loh...loh...Pak Han, koq turun?" tanya Seena."Jemput non Kinan dan non Berry, Non," jawabnya.Seena mengkerutkan keningnya."Tumben,"
Hembusan angin subuh menyusup tubuh dua insan yang sedang dilanda kasmaran. Anggoro mempererat pelukannya. Jenny menggeliat. Anggoro menyusupkan bibirnya ke leher jenjang istrinya."Hemm...Jenny menggeliat. merasakan kegelian di sekitar tubuhnya. Anggoro semakin menyesapkan wajahnya lebih dalam. Kali ini desahan Jenny juga semakin membuat Anggoro menginginkan yang lebih dari istri tercintanya."Gak capek Pa?" tanya Jenny.Bukannya menjawab, Anggoro semakin menjadi dengan aksinya dan sukses membuat Jenny memecah heningnya subuh dengan desahan kenikmatan. Dan kembali pasangan ini menikmati peraduannya.Dengan sisa-sisa peluh kenikmatan, Anggoro mencium kening Jenny."Terima kasih. I love you Hon," ucapnya sambil menyeka bulir keringat yang membasahi wajah istrinya."I love you too, papa?" ucap Jenny kembali mengecup bibir ranum suaminya. Keduanya tersenyum."Aku mandi dulu Pa," ucap Jenny."Mau ditemani?", tanya Anggo
Anggoro masih bersama klien dari Kanada untuk membahas pembangunan properti di Jakarta. Jika berhasil memastikan kliennya menginvestasikan dananya ke perusahaannya, tentu saja sayap bisnis Anggoro semakin kuat dan lebar. Untuk itu, Anggoro benar-benar harus jeli berbicara dengan kliennya. "Baiklah Mr. Anggoro. Berdasarkan penjelasan anda dan profit yang Anda sampaikan secara detail, saya bersedia memberikan saham saya 40% sesuai janji saya. Dan jika dalam tempo 6 bulan Anda bisa menunjukkan hasil yang signifikan, saya akan menambah saham saya 10% sehingga total saham yang akan saya tanamkan di perusahaan Anda adalah 50%," sang klien bernama Mr. Samuel menjabat tangan Anggoro. "Terima kasih atas kepercayaan Anda Mr. Samuel. Saya tidak akan mengecewakan Anda. Dan semua berkas nanti asisten saya yang akan mempersiapkannya untuk Anda," Anggoro membalas jabatan tangan Samuel. "Saya permisi, Mr. Anggoro. Nanti asisten saya yang akan mengurus sisanya," balas
Kinan dan Berry memasuki kantin.Kinan mendengus."Kenapa Kin?" tanya Berry sambil mengikuti ekor mata Kinan."Owh...cari tempat di pojok sana aja yuk," ajak Berry.Kinan mengangguk.Tapi ketenangan mereka tak berlangsung lama."Hai, Gembul. Makan apa hari ini? Berapa porsi? 3 atau 4 porsi cukup?" tanya Reykhel dengan tatapan mengejek.Berry menggeram, namun Kinan memegang pahanya. Berry memang agak tempramen di banding Kinan."Mau gabung Kak? Silahkan duduk. Masih ada bangku kosong," ucap Kinan sopan."Disini? Boleh? Gak takut oleng nanti? Kan berat sebelah," ujar Reykhel terbahak disertai teman-temannya.Seisi kantin juga menjadi riuh."Diam, gak ada yang nyuruh Lo pada ikutan gue tertawa," ucap Reykhel tajam menatap satu persatu siswa di kantin tersebut."Lo apain adek gue, gembul? Adik tersayang gue," tanyanya sambil mengetuk meja.Kinan mengkerutkan keningnya."Apa Beno
Hari kedua yang masih menyebalkan bagi Kinan.Hufff.. Kinan menghela nafas. Berasa malas ingin keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi. Namun perut gak mau kompromi.Kinan mengeluarkan bekalnya, namun dia lupa untuk membawa air minum. Mau tidak mau dia harus ke kantin juga untuk membeli minuman. Sementara Haris, masih dengan buku bacaanya. Kinan meninggalkannya.Di kantin, Kinan celingak celinguk mendatangi penjual kantin."Awas gempa...gempa," teriak seseorang yang sudah Kinan kenal suaranya.Ya, Reykhel siapa lagi. Entah apa sebabnya dari awal suka mencari masalah."Mana gempa?" Ujar siswa lain terheran-heran."Itu penyebabnya," ujar Reykhel menunjuk Kinan. Sontak saja seisi kantin riuh. Sontak semua tertawa. Kinan hanya bisa menggeram dan tetap melangkahkan kakinya mencari air mineral ."Kin...Kinan," terdengar suara berteriak.Kinan mencari sumber suara."Kin...sini.""Berry, ucapnya berteriak
"Lihat saja, berani mereka membully gue, gue tunjukin taring gue," batin Kinan tersenyum sinis. Hah, akhirnya bel pulang berbunyi juga. Kinan segera membereskan bukunya. Beno kembali membuat ulah. "Keluarnya satu-satu ya anak-anak. Dan hati-hati dengan bangkunya. Entar patah jangan lupa diganti," ujarnya sambil melirik Kinan. Kinan melirik tajam Beno. "Hati-hati juga untuk mulut yang tajam seperti Beo, ya anak-anak. Bisa2 nyawa tarohannya," ucap Kinan mendelik Beno tajam. Siswa siswi di kelas tersebut tertawa cekikikan. "Sudah...sudah... waktunya pulang jangan ada yang bercanda,"lerai Bu Yaya. Semua siswa berhamburan keluar. Ah, sepertinya perjuangan Kinan untuk keluar dari gerbang sekolah ini belum berakhir. Dia melihat sekelompok kakak kelas yang mentertawainya tadi. Dengan langkah cepat Kinan melewati gerombolan kakak kelasnya. Namun tiba-tiba Reykhel menyeletuk. "Bin
Tring...tring...tring... Bel masuk berbunyi. Bel panjang menandakan semua siswa siswi harus berkumpul di halaman depan sekolah Kinan. SMU PELITA JAYA. "Selamat pagi anak-anak,"pak Bimantara, kepala sekolah kami menyapa. "Pagi Pak," jawab kami serempak. "Selamat datang kembali di sekolah kita, setelah liburan panjang selesai. Dan selamat kepada siswa siswi baru kita, anak-anak dari seantero Sekolah Menengah Pertama. Terima kasih sudah memilih SMU Pelita Jaya sebagai SMU pilihan kalian," ucap Pak Bimantara. "Saya selaku kepala sekolah disini mewakili para dewan guru untuk menyampaikan apa saja peraturan yang harus ditaati disini." "Sekolah kita terkenal dengan kedisiplinanmya dan juga kebandelannya dalam tanda kutik ya. Selama kebandelan kalian tidak mencoreng nama sekolah dan orangtua, maka kebandelan kalian diizinkan, he...he...he...," tambahnya. "Yang pertama 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai, kalian harus sudah ada