"Lihat saja, berani mereka membully gue, gue tunjukin taring gue," batin Kinan tersenyum sinis.
Hah, akhirnya bel pulang berbunyi juga. Kinan segera membereskan bukunya.
Beno kembali membuat ulah.
"Keluarnya satu-satu ya anak-anak. Dan hati-hati dengan bangkunya. Entar patah jangan lupa diganti," ujarnya sambil melirik Kinan.
Kinan melirik tajam Beno.
"Hati-hati juga untuk mulut yang tajam seperti Beo, ya anak-anak. Bisa2 nyawa tarohannya," ucap Kinan mendelik Beno tajam.
Siswa siswi di kelas tersebut tertawa cekikikan.
"Sudah...sudah... waktunya pulang jangan ada yang bercanda,"lerai Bu Yaya.
Semua siswa berhamburan keluar.
Ah, sepertinya perjuangan Kinan untuk keluar dari gerbang sekolah ini belum berakhir. Dia melihat sekelompok kakak kelas yang mentertawainya tadi.
Dengan langkah cepat Kinan melewati gerombolan kakak kelasnya.
Namun tiba-tiba Reykhel menyeletuk.
"Binatang ragunan ada yang lepas kah cui?" Ucapnya melirik Kinan.
"Adaaaaa..." jawab yang lain bersamaan.
"Itu.... tambahnya sambil menunjuk ke arah Kinan.
Kinan membalikkan badan, mendelik satu persatu wajah mereka, merekamnya dengan baik di ingatannya.
Di gerbang, Kinan bertemu Haris. Dia sedang menundukkan kepala.
"Ris, elo pulang ma siapa?" tanya Kinan.
"Nunggu jemputan Kin. Elo?" ucapnya balik bertanya.
"Tuh, bokap gue uda jemput," ujar Kinan lagi.
"Gue duluan ya. Elo gak apa nih sendirian?" tambah Kinan.
"Gak apa, paling bentar lagi mama sampe," ucap Haris.
"Dah ya, sampai ketemu besok. Bye," Kinan berlalu sambil melambaikan tangan.
"Hai, anak papa. Gimana hari pertama sekolah?" tanya papa Kinan.
"Bad mood pah," ucap Kinan mengerucutkan bibirnya.
"Pasti di bully lagi kan elo kak," jawab Seena, adik Kinan yang bontot.
"Yups,kayak gak tau nasib gue aja dari SMP suka dibully," ujar Kinan.
Papa Kinan tersenyum.
"Papa udah pernah bilang kan sama kalian, bikin pembully itu malu dengan prestasi kalian," ujar Papa menyemangati Kinan.
"Kalian anak papa yang hebat koq. Cantik, pinter lagi. Papa aja bangga dengan kalian. Mereka aja yang gak tau siapa kalian," ujar papa Kinan lagi.
"Biarin aja, biarin mereka puas sepuas puasnya membully gadis gemoy ini, ha...ha...ha...," jawab Kinan sambil merampas cemilan adiknya.
"Kak Kinan iiish, kebiasaankan. Gimana mau kurus coba?" Ucap Seena asal.
"Upssss," tambahnya sambil menutup mulut.
"Ha...ha...ha... gak apa-apa adikku tersayang. Ada koq saat nya nanti Kinan Savitri Anggoro membuat para pembully klepek-klepek dengan penampilan yang baru," jawab Kinan asal.
"Ha.... jadi elo kepengen diet Kak Kin? Beneran? Horeeeee..." teriak Seena.
"Berisik!" Ujar Kinan menutup kupingnya.
Anggoro geleng-geleng kepala mendengar ocehan putri-putrinya.
Dirumah.
"Assalamualaikum," ucap mereka bersamaan.
"Walaikumsalam," suara mama mereka dari dalam.
"Aduh, bidadari Mama udah pada pulang. Makan siang yuks. Mama masakin sop kesukaan kalian."
"Pah, makan siang juga ya?" Tanya Jenny, istri dari Hengky Anggoro, mama nya Kinan.
"Jelas donk sayang. Sejak kapan aku melewati makan siang dengan istriku tercinta," ucap Anggoro seraya mencium pipi istrinya.
"Cie...cie...suit...suit," heboh dua beradik ini menggoda orangtuanya.
"Papa, apa-apan sih? Anak-anak udah besar tau," kawab Jenny tersipu.
"Ah... udah ayo makan. Setelah ini Papa mau meeting sama klien," ucap si papa.
Dan makan siang mereka nikmati tanpa bicara. Sudah jadi tradisi kalau makan bersama dilarang berbicara jika tidak perlu.
Dikamar Kinan.
Kinan merebahkan tubuhnya. Dia mengingat kejadian di sekolahnya.
"Menyebalkan!" batinnya.
"Tunggu aja sampai mereka tau siapa gue sebenarnya." Ujarnya menggumam.
Kinan merbahkan tubuhnya dan tertidur karena lelah melanda.
Keesokan harinya.
"Pagi Ma," ucap Kinan. Seena dan papa kemana?" tanyanya.
"Tuh, baru pada turun," jawab mamanya.
"Pagi Ma, Kak," ucap Seena.
"Sarapan apa kita hari ini hon," ucap Anggoro sambil mencium pipi istrinya.
"Nasi goreng kampung plus telor dadar, tarrrraaaa," ucap Jenny membuka tangannya mengarah ke meja makan.
"Waaaaaa, enak ini. Kinan bekal ya ma ntar?" tanya Kinan.
"Gak malu? Entar di bully lho," ucap papanya.
"Tau nih Kak Kin. Ntar manyun lagi kayak kemaren, ucap Seena.
"Bawel lo," jawab Kinan.
"Udah...udah...didepan rezeki dilarang bertengkar lho," Anggoro menengahi mereka.
"Papa, mau dibuatin makan siang kayak biasa, makan disini atau diantar?" tanya Jenny.
"Nggak usah Ma, kebetulan meeting kemaren disambung hari ini. Papa makan sama klien. Doakan investor itu bersedia menanamkan modalnya di perusahaan kita ya Hon, " ucap Anggoro.
"Aamiin," Kinan, Seena, dan Jenny berucap serempak.
Selesai sarapan semua berpamitan.
Anak-anaknya menciumi tangannya, dan suami nya seperti biasa memberinpelukan hangat dan menciumi pipi dan kening istrinya.
"Pah, buruan, jangan bucin terus pah," teriak Kinan.
"Hi...hi...hi...,mama sama papa kayak ABG ya Kak," ucap Seena.
"Tau tuh papa. Nyosor aja. Depan kita lagi," jawab Kinan.
"Berangkat Han," ucap Anggoro kepada sopir sekaligus kaki tangannya di kantor, pak Handoko.
"Baik, Pak," ucap Handoko.
Dan, mereka menjelajah kota Jakarta.
Tiba di sekolah Seena.
"Kak Kin, pah, pak Han, Seena masuk ya. Jangan ngebut ya Pak Han. Diamond ini semua," ujar Seena sambil melambaikan tangannya.
Kemudian ke arah sekolah Kinan.
Di gerbang, Kinan menghela nafas panjang.
"Kenapa sayang?" Tanya Anggoro.
"Itu pah, anak-anak yang ngebully Kinan kemaren.
Anggoro memperhatikan mereka.
"Kamu tau kan apa yang harus kamu perbuat, jika mereka menyakiti kamu sayang," ucap Anggoro.
"Jangan khawatir pah, Kinan bisa jaga diri koq," ucapnya lagi.
"Bye pah. Pak Han jangan ngebut. Diamond nih," ucap Kinan menirukan adiknya.
"Beres Non," jawab Handoko.
"Pak, berangkat ya, tambahnya.
"Pak, Bapak beruntung ya punya keluarga kayak Ibu jenny dan anak-anak, saya terkadang iri lho Pak, ucap Handoko.
"Hem...Ketika mereka kita anggap emas dan berharga, ketika itulah kita akan benar-benar menjaga dan memperhatikan mereka," ucap Anggoro.
"Iya Pak, saya menyesal dengan semua yang....
"Sssst, iti semua masa lalu. Lupakan. Jika keadaan akan membaik, pasti Allah kasih jalan untuk memperbaikinya. Meskipun dengan keadaan yang tak terduga," jawab Anggoro bijak.
Sementara di sekolah Kinan.
"Awas...awas... gempa susulan, kata Reykhel. Anak ingusan yang bagi Kinan cuma bisa menggertak.
Kinan tidak memperdulikan mereka dan berlalu begitu saja melewati mereka.
"Sialan, itu anak nyebelin banget ya, ucapnya.
"Der, cari tau sana," ucap Reykhel kepada Dery.
"Bisa diatur coi," jawab Deri.
"Haris," Kinan sedikit berteriak memanggil teman sebangkunya.
"Eeeh Kinan. Maaf, gue gak lihat elo," ucap Haris.
"Ya iyalah, elo jalannya nunduuuuk mlulu. Tegap gini napa?" Ucap Kinan mencontohkan dengan bahaaa tubuhnya.
"Cuit...cuit...dua sejoli datang gaesss.
"Si gembul dan si culun, ha...ha...ha..., ucap Beno yang disertai riuh tawa teman-temannya.
"Jangan dengerin Ris. Duduk yok," ajak Kinan sambil mengepalkan tangannya.
"Eh tunggu, " Kinan memegang tangan Haris dan memperhatikan bangku mereka.
"Kayaknya ada yang aneh deh," ucapnya lagi. Bentar gue periksa."
"Benerkan. Ada yang mau ngerjain kita. Elo jangan duduk dulu ya Ris, gue mau keruangan TU dulu," tambah Kinan.
Haris mengangguk. Kinan segera keruangan TU dan meminta petugas sekolah mengganti bangku mereka.
Tak lama, petugas datang membawa bangku yang baru.
"Aneh," ujar petugas tersebut.
"Aneh kenapa, Pak?" tanya Kinan penasaran.
"Ini Neng, koq bangkunya uda goyang ya. Padahal bangku untuk siswa baru itu baru semua lho Neng. Saya sendiri yang mindahin dari gudang," tambahnya.
Kinan tidak terkejut. Dia tahu siapa pelakunya.
Sementara di sudut pintu, ada seseorang yang memandang ke arah Kinan dan Haris tajam.
"Duduk Ris. Udah aman sekarang," ucapnya.
Bel masuk berbunyi. Para siswa memasuki kelas mereka dan siap menerima pelajaran dari guru masing-masing bidang study.
Hari kedua yang masih menyebalkan bagi Kinan.
Hari kedua yang masih menyebalkan bagi Kinan.Hufff.. Kinan menghela nafas. Berasa malas ingin keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi. Namun perut gak mau kompromi.Kinan mengeluarkan bekalnya, namun dia lupa untuk membawa air minum. Mau tidak mau dia harus ke kantin juga untuk membeli minuman. Sementara Haris, masih dengan buku bacaanya. Kinan meninggalkannya.Di kantin, Kinan celingak celinguk mendatangi penjual kantin."Awas gempa...gempa," teriak seseorang yang sudah Kinan kenal suaranya.Ya, Reykhel siapa lagi. Entah apa sebabnya dari awal suka mencari masalah."Mana gempa?" Ujar siswa lain terheran-heran."Itu penyebabnya," ujar Reykhel menunjuk Kinan. Sontak saja seisi kantin riuh. Sontak semua tertawa. Kinan hanya bisa menggeram dan tetap melangkahkan kakinya mencari air mineral ."Kin...Kinan," terdengar suara berteriak.Kinan mencari sumber suara."Kin...sini.""Berry, ucapnya berteriak
Kinan dan Berry memasuki kantin.Kinan mendengus."Kenapa Kin?" tanya Berry sambil mengikuti ekor mata Kinan."Owh...cari tempat di pojok sana aja yuk," ajak Berry.Kinan mengangguk.Tapi ketenangan mereka tak berlangsung lama."Hai, Gembul. Makan apa hari ini? Berapa porsi? 3 atau 4 porsi cukup?" tanya Reykhel dengan tatapan mengejek.Berry menggeram, namun Kinan memegang pahanya. Berry memang agak tempramen di banding Kinan."Mau gabung Kak? Silahkan duduk. Masih ada bangku kosong," ucap Kinan sopan."Disini? Boleh? Gak takut oleng nanti? Kan berat sebelah," ujar Reykhel terbahak disertai teman-temannya.Seisi kantin juga menjadi riuh."Diam, gak ada yang nyuruh Lo pada ikutan gue tertawa," ucap Reykhel tajam menatap satu persatu siswa di kantin tersebut."Lo apain adek gue, gembul? Adik tersayang gue," tanyanya sambil mengetuk meja.Kinan mengkerutkan keningnya."Apa Beno
Anggoro masih bersama klien dari Kanada untuk membahas pembangunan properti di Jakarta. Jika berhasil memastikan kliennya menginvestasikan dananya ke perusahaannya, tentu saja sayap bisnis Anggoro semakin kuat dan lebar. Untuk itu, Anggoro benar-benar harus jeli berbicara dengan kliennya. "Baiklah Mr. Anggoro. Berdasarkan penjelasan anda dan profit yang Anda sampaikan secara detail, saya bersedia memberikan saham saya 40% sesuai janji saya. Dan jika dalam tempo 6 bulan Anda bisa menunjukkan hasil yang signifikan, saya akan menambah saham saya 10% sehingga total saham yang akan saya tanamkan di perusahaan Anda adalah 50%," sang klien bernama Mr. Samuel menjabat tangan Anggoro. "Terima kasih atas kepercayaan Anda Mr. Samuel. Saya tidak akan mengecewakan Anda. Dan semua berkas nanti asisten saya yang akan mempersiapkannya untuk Anda," Anggoro membalas jabatan tangan Samuel. "Saya permisi, Mr. Anggoro. Nanti asisten saya yang akan mengurus sisanya," balas
Hembusan angin subuh menyusup tubuh dua insan yang sedang dilanda kasmaran. Anggoro mempererat pelukannya. Jenny menggeliat. Anggoro menyusupkan bibirnya ke leher jenjang istrinya."Hemm...Jenny menggeliat. merasakan kegelian di sekitar tubuhnya. Anggoro semakin menyesapkan wajahnya lebih dalam. Kali ini desahan Jenny juga semakin membuat Anggoro menginginkan yang lebih dari istri tercintanya."Gak capek Pa?" tanya Jenny.Bukannya menjawab, Anggoro semakin menjadi dengan aksinya dan sukses membuat Jenny memecah heningnya subuh dengan desahan kenikmatan. Dan kembali pasangan ini menikmati peraduannya.Dengan sisa-sisa peluh kenikmatan, Anggoro mencium kening Jenny."Terima kasih. I love you Hon," ucapnya sambil menyeka bulir keringat yang membasahi wajah istrinya."I love you too, papa?" ucap Jenny kembali mengecup bibir ranum suaminya. Keduanya tersenyum."Aku mandi dulu Pa," ucap Jenny."Mau ditemani?", tanya Anggo
Tiba di markas kakaknya di belakang bagian sekolah, Beno menceritakan kekesalannya.Reykhel menggeram."Lo gak bisa apa nyelesain sendiri? Masa harus gue juga yang turun tangan?" Bentak Reykhel kepada adiknya."Masalahnya, tadi Berry, bodyguard si gembul datang langsung melintir tangan gue Kak," adu Beno."Payah Lo. Laki koq mlence. Ntar pulang sekolah kita beresin," ujar Reykhel."Mampus Lo," batin Beno.Dan benar saja, begitu jam pelajaran usai, Reykhel, Beno, dan geng nya sudah menunggu Kinan di ujung jalan. Dari kejauhan Kinan sudah melihat gelagat tidak beres, jadi dia segera menelepon Pak Han."Pak Han, tolong jemput kita pas di depan gerbang ya. Dan Bapak juga turun dari mobil dan nungguin kita di sana, sekarang ya Pak," titah Kinan."Baik,Non," ucap Pak Han."Loh...loh...Pak Han, koq turun?" tanya Seena."Jemput non Kinan dan non Berry, Non," jawabnya.Seena mengkerutkan keningnya."Tumben,"
Pagi cerah memyelimuti kediaman Anggoro. Khusus hari ini, Anggoro tidak mengizinkan anaknya ke sekolah. Dan tentu saja sebagai salah satu donatur terbesar di sekolah Kinan dan Seefa bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan izin dari kepala sekolah. Anggoro memerintahkan anak buahnya untuk memperketat penjagaan. Kemudian bersama orang kepercayaan dan anak buah yang tersisa, Anggoro berangkat membelah macet kota Jakarta. Dia menuju ke salah satu desa di sudut kota Jakarta. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, mereka akhirnya sampai di desa yang dituju. Dengan berbekal alamat dan foto yang lengkap, akhirnya mereka tiba di salah satu kediaman anak buah Wira Pratama. Bagas namanya. Bagas Dwijaya. Tiba di depan sebuah rumah sederhana, Anggoro mengetuk pintu. Tampaklah seorang wanita tua membukakan pintu. Dan dibelakang wanita tua tersebut, tampak seorang wanita yang sedang mengandung sambil memegang anak perempuan berumur 6 tahun. "Permisi, benar ini rumahnya Bagas Dwijay
Tring...tring...tring... Bel masuk berbunyi. Bel panjang menandakan semua siswa siswi harus berkumpul di halaman depan sekolah Kinan. SMU PELITA JAYA. "Selamat pagi anak-anak,"pak Bimantara, kepala sekolah kami menyapa. "Pagi Pak," jawab kami serempak. "Selamat datang kembali di sekolah kita, setelah liburan panjang selesai. Dan selamat kepada siswa siswi baru kita, anak-anak dari seantero Sekolah Menengah Pertama. Terima kasih sudah memilih SMU Pelita Jaya sebagai SMU pilihan kalian," ucap Pak Bimantara. "Saya selaku kepala sekolah disini mewakili para dewan guru untuk menyampaikan apa saja peraturan yang harus ditaati disini." "Sekolah kita terkenal dengan kedisiplinanmya dan juga kebandelannya dalam tanda kutik ya. Selama kebandelan kalian tidak mencoreng nama sekolah dan orangtua, maka kebandelan kalian diizinkan, he...he...he...," tambahnya. "Yang pertama 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai, kalian harus sudah ada
Pagi cerah memyelimuti kediaman Anggoro. Khusus hari ini, Anggoro tidak mengizinkan anaknya ke sekolah. Dan tentu saja sebagai salah satu donatur terbesar di sekolah Kinan dan Seefa bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan izin dari kepala sekolah. Anggoro memerintahkan anak buahnya untuk memperketat penjagaan. Kemudian bersama orang kepercayaan dan anak buah yang tersisa, Anggoro berangkat membelah macet kota Jakarta. Dia menuju ke salah satu desa di sudut kota Jakarta. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, mereka akhirnya sampai di desa yang dituju. Dengan berbekal alamat dan foto yang lengkap, akhirnya mereka tiba di salah satu kediaman anak buah Wira Pratama. Bagas namanya. Bagas Dwijaya. Tiba di depan sebuah rumah sederhana, Anggoro mengetuk pintu. Tampaklah seorang wanita tua membukakan pintu. Dan dibelakang wanita tua tersebut, tampak seorang wanita yang sedang mengandung sambil memegang anak perempuan berumur 6 tahun. "Permisi, benar ini rumahnya Bagas Dwijay
Tiba di markas kakaknya di belakang bagian sekolah, Beno menceritakan kekesalannya.Reykhel menggeram."Lo gak bisa apa nyelesain sendiri? Masa harus gue juga yang turun tangan?" Bentak Reykhel kepada adiknya."Masalahnya, tadi Berry, bodyguard si gembul datang langsung melintir tangan gue Kak," adu Beno."Payah Lo. Laki koq mlence. Ntar pulang sekolah kita beresin," ujar Reykhel."Mampus Lo," batin Beno.Dan benar saja, begitu jam pelajaran usai, Reykhel, Beno, dan geng nya sudah menunggu Kinan di ujung jalan. Dari kejauhan Kinan sudah melihat gelagat tidak beres, jadi dia segera menelepon Pak Han."Pak Han, tolong jemput kita pas di depan gerbang ya. Dan Bapak juga turun dari mobil dan nungguin kita di sana, sekarang ya Pak," titah Kinan."Baik,Non," ucap Pak Han."Loh...loh...Pak Han, koq turun?" tanya Seena."Jemput non Kinan dan non Berry, Non," jawabnya.Seena mengkerutkan keningnya."Tumben,"
Hembusan angin subuh menyusup tubuh dua insan yang sedang dilanda kasmaran. Anggoro mempererat pelukannya. Jenny menggeliat. Anggoro menyusupkan bibirnya ke leher jenjang istrinya."Hemm...Jenny menggeliat. merasakan kegelian di sekitar tubuhnya. Anggoro semakin menyesapkan wajahnya lebih dalam. Kali ini desahan Jenny juga semakin membuat Anggoro menginginkan yang lebih dari istri tercintanya."Gak capek Pa?" tanya Jenny.Bukannya menjawab, Anggoro semakin menjadi dengan aksinya dan sukses membuat Jenny memecah heningnya subuh dengan desahan kenikmatan. Dan kembali pasangan ini menikmati peraduannya.Dengan sisa-sisa peluh kenikmatan, Anggoro mencium kening Jenny."Terima kasih. I love you Hon," ucapnya sambil menyeka bulir keringat yang membasahi wajah istrinya."I love you too, papa?" ucap Jenny kembali mengecup bibir ranum suaminya. Keduanya tersenyum."Aku mandi dulu Pa," ucap Jenny."Mau ditemani?", tanya Anggo
Anggoro masih bersama klien dari Kanada untuk membahas pembangunan properti di Jakarta. Jika berhasil memastikan kliennya menginvestasikan dananya ke perusahaannya, tentu saja sayap bisnis Anggoro semakin kuat dan lebar. Untuk itu, Anggoro benar-benar harus jeli berbicara dengan kliennya. "Baiklah Mr. Anggoro. Berdasarkan penjelasan anda dan profit yang Anda sampaikan secara detail, saya bersedia memberikan saham saya 40% sesuai janji saya. Dan jika dalam tempo 6 bulan Anda bisa menunjukkan hasil yang signifikan, saya akan menambah saham saya 10% sehingga total saham yang akan saya tanamkan di perusahaan Anda adalah 50%," sang klien bernama Mr. Samuel menjabat tangan Anggoro. "Terima kasih atas kepercayaan Anda Mr. Samuel. Saya tidak akan mengecewakan Anda. Dan semua berkas nanti asisten saya yang akan mempersiapkannya untuk Anda," Anggoro membalas jabatan tangan Samuel. "Saya permisi, Mr. Anggoro. Nanti asisten saya yang akan mengurus sisanya," balas
Kinan dan Berry memasuki kantin.Kinan mendengus."Kenapa Kin?" tanya Berry sambil mengikuti ekor mata Kinan."Owh...cari tempat di pojok sana aja yuk," ajak Berry.Kinan mengangguk.Tapi ketenangan mereka tak berlangsung lama."Hai, Gembul. Makan apa hari ini? Berapa porsi? 3 atau 4 porsi cukup?" tanya Reykhel dengan tatapan mengejek.Berry menggeram, namun Kinan memegang pahanya. Berry memang agak tempramen di banding Kinan."Mau gabung Kak? Silahkan duduk. Masih ada bangku kosong," ucap Kinan sopan."Disini? Boleh? Gak takut oleng nanti? Kan berat sebelah," ujar Reykhel terbahak disertai teman-temannya.Seisi kantin juga menjadi riuh."Diam, gak ada yang nyuruh Lo pada ikutan gue tertawa," ucap Reykhel tajam menatap satu persatu siswa di kantin tersebut."Lo apain adek gue, gembul? Adik tersayang gue," tanyanya sambil mengetuk meja.Kinan mengkerutkan keningnya."Apa Beno
Hari kedua yang masih menyebalkan bagi Kinan.Hufff.. Kinan menghela nafas. Berasa malas ingin keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi. Namun perut gak mau kompromi.Kinan mengeluarkan bekalnya, namun dia lupa untuk membawa air minum. Mau tidak mau dia harus ke kantin juga untuk membeli minuman. Sementara Haris, masih dengan buku bacaanya. Kinan meninggalkannya.Di kantin, Kinan celingak celinguk mendatangi penjual kantin."Awas gempa...gempa," teriak seseorang yang sudah Kinan kenal suaranya.Ya, Reykhel siapa lagi. Entah apa sebabnya dari awal suka mencari masalah."Mana gempa?" Ujar siswa lain terheran-heran."Itu penyebabnya," ujar Reykhel menunjuk Kinan. Sontak saja seisi kantin riuh. Sontak semua tertawa. Kinan hanya bisa menggeram dan tetap melangkahkan kakinya mencari air mineral ."Kin...Kinan," terdengar suara berteriak.Kinan mencari sumber suara."Kin...sini.""Berry, ucapnya berteriak
"Lihat saja, berani mereka membully gue, gue tunjukin taring gue," batin Kinan tersenyum sinis. Hah, akhirnya bel pulang berbunyi juga. Kinan segera membereskan bukunya. Beno kembali membuat ulah. "Keluarnya satu-satu ya anak-anak. Dan hati-hati dengan bangkunya. Entar patah jangan lupa diganti," ujarnya sambil melirik Kinan. Kinan melirik tajam Beno. "Hati-hati juga untuk mulut yang tajam seperti Beo, ya anak-anak. Bisa2 nyawa tarohannya," ucap Kinan mendelik Beno tajam. Siswa siswi di kelas tersebut tertawa cekikikan. "Sudah...sudah... waktunya pulang jangan ada yang bercanda,"lerai Bu Yaya. Semua siswa berhamburan keluar. Ah, sepertinya perjuangan Kinan untuk keluar dari gerbang sekolah ini belum berakhir. Dia melihat sekelompok kakak kelas yang mentertawainya tadi. Dengan langkah cepat Kinan melewati gerombolan kakak kelasnya. Namun tiba-tiba Reykhel menyeletuk. "Bin
Tring...tring...tring... Bel masuk berbunyi. Bel panjang menandakan semua siswa siswi harus berkumpul di halaman depan sekolah Kinan. SMU PELITA JAYA. "Selamat pagi anak-anak,"pak Bimantara, kepala sekolah kami menyapa. "Pagi Pak," jawab kami serempak. "Selamat datang kembali di sekolah kita, setelah liburan panjang selesai. Dan selamat kepada siswa siswi baru kita, anak-anak dari seantero Sekolah Menengah Pertama. Terima kasih sudah memilih SMU Pelita Jaya sebagai SMU pilihan kalian," ucap Pak Bimantara. "Saya selaku kepala sekolah disini mewakili para dewan guru untuk menyampaikan apa saja peraturan yang harus ditaati disini." "Sekolah kita terkenal dengan kedisiplinanmya dan juga kebandelannya dalam tanda kutik ya. Selama kebandelan kalian tidak mencoreng nama sekolah dan orangtua, maka kebandelan kalian diizinkan, he...he...he...," tambahnya. "Yang pertama 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai, kalian harus sudah ada