Home / Pendekar / Jagat Kelana / 120. Terungkap

Share

120. Terungkap

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2024-07-18 20:32:21

Abimana memilih untuk masuk ke lorong sebelah kiri yang dia tahu di dalam sana terdekat penjara khusus untuk penasehat agung yaitu Ki Galasbumi. Tanpa ragu dia terus melangkah lebih dalam hingga indera pendengarannya menangkap suara berbisik yang membuatnya curiga.

Abimana melihat sekitarnya memcari tempat yang pas buat dia sembunyi dan bisa leluasa mencuri dengar pembicaraan ibu selir dan penasehat itu.

Ada pilar yang cukup besar dan tinggi jadi mampu digunakan oleh Abimana untuk sembunyi. Maka dengan langkah mengendap dia melangkah menuju ke pilar tersebut. Penjara khusus dibuat sengaja berbentuk kubah sehingga harus ada penyangga yang kokoh.

"Untuk apa lagi kau datang ke sini, Gayatri? Tidak cukupkah kau siksa diri ini, dan apakah kamu lupa asalmu?" cerca Galasbumi dengan menekan ucapannya. Rupanya pria itu tahu jika ada orang lain yang juga datang selain Gayatri.

Gayatri tersenyum sinis, dia pun mengulurkan tangannya mencoba menyentuh kulit luar Ki Galasbumi yang dulu adalah s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Jagat Kelana   121. Abimana Yang Bingung

    Abimana menatap tajam Galasbumi yang masih tertawa terbahak. Pemuda itu merasakan aura yang berbeda menguar dari tubuh penasehat agung tersebut. Kemudian pandangannya berpindah pada ibu selir. "Bisa jelaskan padaku siapa sebenarnya pria tua ini, Ibu Selir?""Jangan kau peduli dengan pria ini, Pangeran. Lebih baik kita segera keluar dari sini sebelum udara membunuhmu!" Usai berkata Gayatri langsung berbalik badan, melangkah meninggalkan Abimana yang masih berdiri mematung menatap lurus pada sosok Galasbumi. Dalam otaknya muncul pertanyaan mengenai pria tua. "Apa yang membuatmu masih bertahan di sini meskipun puluhan purnama terkurung, Ki?" "Semua ada tujuannya, Pangeran. Dan hal itu bukan urusanmu!" tukas Galasbumi. Abimana seketika terhenyak mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Galasbumi. Jika bukan urusannya mengapa pria itu menyuruhnya untuk menanyakan perihal ibu selir pada ibundanya. Rasa penasarannya belum terjawab, tetapi sudah ada misteri lainnya yang berhasil ditangka

    Last Updated : 2024-07-19
  • Jagat Kelana   122. Abimana memaksa masuk

    Tanpa banyak kata, Abimana langsung menyeruak masuk ke dalam kamar pribadi ibundanya. Begitu pintu terbuka terlihat sosok wanita tua yang dia tidak kenal. "Siapa kamu, dimana Ibu Ratu?" Wanita itu tersenyum tipis dengan tatapan dingin dam datar. Aura dan cakra yang menguar membawa hawa hitam membuat Abimana mundur beberapa langkah. Kedua matanya menatap penuh tanya akan sosok wanita itu yang sekilas saat tersenyum mirip sekali dengan sosok ibu ratu. Abimana mengerutkan dahinya. Muncul sebuah tanya dalam otaknya, mungkinkah ibundanya telah terbunuh di tangan wanita tua itu? Abimana menggelengkan kepala tanda menolak apa yang ada di otaknya. Tiba-tiba di teringat akan saran Galasbumi untuk menanyakan perihal Gayatri pada ibunya. "Apakah mungkin kamu adalah ibu ratu? Apa yang terjadi dengan tubuhmu, Ibu Ratu?" cerca Abimana menekan wanita tua itu. "Apa yang kamu perkirakan dalam otakmu benar adanya. Akulah wujud asli Arsinta, Ngger. Apa kamu terluka?"Wajah Abimana seketika terkeju

    Last Updated : 2024-07-20
  • Jagat Kelana   123. Ruang Yang begitu nikmat

    Apa yang terjadi di ruang pribadi Arsinta rupanya berpengaruh pada suhu tubuh Gayatri yang tengah berdiri menatap langit. "Untuk malam ini saja, Arsinta. Malam selanjutnya kau yang akan mati dalam kenistaan," gumam Gayatri. Malam sebelum Albara datang ke peraduan sang ratu, pria itu telah berkelana mencari tumbal untuk kelangsungan hidup ratunya. Semua berjalan lancar karena dibantu oleh tangan Gayatri. Saat itu di tengah perjalanan menuju ke hutan larangan terdengar erangan wanita yang akan melahirkan. Gayatri merasakan adanya denyut nada yang lemah dalam rahim seorang wanita. Gegas Gayatri mengikuti asal suara. Hingga beberapa depa lebih masuk ke dalam terlihat seorang wanita memegang perutnya yang membesar. Lalu Gayatri berjalan menuju ke wanita tersebut. "Apa yang kau rasakan?" "Sakit, mungkin dia sudah tidak tahan berada di dalam sana. Tolong keluarkan bayi sialan ini! Aku ndak mau repot membesarkan," ujar wanita itu. "Aku ambil sumber dayanya, kau mau imbalan apa atas ben

    Last Updated : 2024-07-21
  • Jagat Kelana   124. Bingungnya Abimana

    Apa yang didengar oleh Abimana makin membuat otaknya berkelana. Pemuda yang tidak pernah jauh akan nikmatnya perempuan tiba-tiba terasa mual. Apa yang dijelaskan oleh Galasbumi justru membuatnya makin muak dengan mahkluk yang wujud siluman. "Apakah semua siluman seperti itu, Ki?" tanya Abimana yang duduk di depan jeruji besi. "Tidak bisakan Ki Galas langsung keluar dari perangkap yang dibuat ibu selir?"Galasbumi tersenyum, pria berjenggot itu menatap wajah pangeran yang bingung. Lalu pria itu diam dan menghilang. Sesaat kemudian dia sudah duduk di belakang Abimana. "Apakah seperti ini, Pangeran? Bagiku sangat mudah," kata Galasbumi. Mendengar ada suara di belakangnya membuat Abimana langsung berbalik melihat sosok siapa. Kedua bola matanya membulat tidak percaya. Apa yang dilihat dalam penjara masih duduk sila Galasbumi, sedangkan dibelakangnya juga ada pria tua itu. "Ki, bagaimana bisa?""Kau masih bau kencur, mainmu belum jauh. Coba kau cari ilmu di sepanjang jalan, maka semua

    Last Updated : 2024-07-24
  • Jagat Kelana   125. Kuda Jantan Hitam

    Sementara di Desa Pucang Anom, desa terdekat dengan pintu gerbang kerajana Bumi Seloka dari arah selatan terlihat Jagat berjalan seiring dengan Zavia. Sosok Jagat sudah dapat dikenali oleh warga sekitar langsung memberi jalan. Saat ini wilayah selatan jarang sekali dikunjungi oleh pasukan kerajaan. Datang pun mereka hanya meminta upeti tanpa ada keringanan. "Tuan, sudah lama Anda tidak berkunjung ke sini. Apa kabar?""Baik, Ki. Aku hanya berkelana mencari sesuatu yang hilang dari hidupku," jawab Jagat. Lalu pria pemilik kedai menatap pada sosok Zavia yang duduk sedikit berjauhan dengan Jagat. Hal itu membuat pemilik keda mengerutkan dahi. Secara nyata kedua wajah itu sekilas mirip yang membedakan hanya jenis kelamin. "Maaf, Tuan, mengapa sekarang berganti pasangan?"Jagat menatap pada pemilik kedai lalu berpaling pada Zavia. Dia tersenyum. "Ini ibuku."Pemilik kedai menutup mulutnya yang membuka lebar sendiri lalu mengangguk pada Zavia. "Silakan duduk, biar aku yang layani kalia

    Last Updated : 2024-07-26
  • Jagat Kelana   126. padepokan galuh wening

    Jaka terdiam, kedua matanya bergerak cepat melihat sekitar kedai tersebut. Seakan dia takut jika ada orang lain yang mengenali kedua pendekar di depannya. "Pimpinan kami mengundang Anda berdua untuk datang ke Padepokan Galuh Wening," bisik Jaka. Jagat menatap pemuda di depannya yang dulu pernah menyerang tanpa alasan pasti. Untuk sesaat Jagat diam, lalu kepalanya menggeleng tidak mengerti. Baru kali ini dia tidak bisa menembus batas pikiran Jaka. "Rupanya ada batas tipis yang menyimuti pola pikir Jaka," batin Jagat. "Ada apa denganmu, Le?" bisik Zavia. Jagat kembali tersenyum sambil menggelengkan kepalanya tanda dia tidak apa. Namun, bukan Zavia jika dia mengejar tanya. "Lalu?""Kita ikuti saja apa yang diinginkan oleh pedepokan itu, Ibu!"Zavia tersenyum, lalu dia bangkit menuju ke bagian pembayaran makanan yang sudah dimakan bersama Jagat. Sambil berjalan kedua matanya memindai keseluruhan situasi kedai tersebut. Jagat pun beranjak dari duduknya, dia berjalan keluar kedai leb

    Last Updated : 2024-07-27
  • Jagat Kelana   127. Penghuni Padepokan Galuh Wening

    Angin menderu menyambut datangnya dua kuda jantan hitam legam. Terlihat sosok wanita cantik dengan gaun biru muda terbang mendekat dan langsung turun begitu dua kuda itu berhenti. "Selamat datang di gubug reyot kami, Nyai Ratu dan Pengeran!" sapa wanita cantik berambut panjang, "Perkanalkan saya--Roro Wening."Perempuan itu membungkuk untuk memberi penghormatan. Mendengar nama tersebut terucap mulus di bibir wanita cantik membuat dahi Zavia berkerut. Dia merasa ada yang aneh, bagaimana bisa wanifa itu tahu identitasnya. "Siapa kamu sebenarnya, Wening? Dari mana kamu tahu nama dan asal usulku?" cerca Zavia. Belum sempat Wening menjawab pertanyaan Zavia, terlihat dua orang pendekar tua berjalan beriring dengan membawa tongkat. Jagat yang mengenali salah satu pendekar tersebut bergumam. "Ki Bajanglawu!""Kau mengenalnya, Le?""Mereka pendekar golongan putih yang sejak lama memantau perkembangan kerajaan, Ibu," papar Jagat. Ki Bajanglawu dan saudaranya mengulum senyum. Lalu keduanya b

    Last Updated : 2024-07-28
  • Jagat Kelana   128. Pohon Keajaiban

    Bajanglawu mengarahkan kedua tamunya pada pohon beringin yang sejak lama sudah dianggap memiliki kekuatan magis. Bahkan kedua pendekar kembar lawu itu sampai memuja pohon tersebut. "Apa maksudnya ini, Bledek?" tanya Zavia dengan nada tinggi dan penuh tekanan. Bledek tidak mengindahkan pertanyaan Zavia, dia terus berjalan menuju ke pusat pemujaan. Di sana terlihat banyak dupa dan beras warna kuning. "Kau memuja pohon ini, Lawu, apakah kepercayaanmu sudah berbelok?" getam Zavia, "Pohon ini juga ciptaan Hyang Agung."Bledek masih terlihat fokus menabur beras kuning di sekitar pohon itu. Lambat laun beras tersebut terserap masuk ke dalam tanah. Mata Zavia membelalak kaget, baru kali ini di melihat keanehan secara langsung. "Bagaimana kalian bisa temukan pohon ini?" "Awalnya saya juga tidak paham kelebihan pohon ini, Nyai Ratu. Namun, saat Kang Bajang datang bersama Wening yang dalam keadaan terluka parah semua baru terungkap," kata Bledek "Apa maksudnya?"Bledek diam, bibirnya berke

    Last Updated : 2024-07-30

Latest chapter

  • Jagat Kelana   231.

    Untuk sesaat Airlangga masih tenggelam dalam samudra ragu, pemuda itu menatap langit yang telah gulita, hembusan napasnya begitu terdengar berat, seakan membawa beban.Jagat Kelana yang belum bisa memahami apa jalan pikiran putra berdarah silumannya dengan sabar menunggu deretan kata yang mungkin keluar dari untaian kegelisahan.Kembali terdengar hembusan napas berat Airlangga membuat hati Jagat seketika berontak, lalu kepalanya menoleh memindai keseluruhan wajah putranya, dia mencari arti di setiap gurat wajah Airlangga. "Jangan membuat semua menjadi sulit jika jalan termudah itu ada, Putraku. Utarakan saja!"Airlangga menoleh menatap ayah biologisnya yang telah lama dia rindukan sejak kecil. Selama ini, dia hanya mendengar semua kisah pria tersebut dari ibunya tanpa mengenal secara nyata. Perlahan bibir Airlangga melengkung tipis, bahkan hampir tanpa terlihat oleh Jagat. Namun, sebagai seorang ayah Jagat Kelana masih bisa menangkap gerakan tipis bibir itu. "Jika Engkau kecewa den

  • Jagat Kelana   230. S2.

    Hati terus berlalu, waktu silih berganti. Angin pun seakan berhenti meninggalkan jejaknya. Jagat Kelana terlihat gelisah menunggu kelahiran putra Roro Wening.Wajahnya yang tampan mulai berkeringat dingin, tetapi auranya masih begitu memukau. Prameswari masih setia menemani Jagat meskipun dia sendiri juga dalam keadaan lemah akibat hamil muda. "Duduk saja di sini, Tuanku," pinta Prameswari masih dengan nada lembut. "Mengapa lama sekali prosesnya, Prames?""Ini sudah hal yang biasa, apakah masa silam Anda tidak pernah mengerti kelahiran Pangeran Airlangga, Tuanku?"Jagat Kelana menatap sendu pada selirnya, bibirnya bergerak lirih, "sayangnya aku tidak ada saat Airlangga lahir. Apakah sesakit itu?"Prameswari meringis, dia tidak menjawab tanya suaminya. Pendengarannya saja dibuat mati. "Prames, ada apa denganmu?""Tidak, aku hanya belum ingin merasakan sakitnya.""Lalu mengapa ada noda di sana?"Kalimat suaminya seketika membuat wajah Prameswari menjadi pias, dia mencengkeram punggun

  • Jagat Kelana   229. S2

    Setelah dua hari dua malam akhirnya Jagat Kelana menyudahi pergerakan tubuhnya pada selir agung. Bibir pria itu melengkung sempurna kala melihat hasil perbuatannya pada tubuh indah dengan perut buncit itu. "Maafkan aku, Nyai. Tubuhmu begitu candu hingga hasratku sulit dibendung," ucap Jagat dengan nada rendah sambil meraih tubuh polos istrinya itu. Dua hari dua malam tubuh Roro Wening dihajar oleh Jagat membuat wanita itu terlukai lemah di atas ranjang. Dengan lembut, Jagat menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh polos istrinya. "Nyai, rasanya aku tidak sanggup bila harus meninggalkan kami sendiri di sini. Tetapi aku harus masuk lagi ke dunia Akshita. Ada entitas yang akan membahayakan dunia fana ini." Jagat berbicara dengan nada rendah cenderung berbisik. Kemudian Jagat berdiri dan meraih jubah kebesarannya, lalu dia keluar kamar pribadi selir agung. Langkahnya yang panjang membawa sampai ke dapur, tanpa suara Jagat langsung mengambil timba berisi air dan membawanya ke kamar

  • Jagat Kelana   228. S2

    Roro Wening berjalan kembali ke paviliunnya. Dia membuka pintu dan langsung melihat suaminya sudah duduk sila di atas ranjang. Melihat Jagat Kelana sudah duduk sila seketika Roro Wening mempercepat langkahnya. Ada kekhawatiran yang muncul dalam sorot mata sendu, dia merasakan adanya aura lain yang merasuki tubuh suaminya. "Suamiku, ada apa dengan tubuhmu?" ucap Roro Wening sambil duduk di belakang Jagat Kelana. Jemarinya yang lentik menyentuh kulit suaminya, lalu terjadi sengatan begitu kulit keduanya saling bersentuhan. "Jangan ganggu aku dulu, Nyai. Biarkan semua energi ini masuk dalam tubuhku!"Suara Jagat menghentikan gerakan Roro Wening. Wanita itu memilih bangkit dari ranjang dan berjalan menuju ke kursi yang menghadap pada posisi suaminya. Dahi selir agung berkerut kala mendapati tubuh Jagat mulai berkeringat besar dan bergetar. Tubuh telanjang dada itu perlahan mulai terlihat segar dan menggoda akibat lelehan air bening. Beberapa kali Wening menelan air liurnya. Dia send

  • Jagat Kelana   227. S2

    Pitaloka terdiam, dia tidak berani berkata lagi. Tatapan selir agung begitu tajam hingga terasa sesak dada Pitaloka. "Pergilah, Sasti. Segera siapkan apa yang aku pinta!"Sasti pun segera berlalu meninggalkan kedua selir raja yang saling berseteru. Melihat dayang pribadi selir agung pergi kedua mata Pitaloka menyipit, dia meraup wajahnya sendiri "Apa maksud kamu menghalangi pekerjaan dayangku, hem?""Bukan begitu, Yunda Selir. Aku hanya bertanya pada dayang itu, tidak ada maksud lain," jawab Pitaloka. "Iya sudah, lupakan saja. Ini bukan urusan kamu." Usai berkata Wening berlalu meninggalkan tempat itu. Pitaloka mengepalkan kedua tapak tangan sambil menghela napas berat. Dia tidak terima dengan perlakuan selir agung, dia ingin saat ini menjadi permaisuri raja. Setidaknya menjadi wanita di hati raja itu. "Sialan kau, Wanita Tua. Lihat saja nanti!" Pitaloka kembali ke paviliun miliknya, dia memanggil dayang pribadi yang khusus dipilihnya sendiri. Mendengar namanya dipanggil dayang

  • Jagat Kelana   226. S2

    Sinar biru keemasan melesat membungkus tubuh tua Ki Cadek. Tanpa permisi, Jagat Kelana melempar tubuh tua itu kembali ke alamnya. Mau tidak mau Ki Cadek mengikuti semua perintah pemiliknya, dia terbang menuju ke alamnya. Setelah kepergian Ki Cadek tubuh Jagat tiba-tiba terasa lemas, tulang sendinya seakan tidak mampu menopang. Bahunya naik turun hingga terdengar isak tangis lirih. 'Maafkan aku, Ki. Ini yang terbaik untukmu setelah pertempuran dengan Pasopati,' kata Jagat tak mampu bersuara. Raja muda Singgalang terlihat begitu terluka secara fisik dan rohani. Baru saja dia berpisah dengan istri tercinta kini sebuah keputusan harus diambil dengan paksa. Cukup lama Jagat tertunduk dengan kedua telapak tangannya menyentuh tanah. Perlahan ada aliran hangat menjalar memasuki lengan. Hal itu tidak dipedulikan oleh Jagat. Dia justru makin menunduk hingga dahinya menyentuh tanah. Jagat bersujud. 'Jangan tinggalkan aku, Hyang Widi Agung!'Samar terdengar langkah pelan dan lembut mendekati

  • Jagat Kelana   225. S2

    Usai mengaku kalah, Panglima Pasopati berjalan tertatih dengan menarik pedangnya. Wajahnya tertekuk dalam. Dia tidak berani menatap bulan yang sedang bersinar malu. Angin malam menembus tulang, tetapi Jagat masih berdiri tegak menatap kepergian Panglima Galunggung. Ada sedih yang membayang di wajah raja muda itu, tetapi tidak semua orang bisa tahu apa yang sedang berkecamuk dalam hatinya. Akshita berjalan mendekati suaminya, dia memeluk pinggang Jagat dari belakang dengan kepala bersandar pada punggungnya. "Sebaiknya kita jalani di dunia yang berbeda, Kang!"Mendengar bisikan istrinya, Jagat segera berbalik badan. Dia menangkap wajah kekasihnya, "jika aku merindukanmu, bagaimana?""Bukanlah Kakang bisa masuk ke duniaku meskipun tanpa portal?" tanya Akshita lembut. Jagat masih menangkap wajah ayu istrinya tanpa berkedip. Hal ini membuat Akshita menjadi salah tingkah. "Kang...." Tatapan Jagat mulai berkabut, napasnya terdengar berat tetapi dia masih enggan untuk mengeluarkan suara.

  • Jagat Kelana   224. S2

    Jagat segera berdiri dan menatap pada Panglima itu, dia terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Apalagi saat ini sudah ada kekasihnya yang berdiri di samping kanan sambil memeluknya. "Apa kabar, Tuan Pasopati?" Suara lembut Akshita memecah keheningan malam. Suara yang mampu membuat Pasopati berhenti bernapas untuk sesaat. Dia terkejut melihat sosok wanita itu hingga jantungnya sempat berhenti. 'Tidak mungkin.'Pasopati masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang dulu begitu membuatnya gila kini telah berdiri di sisi Jagat. "Rupanya apa yang aku dengar bukan kabar angin. Ini kenyataannyakah, Nyai?" tanya Pasopati dengan nada bergetar. Hatinya melesat, emosinya seketika berhenti. Sungguh dia tidak mengerti bagaimana wanitanya kini memeluk mesra lengan musuhnya. "Iya, seperti ini hidup, Pasopati. Apakah kamu menyesal?""Buat apa menyesali atas hubungan dengamu, Jalang. Sekali jalang selamanya tetap, Jalang!"Mendengar satu kata yang sudah biasa didengarnya tidak memb

  • Jagat Kelana   223. S2

    Sesuai dengan apa yang diperkirakan oleh Jagat, Panglima Pasopati menyiapkan kedua telapak tangannya yang dipenuhi dengan sinar merah. Gagang pedang itu digenggam erat, lalu diangkat tinggi. "Kali ini nyawamu tidak akan selamat, Jagat!" Pasopati melompat tinggi, kedua kakinya berjalan di udara dengan ujung pedang terhunus ke depan. Jagat masih diam dengan kujangnya di tangan. Pada ujung kujang itu muncul sinar perak dan dua permatanya keluar dari lubang. Angin malam bertiup makin kencang membuat jubah Jagat beterbangan, tetapi tidak membuat fokus raja itu terputus. "Rasakan jurus terbaruku, pedang pendek penghancur raga!" teriak Pasopati. Bersamaan itu, pedang panjangnya pun terayun dengan sasaran lengan kiri Jagat. Melihat gerakan itu membuat Jagat melakukan tubuhnya ke samping menghadap datangnya pedang. Kedua jarinya menjepit ujung pedang dan menggerakkan ke belakang. Akibat gerakan itu pedang milik Pasopati pun patah di ujungnya. Seketika kedua mata Panglima itu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status