Share

Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih
Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih
Author: Kinan Larasati

Bab 1 ~ Undangan Pertunangan Mantan Kekasih

          “Aerline, kamu tolong wakilkan Kakak untuk memenuhi undangan pertunangan Joel.”

          Dan di sinilah gadis itu berada, di acara pertunangan mantan kekasih yang masih sangat dicintainya.

          Aerline memilih tempat duduk yang cukup jauh dari altar dan cukup tersembunyi. Di depan sana, dia bisa melihat dengan jelas pria yang selalu dirindukannya selama lima tahun ini sedang menyematkan cincin di jari manis wanita lain. Sekuat tenaga Aerline menahan tubuhnya yang bergetar, deru nafas yang berat dan sesak di dadanya. Dia merasa sesuatu yang besar sedang menghantam dadanya dengan sangat keras. Kedua matanya sudah memerah menahan air mata yang siap tumpah ruah membasahi pipi.

          ‘Kenapa? sampai akhirpun, aku tetap tidak bisa melupakan kamu, Joel. Dan aku pikir dengan melihatmu sekarang bersanding dengan wanita lain, aku bisa lebih ikhlas melepaskanmu. Tapi kenapa? rasanya sesakit ini?’ batin Aerline di mana air matanya luruh membasahi pipi setelah dia tahan sejak tadi.

          Tidak sanggup menyaksikan hal yang menyakitkan lagi, Aerline pun bergegas meninggalkan tempat itu dengan terburu-buru.

          Prank!

          Aerline tidak sengaja menabrak pelayan yang sedang membawa nampan berisi beberapa gelas minuman. Dan minuman itu tumpah ruah ke pakaian bagian depan Aerline.

          Tubuh Aerline membeku dan bergetar, semua perhatian tertuju padanya termasuk tatapan Joel yang kini tertuju pada Aerline. Joel cukup terkejut melihat Aerline ada di sana, dia hanya melihat sisi wajah Aerline, tetapi sudah sangat mengenali gadis itu.

          “Maafkan saya, Nona. Pakaian anda basah,” ucap pelayan wanita itu terlihat ketakutan. Pelayan itu siap menerima amukan atau omelan dari Aerline.

          “Ti-tidak apa-apa,” ucap Aerline lirih dengan kepala yang terus tertunduk, kedua tangannya mengepal kuat. Dan tanpa mengatakan apa pun lagi, dia berlalu dengan langkah cepat dan sedikit berlari meninggalkan ruangan yang menyesakkan itu.

          Aerline berlari menyusuri lorong hingga sampai di lobi hotel tempat acara berlangsung. Dia bergegas naik ke dalam taksi dan kembali ke rumah yang dia sewa di kota itu.

          Selama perjalanan menuju rumahnya, Aerline tidak berhenti menangis, sesekali dia meremas dadanya yang terasa begitu sakit dan sesak. Ternyata sesakit ini rasanya melihat pria yang dicintai bersanding dengan wanita lain. Sedangkan selama bertahun-tahun Aerline berjuang untuk melupakannya. Tetapi sampai akhir pun, rasa itu tetap ada dan malah semakin menyiksanya.

          “Anda baik-baik saja, Nona?” tanya sopir taksi sambil mengulurkan tissue pada Aerline.

          “Terima kasih,” ucap Aerline menerima dan menyeka air matanya.

          Sesampainya di dalam apartemen, tubuh Aerline luruh membasahi pipi. Ingatannya melalang buana pada kejadian delapan tahun yang lalu. Memang benar, dirinya yang salah dan melarikan diri karena ingin melanjutkan kuliahnya ke luar negeri. Walau saat itu, Joel sudah melamarnya dan siap berhadapan dengan Kaivan untuk mengatakan keseriusannya. Tapi, karena kebodohan Aerline yang memang belum siap untuk menjalin sebuah hubungan yang serius, dia pun memilih melarikan diri tanpa mengatakan apa pun pada Joel.

          “Aku baik-baik saja saat tidak mendengar kabar darimu, walau aku selalu merindukanmu. Tetapi sekarang, kenapa rasanya sangat menyakitkan? Aku kehilangan semangatku dalam sekejap. Aku harus apa sekarang, Joel? Kenapa sulit sekali untuk bisa melupakanmu dan mencoba membuka hati untuk yang lain?” gumam Aerline menyeka air matanya.

          Dia menghela napasnya, kepalanya terasa berat dan pening karena terlalu lama menangis dan belum makan apa pun.

          Aerline mengambil bir kaleng dari kulkas. Dia butuh minuman beralkohol untuk meredakan rasa sakit yang menderanya. Dia duduk lesehan di atas permadani dan menegum minuman kaleng itu. Dia juga masih memakai gaun yang masih basah dan kotor karena tumpahan minuman tadi. Saat ini, dia hanya ingin minum hingga mabuk dan melupakan semua hal yang terjadi hari ini. Berharap, saat dia terbangun dari tidur nanti, dia tidak akan mengingat kejadian di hari ini.      

          Saat sedang  asyik minum, ponselnya berdering dan sebuah pesan masuk ke dalam emailnya. Aerline mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja dan melihat pesan yang baru saja masuk ke emailnya. Itu adalah undangan wawancara kedua dengan pimpinan perusahaan Deere GE and Company. Satu bulan yang lalu, Aerline memang memasukkan lamaran ke perusahaan itu, dan sudah sempat melakukan wawancara pertama.

          “Saatnya aku bangkit dan memulai hidup baruku. Aku tidak bisa terus menerus merasa terpuruk dan menyedihkan seperti ini,” gumam Aerline menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan napasnya perlahan.

***

          Aerline baru saja sampai di perusahaan Deere GE and Company. Perusahaan manufaktur terbesar di California, dan menurut kebanyakan orang, untuk bisa bekerja di perusahaan ini sangatlah susah. Tetapi entah kenapa, jalan Aerline sejak awal begitu mudah untuk bisa melamar ke perusahaan raksasa ini.

          Aerline menghampiri meja resepsionis, dan bertanya, “Selamat pagi, saya Aerline Lavanya Dirgantara. Saya menerima undangan untuk melakukan wawancara,” ucap Aerline.

          “Benar, anda bisa langsung naik ke lantai 45, di sana akan ada sekretaris Pak Nathaniel yang akan mengarahkan anda. Kebetulan pak Nathaniel sudah menunggu anda,” ucap wanita cantik dengan rambut dicepol rapi itu.

          “Baiklah, terima kasih.”

          Tanpa menunggu lama lagi, Aerline berjalan menuju lift. Sesampainya di lantai 45, dia langsung disambut oleh seorang pria berjas rapi.

          “Nona Aerline?” tanya pria itu.

          “Benar, saya Aerline Lavanya Dirgantara.” Aerline menjawab dengan sangat ramah.

          “Perkenalkan nama saya Andreas, tuan Nathaniel sudah menunggu anda. Mari, saya antar menemui beliau,” ucap Andreas sangat ramah dan cukup membuat Aerline bingung. Dia tidak menyangka kalau karyawan di perusahaan ini begitu ramah.

          Aerline mengetuk pintu ruangan dan setelah mendengar seruan dari dalam, dia pun masuk ke dalam ruangan tersebut. Aerline melihat sosok pria yang berdiri di depan jendela dengan posisi membelakanginya. Dia cukup gugup sebenarnya, tetapi dia memberanikan diri untuk berjalan mendekat.

          “Selamat pagi, tuan Nathaniel. Saya Aerline Lavanya Dirgantara,” ucap Aerline memperkenalkan dirinya dengan tatapan yang terus tertuju pada sosok pria tinggi di depannya.

          “Aku tahu,” jawab pria itu membuat Aerline bingung mendengar jawabannya.

          Pria itu membalikkan badannya dan saat itu juga kedua mata Aerline membelalak lebar, bahkan dia kehilangan keseimbangannya hingga kakinya melangkah mundur.

          “Joel?” Aerline sangat terkejut di sana, sampai dia teringat nama lengkap pria di depannya itu, Joelio Nathaniel Richard.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status