Share

Bab 4 ~ Dugaan Aerline Keliru

Aerline membuka matanya perlahan setelah pergelutan panas di atas ranjang semalam bersama Joel. Wanita itu berangsur bangun dari posisinya dan menoleh ke sampingnya, di mana Joel masih terlelap dengan nyenyaknya. Tubuh mereka berdua sama-sama polos dan hanya tertutupi selimut di sana.

          “Jadi, semalam itu nyata, bukan hanya khayalanku,” batin Aerline. "Harusnya aku senang, tapi kenapa hatiku malah terasa begitu sakit?”

          Aerline bangkit menuruni ranjang, dengan gerakan perlahan dan menahan rasa ngilu di bagian pangkal pahanya. Dia memunguti pakaian yang berserakan di lantai dan bergegas ke kamar mandi.

          Karena kemejanya dirobek oleh Joel, akhirnya Aerline memakai jubah handuk yang ada di sana, dan dia tutupi dengan celana panjang miliknya juga jas kerjanya. Dia memunguti pakaian yang sudah koyak dan memasukannya ke dalam tong sampah di kamar mandi. dia mengambil pakaian milik Joel dan meletakkannya di atas sofa.

          Sebelum keluar dari kamar itu, Aerline kembali meneliti seluruh ruangan kamar, memastikan tidak ada hal yang akan membuat Joel curiga dengan aktivitas mereka semalam.

          Dengan cepat, Aerline meninggalkan kamar sebelum Joel bangun dari tidurnya.

***

          Sesampainya di dalam apartemen miliknya, Aerline merasakan kelegaan saat pintu itu tertutup, seolah dunia luar ditinggalkan sejenak.

Dia melangkah dengan pelan menuju kamar mandi, menyalakan shower, dan membiarkan air dingin mengalir deras mengguyur tubuhnya, meresap ke setiap pori kulitnya yang merasa lelah. Segala kesedihan dan kebahagiaan datang silih berganti dalam pikirannya.

Gambaran demi gambaran semalam yang menyenangkan terbayang jelas, seperti cuplikan film yang terus berulang. Sentuhan panasnya, belaian, kecupan dan momen-momen lainnya yang membuat hatinya berdebar, semua itu terasa hangat dan manis. Namun, tak bisa dipungkiri ada rasa sakit yang mengintimidasi di sudut hatinya. Aerline menggelengkan kepala, seolah bisa menghapus jejak-jejak ingatan yang selalu kembali menyiksanya. Semua ingatan itu, mungkin hanya dirinya yang akan mengingatnya, sementara Joel, mungkin dia tidak akan pernah tahu apa yang terjadi pada mereka.

Betapa menyedihkannya, saat jantungnya berdegup lebih cepat, semakin menginginkan sosok yang seharusnya tak lagi terjangkau. Dia pun terbenam dalam lamunannya, di tengah guyuran air shower yang tidak mampu menetralkan rasa sakit di hatinya.

Setelah merasa lebih baik, Aerline keluar dari kamar mandi dan bersiap untuk pergi kantor, dia membuat sarapan sederhana untuknya, walau sebenarnya dia sedang tak bernafsu, tetapi dia butuh kekuatan untuk berhadapan dengan pria itu lagi.

Setelah bersiap, Aerline pun bergegas menuju ke kantor dengan menggunakan motornya.

"Selamat pagi, Aerline," sapa salah satu rekan kerjanya saat dia sampai di ruangannya.

“Pagi,” jawab Aerline dan mendaratkan bokongnya di kursi kerjanya.

Dia mulai membuka laptopnya dan mengerjakan beberapa pekerjaannya, dia berusaha fokus dan melupakan semua bayangan-bayangan semalam yang cukup mengganggunya.

"Selamat pagi. Pak Joel." mendengar nama itu, Aerline cukup terkejut, dia pikir Joel akan datang lebih siang ke kantor.

Aerline pun bangkit dari duduknya, dengan pandangan tertunduk karena tidak mampu menatap Joel.

“Selamat pagi, Pak Joel,” ujar Aerline menghentikan langkah Joel yang melihat ke arahnya cukup lama.

“Aerline, ke ruangan saya,” perintah Joel yang sudah berlalu masuk ke dalam ruangannya.

“Ke-kenapa dia memintaku masuk ke ruangannya? Di-dia tidak mungkin mengingat kejadian semalam, kan?” batin Aerline. “Mungkin saja, itu karena aku meninggalkannya di hotel. Mungkin, dia ingin menanyakan hal itu.”

Setelah berusaha mengendalikan jantungnya yang berdebar kencang, Aerline pun berjalan menuju ke ruangan Joel.

“Ada apa, Pak?” tanya Aerline yang sudah berada di ruangan Joel.

Pria itu berdiri dengan posisi memunggunginya. Lalu, Joel membalikkan badannya ke arah Aerline, dan melangkahkan kaki panjangnya mendekati Aerline.

Wanita itu terkejut saat Joel mendorong pelan tubuhnya hingga punggungnya menyentuh dinding di belakangnya. Joel mengungkung tubuh Aerline di sana. Tatapan mereka terpaut satu sama lain, sorot mata tajam Joel, membuat jantung Aerline berdebar sangat cepat di sana. Wanita itu benar-benar gugup sekaligus bingung.

“A-apa yang-“

“Kenapa kamu pergi setelah kita melakukannya? Apa kamu tidak menyukainya?” tanya Joel terlihat marah sekaligus tersinggung di sana.

Degh!

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status