Share

Bab 8 ~ Gelisah

Penulis: Kinan Larasati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-14 22:33:04

“Apa kamu pernah makan di sini sebelumnya?” tanya Leon. 

Saat ini, Leon dan Aerline berada di sebuah restoran untuk makan siang bersama. 

“Belum, sih. Karena aku belum sebulan bekerja di sini. Jadi belum mencoba kuliner di sekitaran sini. Aku hanya pernah mencoba makan di restoran yang ada di seberang kantor.”

Seorang pelayan menghampiri meja mereka dan memberikan dua buku menu ke arah mereka berdua. 

“Menu makanan di sini semuanya enak. Kamu pasti akan suka,” ucap Leon. 

Aerline hanya tersenyum kecil. Sebenarnya dia sedang tidak bersemangat setelah melihat Joel bersama wanita lain tadi. 

Aerline mencoba untuk mengalihkan pikirannya dari kejadian tadi. Dia membuka buku menu sambil dalam hati berharap menemukan sesuatu yang bisa menghibur hatinya. 

“Hmm, ada banyak pilihan di sini ya,” ucapnya, berpura-pura memperhatikan menu dengan serius. 

Leon tersenyum dan melihat ke arah Aerline. “Kalau kamu suka makanan pedas, aku rekomendasikan spaghetti aglio e olio di sini. Rasanya benar-benar luar biasa.”

Aerline mengangguk, meski pikiran masih melayang-layang tentang Joel. “Kedengarannya enak. Aku akan coba itu,” jawabnya, berusaha untuk bersikap ringan.

Pelayan datang menghampiri mereka. “Selamat siang, apakah sudah siap untuk memesan?” tanyanya dengan ramah.

“Ya, saya pesan spaghetti aglio e olio,” kata Aerline.

Dan Leon melanjutkan, “Saya akan pesan steak medium rare, terima kasih.”

Pelayan mencatat pesanan mereka dan pergi. Leon menatap Aerline sejenak, memperhatikan ekspresi wajahnya. “Kamu baik-baik saja? Sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu,” ujarnya dengan lembut.

Aerline menghela napas sepertinya mempertimbangkan untuk berbagi perasaannya. “Sebenarnya, aku baru saja melihat… seseorang yang membuatku sedikit tidak nyaman,” jawabnya, suara pelan.

Leon mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat, menunjukkan ketertarikan. “Siapa? Kalau boleh tahu.”

Aerline menggeleng perlahan, “Tidak usah dibahas. Mungkin aku hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan semuanya.”

“Baiklah, kalau begitu. Tapi ingat, kamu bisa berbagi kapan saja. Kadang, berbicara tentang itu bisa membantu,” balas Leon, memberi dukungan.

“Terima kasih, Leon.” Aerline tersenyum manis sambil menatap keluar jendela restoran. 

“Oh iya, katanya akan ada acara reuni dalam waktu dekat. Kamu sudah dengar?” tanya Leon. 

“Reuni? Nggak, sih. Aku belum mendengar hal itu,” jawab Aerline. 

Leon menyandarkan punggungnya, tampak antusias. “Ya, sepertinya panitianya sedang mengumpulkan daftar nama untuk mengundang teman-teman lama. Mereka berencana mengadakan acara di akhir bulan ini.”

Aerline menatap Leon dengan rasa ingin tahu. “Kamu akan pergi?” tanyanya, berharap dapat melupakan masalah yang mengganggu pikirannya.

“Diajak sih, tapi aku masih ragu. Sudah cukup lama sejak terakhir kali aku bertemu dengan banyak teman lama,” jawab Leon, menyunggingkan senyuman. “Tapi, kalau kamu ikut, mungkin aku juga akan lebih semangat.”

Aerline merasa sedikit terkejut. “Maksudmu, kamu ingin aku ikut? Padahal aku baru tahu tentang acara ini,” ujarnya.

“Ya, kenapa tidak? Aku rasa kamu akan bertemu banyak teman lama, dan dengan teman di sampingmu, acara akan terasa lebih menyenangkan, bukan? ” ucap Leon tulus diselingi lelehan kecil. 

Aerline memikirkan tawaran itu sejenak. Dia memang merasa agak canggung menghadiri acara seperti itu, terutama dengan keadaannya sekarang. Namun, kata-kata Leon membuatnya merasa ingin mencoba. “Mungkin aku bisa mempertimbangkannya. Siapa tahu bisa menjadi kesempatan baik untuk berkenalan dengan orang-orang.”

“Betul! Jadi, bagaimana kalau kita cari tahu lebih lanjut tentang acara ini bersama-sama? Kita bisa ngobrol dengan panitianya,” ajak Leon dengan semangat.

Aerline mengangguk, sedikit tersenyum. “Oke, itu terdengar seperti rencana yang bagus. Terima kasih sudah mengajak, Leon.”

Saat pelayan kembali dengan hidangan mereka, Aerline merasa suasana mulai membaik. Dia menyadari bahwa meskipun ada hal-hal yang mengganggu pikirannya, ada juga kesempatan untuk melangkah maju dan menemukan hal-hal baru yang menyenangkan. 

***

Aerline kembali ke kantor setelah makan siang bersama Leon dan mereka berpisah di lift. 

Aerline sampai di mejanya dan mendaratkan bokongnya di kursi. Tatapan matanya tertuju ke ruangan Joel yang sepi tak ada siapa pun. 

“Eh, kamu baru kembali dari makan siang, Lin?” tanya Maya yang baru keluar dari area pantry. 

“Iya,” jawab Aerline. 

“Tadi tuan Joel berpesan kalau dia tidak akan kembali ke kantor. Setelah menyelesaikan pekerjaanmu, kamu bisa pulang,” ucapnya. 

“Oh ya, terima kasih untuk informasinya, Maya.”

Maya pun berlalu pergi dan kini Aerline termenung seorang diri. Apa Joel pergi bersama wanita bernama Grasella itu. Ke mana mereka pergi dan apa yang sedang mereka lakukan? 

Aerline menggelengkan kepala, mencoba mengusir pikiran negatif yang menghantuinya. Meskipun dia tahu bahwa dia seharusnya tidak mempermasalahkan urusan pribadi Joel, perasaannya tetap tidak bisa dia kendalikan. Dia mengalihkan perhatian dengan melihat tumpukan dokumen di meja.

Kepala Aerline berputar, berusaha untuk fokus menyelesaikan pekerjaan. Namun, pikirannya terus kembali ke wajah Joel dan momen-momen yang pernah mereka habiskan bersama. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengambil pena, berusaha mencatat beberapa catatan untuk laporan yang harus diselesaikan.

“Kenapa harus terjebak dalam pikiran seperti ini?” gumamnya pelan pada dirinya sendiri.

Setelah beberapa saat, Aerline memutuskan untuk mengambil jeda sejenak. Dia berdiri dari kursinya dan menuju jendela, melihat pemandangan kota di luar. Cairan biru dari langit yang cerah seolah mengundangnya untuk keluar dan menghirup udara segar. Namun, hatinya tetap berat.

Tidak lama setelah itu, Maya kembali dengan secangkir kopi di tangan. “Apa kamu baik-baik saja, Lin? Kamu terlihat sedikit murung,” tanya Maya sambil menatap Aerline.

“Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah dengan pekerjaan,” jawab Aerline, menciptakan senyuman palsu.

Maya mengangguk, meski tampak ragu. “Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, aku di sini, ya. Kadang, berbagi itu bisa membantu.”

“Terima kasih, Maya. Sungguh, aku menghargainya,” ucap Aerline, berusaha menggenggam semangat dari temannya.

Setelah Maya pergi, Aerline kembali ke mejanya. Meski hatinya berat, dia bertekad untuk fokus menyelesaikan pekerjaannya. Dia ingat obrolan dengan Leon tentang reuni, dan hatinya kembali bergetar, berharap acara tersebut bisa menjadi saluran baru untuk mengalihkan perasaan dan menemukan kembali kebahagiaan. 

Dengan langkah mantap, Aerline mulai mengetik, berusaha menghentikan bayangan Joel dan Grasella yang menghantui pikirannya. Dia tahu bahwa terkadang, yang harus dilakukan adalah fokus pada dirinya sendiri dan menemukan kebahagiaan sendiri, terlepas dari apa pun yang terjadi di sekitar.

*** 

Aerline meninggalkan kantor tepat pukul lima sore. Kebetulan sekali dia membawa motornya, dia akan segera pulang dan mengambil jalan tikus untuk bisa segera sampai di apartemen. 

Aerline menghidupkan mesin motor dan melesat keluar dari area parkir kantor. Jalan tikus yang dia pilih biasanya sepi dan nyaman, memungkinkan dia untuk merenungkan pikirannya tanpa gangguan. Angin yang berhembus menyegarkan wajahnya, membawa aroma dedaunan dan tanah basah, membantunya sedikit melupakan kegundahan yang masih menghantuinya.

Saat meluncur di jalanan yang lebih sepi, Aerline merasakan ketenangan yang mulai mengisi hatinya. Meski Joel dan wanita itu masih terbayang, dia berusaha meyakinkan diri bahwa hidupnya tidak tergantung pada satu orang. Perlahan, dia mulai merencanakan apa yang akan dilakukannya setelah kembali ke apartemen. Mungkin menonton film atau memasak makanan favorit untuk menghibur diri.

Setiba di apartemen, Aerline memarkir motornya dengan cepat dan memasuki rumah dengan sedikit semangat. Dia mengambil napas dalam-dalam dan melepas helmnya, lalu menyalakan lampu. Apartemennya terasa hangat dan nyaman. Ia berjalan ke dapur untuk melihat bahan makanan yang ada.

“Hmm, sepertinya aku bisa membuat spaghetti aglio e olio, ya. Mungkin itu bisa menjadi cara untuk menghargai rekomendasi Leon,” pikirnya sambil tersenyum.

Sambil menunggu air mendidih, Aerline mencuri kesempatan untuk memeriksa ponsel. Bukannya melihat pesan dari Joel yang tak kunjung datang, dia malah membuka grup reuni yang disebutkan Leon. Beberapa teman lama mulai mendiskusikan siapa yang akan hadir dan bagaimana mereka akan mengatur acara itu.

Aerline merasa bersemangat. Terlibat dalam perencanaan reuni bisa membantunya menemukan suasana hati yang lebih baik. Dia pun ikut berkomentar, menyemangati teman-temannya untuk mempersiapkan acara yang menyenangkan.

Setelah selesai memasak, dia duduk di meja makan, menikmati spaghetti yang baru saja dia buat sambil menonton drama di televisi. Sesekali, dia tertawa dan terlibat dalam alur cerita, melupakan sejenak ketidakpastian yang mengisi pikirannya. 

Satu menit demi satu menit berlalu, dan meskipun dia masih memiliki beberapa pertanyaan tentang Joel, Aerline berusaha untuk fokus pada dirinya sendiri. Dia tahu bahwa kebahagiaannya adalah miliknya untuk diciptakan, bukan tergantung pada orang lain.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Dshaku
hemmm sbnrnya terlalu awal GK sih dia memberikan sesuatu yang berharga. tp gpp. itu lebih baik kadg dari TDK sama sekali...
goodnovel comment avatar
Jeon Shanty
aerline jgn terlalu pikirkan Joel nnti km bakalan nggak bisa jauh² lagi sama Joel, cari lah hal yg membuatmu melupakan sejenak tentang Joel dan tunangannya itu. btw ya grasella ngapain km nongol jdi tunangannya Joel wkwkwk, palingan Gisela lgi cri angin bentar di gantiin dlu ama grasella wkwkwk.....
goodnovel comment avatar
Yanti Wijaya
Aerline pst merasa gelisah memikirkan joel yg seolah hilang di telan bumi.Namun kamu harus tetap semangat untuk bisa berbahagia wlw hanya berkumpul dgn teman2mu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 9 ~ Kejujuran Aerline

    “Bahkan sampai jam segini pun, tidak ada pesan darinya,” gumam Aerline yang termenung di atas sofa yang ada di apartemennya. Wanita itu menatap ke luar jendela yang memperlihatkan suasana kota dengan gedung pencakar langit dan kerlap kerlip lampu di luar jendela apartemen yang indah. Tetapi, keindahan itu sama sekali tidak bisa menghibur hati Aerline yang terus overthinking. Aerline meneguk minuman soda kaleng yang mengandung kadar alkohol sedang. Pikirannya terus tertuju pada Joel, entah pergi ke mana pria itu Tanpa memberi kabar dan memberi pesan pada Aerline. Sebenarnya dia dan wanita itu pergi ke mana, sampai Joel tidak bisa memberikan kabar pada Aerline? Itulah yang terus pemikiran - pemikiran yang terus mengusik pikiran Aerline. Dia mencoba mengalihkan perhatian dari kekhawatiran yang terus menerus mengganggu pikirannya. Dia bangkit dari sofa, menyusuri apartemen yang di dekorasi minimalis, sebelum akhirnya menepuk-nepuk bukunya yang tergeletak di meja. Membaca adalah cara ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 10 ~ Alasan Joel

    “Uh, sial! Kenapa aku harus minum banyak sekali semalam. Pagi ini, kepalaku rasanya berputar tidak karuan,” keluh Aerline berjalan pelan memasuki lobi kantor.“Hei, Lin.” Sapaan itu membuat Aerline menoleh ke sumber suara. “Oh, Leon. Kamu baru datang?” tanya Aerline. “Ya. Kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali, apa kamu sakit?” tanya Leon hendak menyentuh kening Aerline, tetapi dengan cepat wanita itu menghindar. “Aku baik-baik saja,” jawab Aerline. “Sebenarnya karena semalam aku minum terlalu banyak.” Aerline hanya menunjukkan cengirannya. “Kenapa kamu mabuk saat hari kerja. Pasti akan terasa menyiksa, apalagi kamu harus bangun pagi dan pergi ke kantor,” ucap Leon. “Entahlah. Semalam aku hanya sedang ingin minum” jawabnya tersenyum kecil. Leon menggelengkan kepalanya, merasa prihatin sekaligus geli dengan sikap Aerline. “Kamu harus lebih bijak, Aerline. Mungkin sebaiknya kamu mencari cara lain untuk bersenang-senang yang tidak melibatkan alkohol,” sarannya.Aerline mengangkat bahu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 11 ~ Meeting Triwulan

    Aerline mengikuti Joel bersama Maya memasuki ruang meeting. Di dalam ruangan, semua orang sudah berkumpul, manager divisi hingga branch manager sudah ada di sana. Joel yang merupakan Direktur utama pun menduduki kursi kebesarannya, kemudian Aerline dan Maya yang merupakan sekretaris Joel, memilih duduk di samping Joel. Setelah semua peserta rapat hadir, BM membuka pertemuan dengan senyuman. "Selamat datang semuanya, terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkumpul di sini. Hari ini kita akan membahas beberapa agenda penting terkait laporan per tiga bulan atau triwulan."Maya, yang selalu sigap, menyiapkan catatan dan alat presentasi. Aerline memandang sekeliling ruangan, menyadari bahwa setiap orang tampak antusias tetapi juga sedikit tegang. Dia tahu betapa pentingnya pertemuan ini untuk melihat perkembangan setiap divisi."Pertama-tama, mari kita tinjau hasil dari laporan sebelumnya," lanjut BM. "Saya ingin mendengar pendapat dari masing-masing divisi mengenai pencapaian dan tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 12 ~ Makan Siang Bersama

    “Pesanlah apa pun yang kamu mau dan suka,” ucap Joel. Saat ini, Joel dan Aerline berada sebuah restoran mewah. Mereka sedang membaca dan melihat daftar menu yang tersedia di sana. “Hmm… Apa, ya?” gumam Aerline berpikir keras. Aerline terlihat bingung, matanya berkeliling membaca semua tulisan di buku menu yang penuh dengan pilihan lezat. Dia kemudian berpaling ke Joel, “Bagaimana kalau kita coba beberapa hidangan? Mungkin kamu bisa merekomendasikan sesuatu?” Joel tersenyum, “Tentu! Aku sangat merekomendasikan steak mereka. Dikenal sangat empuk dan dimasak dengan sempurna. Tapi kalau kamu suka makanan laut, udang panggang mereka juga luar biasa.”Aerline mengangguk, “Steak terdengar menggoda. Tapi aku juga penasaran dengan udang panggang. Mungkin kita bisa pesan keduanya dan berbagi?”“Okay! Kita bisa menambahkan beberapa hidangan pembuka juga. Bagaimana dengan sup krim jamur?” Joel menyarankan.Aerline terlihat semakin bersemangat, “Setuju! Ini akan menjadi makan siang yang luar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 13 ~ Kecurigaan Maya

    “Apa kamu sedang sibuk?” tanya Maya mendekati Aerline. “Tidak terlalu sih. Ada apa?” tanya Aerline. “Aku ingin minta bantuanmu untuk mencari beberapa berkas di ruang arsip. Apa kamu mau bantu?” tanyanya. “Baiklah,” jawab Aerline. Maya tersenyum lega. “Terima kasih, Aerline. Berkas-berkas itu penting, dan aku kesulitan mencarinya sendiri.”Mereka berdua berjalan menuju ruang arsip. Selama perjalanan, Maya menjelaskan jenis berkas yang mereka cari. “Itu berkas terkait proyek yang kita kerjakan bulan lalu. Aku butuh dokumen itu untuk presentasi minggu depan.”Setibanya di pintu ruang arsip, Aerline membuka pintu dan mereka melangkah masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi rak-rak berkas. “Wow, ini banyak sekali berkasnya. Dari mana kita mulai?” tanya Aerline sambil melihat sekeliling.“Kita bisa mulai dari rak sebelah kanan. Biasanya berkas proyek kita disimpan di sana,” jawab Maya. Aerline mengangguk dan mulai menarik berkas-berkas dari rak tersebut. Mereka membolak-balik dokumen, me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 14 ~ Dinas Ke Luar Kota

    “Lin, ini beberapa berkas yang harus kamu pelajari untuk mendampingi Tuan Joel melakukan bisnis di luar kota,” ucap Maya menunjukkan email berisik dokumen yang sudah disiapkannya. Beberapa menit lalu, Joel mengadakan briefing bersama dengan tim sekretarisnya, karena ada perjalanan bisnis ke luar kota untuk meninjau proyek. Kepergiannya itu bisa memakan waktu tiga sampai lima hari, tergantung situasi di sana. Dan biasanya, Joel akan memilih Erdan yang merupakan sekretaris pria satu-satunya di sana untuk menemaninya kalau ada pekerjaan di luar kota. Tetapi, kali ini Joel memilih Aerline untuk menemaninya dengan alasan, bagian dari training Aerline yang merupakan karyawan baru. Semua orang memahami itu tanpa menaruh kecurigaan. Tetapi, Aerline mengerti alasan kenapa Joel ingin pergi bersamanya. Itu karena dia ingin berduaan dengan Aerline selama di sana. “Terima kasih, Maya,” jawab Aerline sambil membuka file dokumen tersebut. “Oh iya, apakah ada hal khusus yang perlu aku perhatikan?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 15 ~ Pergi Berdua (21+)

    “Akhirnya sampai juga,” ucap Joel merenggangkan kedua tangan dan lehernya. Kemudian dia menoleh ke arah Aerline yang ternyata sudah terlelap di jok penumpang. “Ternyata dia tertidur, “ ujar Joel tersenyum melihatnya. Pria itu melepaskan sabuk pengamannya dan mencondongkan badannya ke arah Aerline. Ditatapnya wajah cantik Aerline dalam jarak dekat. Joel jadi teringat saat pertama dia bertemu dengan Aerline, saat gadis itu duduk di bangku SMP, dengan segala tingkahnya yang kekanakan dan ceria, berhasil mengusik perhatian Joel. Dan entah sejak kapan dia menyukainya hingga berani menyatakan perasaan dan mengajaknya untuk berpacaran saat Aerline masih duduk di bangku SMA. Sekarang, dia kembali menjadi wanitanya. Dan sejujurnya, hanya Aerline lah yang bisa menarik perhatian Joel yang terkenal pendiam dan begitu dingin pada wanita.“Apa yang kamu miliki, sampai membuatku bisa gila kalau tidak memilikimu, Arlyn,” bisk Joel merapikan anak rambut yang jatuh ke pelipisnya. “Semuanya terasa l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 16 ~ Makan Malam Bersama

    “Kamu sudah siap?” tanya Joel yang duduk di atas sofa dengan memainkan ponselnya. Saat melihat kedatangan Aerline yang memakai dress cantik di sana, dan wajah yang memakai makeup soft, membuatnya terlihat sederhana dan cantik. Untuk beberapa saat, Joel terpaku melihat penampilan Aerline yang tampak memikat.“Aku sudah siap,” jawab Aerline sambil merasa wajahnya bersemu merah karena malu, ditatap seperti itu oleh Joel. Senyum lembutnya menunjukkan perasaan bahagia meski sedikit canggung.“Kalau begitu, kita berangkat sekarang,” kata Joel. Ia bangkit dari posisi duduknya, kemudian mengulurkan tangannya pada Aerline dengan penuh percaya diri.Dengan senyuman yang terukir di bibirnya, wanita itu pun menyambut uluran tangan Joel. Tangan mereka bersatu, dan ada hangat yang mengalir di antara keduanya. Mereka berjalan bersama meninggalkan kamar, memasuki suasana malam yang penuh harapan.Mobil Joel terparkir di luar, menanti untuk membawa mereka menuju restoran yang telah mereka pilih. Mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23

Bab terbaru

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 87 ~ Rasa Kecewa

    “Lin?” Lyman masuk ke dalam ruang rawat Aerline. “Bang?” jawab Aerline melihat ke arah Lyman. Lyman berjalan mendekati Aerline yang duduk terbaring di atas ranjang rumah sakit. “Kenapa malam itu tidak tunggu Abang sih?” tanya Lyman terlihat begitu khawatir. “Aku baik-baik saja, Bang,” ujar Aerline di sana. “Kamu itu,” ucap Lyman sampai tidak bisa berkata apa-apa. “Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Abang sangat mencemaskanmu, Lin. Semalaman Abang keliling cari kamu,” ucap Lyman. “Maaf, Bang.” “Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana Abang jelasin ke Kaivan? Kamu berharga untuk keluargamu, Lin. Jangan merasa sendiri, Abang di sini untuk jaga kamu,” ucap Lyman mengusap kepala Aerline dengan lembut.Aerline menunduk, merasa hangat mendengar kata-kata Lyman. Dia tidak menyangka Lyman begitu peduli padanya, bahkan rela mencari dirinya sepanjang malam."Maafkan aku, Bang. Aku nggak bermaksud bikin abang khawat

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 86 ~ Kondisi Aerline

    “Um... “ Aerline perlahan membuka matanya dan melihat sekeliling ruangan. Dia meringis kecil sambil memegang kepalanya yang terasa berat. Dia menoleh ke arah punggung tangannya yang dipasang infusan di sana. “Apa aku ada di rumah sakit?” gumamnya berusaha mengingat apa yang terjadi. “Kamu sudah siuman, Lin?” pertanyaan itu membuat Aerline menoleh ke sumber suara dan melihat sosok Leon di sana dan terlihat pria itu baru saja terbangun dari tidurnya. “Leon?” tanya Aerline. “Aku melihatmu pingsan dan tergeletak di pinggir jalan. Jadi, aku bawa kamu ke rumah sakit, menurut dokter kamu terkena usus buntu dan harus segera di operasi,” jawab Leon. “Operasi?” Aerline mengernyitkan dahinya. “Ponselmu mati, jadi aku tidak punya pilihan lain selain menandatangani surat persetujuannya. Aku sangat khawatir padamu,” ucap Leon. Aerline tersenyum di sana. “Terima kasih, Leon. Berkatmu, aku bisa selamat,” ujarnya

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 85 ~ Kejutan untuk Joel

    “Apa semuanya sudah sesuai?” tanya Aerline pada pelayan di restoran yang sudah dia booking jauh-jauh hari untuk acara ulang tahun Joel. Dia ingin memberikan kejutan spesial untuk Joel. “Semua sudah disiapkan dengan sangat baik, Nona. Kami hanya tinggal menunggu kode dari anda,” ucap pelayan itu. “Baiklah, terima kasih.” Aerline tersenyum lebar di sana. “Kalau begitu, saya permisi,” pamit pelayan tersebut. Aerline merapikan gaun cantik yang dikenakannya. Dia sengaja memakai gaun warna violet, karena menurut Joel, dia selalu cantik kalau memakai warna itu. Wanita itu duduk di kursi sambil melihat jam tangannya. “Masih ada 20 menitan lagi sampai Joel datang. Astaga, aku deg-degan sekali. Semoga saja, acaranya berjalan dengan lancar,” gumam Aerline tersenyum lebar. Dia sengaja membooking area rooftop sebuah restoran untuk merayakan ulang tahun Joel. Dia juga sudah menyiapkan beberapa kejutan kecil, di mana mereka akan memotong kue

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 84 ~ Bersamanya Aman

    “Jangan lupa dengan wine yang akan jadi pelengkap makan malam kita,” ucap Joel.“Aku akan mengambilkan wine kualitas terbaik, sebentar.” Tambah pria itu berlalu pergi dari sana meninggalkan Aerline yang masih menikmati makanannya.Joel kembali beberapa saat kemudian dengan sebotol wine berlabel premium di tangannya. “Ini dia, wine terbaik untuk melengkapi makan malam kita,” ucapnya sambil tersenyum.Aerline menatap botol itu dengan kagum. “Kamu benar-benar mempersiapkan semuanya dengan sempurna, Joel. Aku terkesan.”Joel hanya tersenyum kecil sambil membuka botol wine tersebut dengan anggun. Ia menuangkan wine ke dua gelas, lalu menyerahkan salah satunya kepada Aerline. “Untuk malam yang tidak akan pernah kita lupakan.”Aerline menerima gelas itu sambil menatap Joel dengan lembut. “Untuk malam ini, dan untuk kita,” ujarnya sambil mengangkat gelasnya untuk bersulang.Mereka berdua menyeruput wine itu dengan perlahan, menikmati rasa anggur yang lembut dan kaya. Angin pantai yang sepoi-s

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 83 ~ Liburan Bersama

    “Wah, apakah ini vila yang kamu maksud?” tanya Aerline saat dia menuruni mobil dan melihat suasana vila di bibir pantai. “Ya, ini adalah vila pribadi. Aku sengaja membookingnya. Jadi, tidak akan ada orang lain lagi selain kita berdua di sini,” ucap Joel memeluk Aerline dari belakang. Wanita itu tersenyum hangat dan memegang tangan Joel yang melingkar di perutnya."Tempat ini indah sekali, Joel," ucap Aerline, memandang hamparan pantai dengan pasir putih yang berkilauan diterpa sinar matahari. Suara ombak yang tenang dan angin laut yang sejuk memberikan suasana damai yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Joel menunduk sedikit, menyandarkan dagunya di bahu Aerline. "Aku ingin kamu merasa tenang dan melupakan semua beban yang ada," ucapnya lembut.Aerline menolehkan wajahnya sedikit, menatap Joel dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih, Joel. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini lebih dari cukup."Joel melepaskan pelukan itu perlahan, mengambil tangan Aerline dan membawanya ma

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 82 ~ Kembali Luluh

    “Kamu masih marah padaku?” tanya Joel mendekati Aerline yang masih kerja di meja kerjanya. Hari sudah malam, semua rekan kerjanya sudah pulang lebih dulu. Sedangkan Aerline harus lembur karena sempat tidak masuk, membuat pekerjaannya cukup menumpuk. Wanita itu menengadahkan kepalanya dan menatap Joel di depannya. "Aku tidak marah padamu, Joel,” jawab Aerline. “Aku paham posisimu, dan aku coba mengerti.” “Tapi kamu terus menghindariku seharian ini, apa kamu akan terus bersikap begitu? Padahal aku sangat merindukanmu,” ujar Joel yang duduk dihadapan Aerline sambil memegang tangan wanita itu. “Akhir-akhir ini, hubungan kita semakin renggang dan jauh, aku sangat merindukanmu.” Joel tersenyum di sana.Aerline menarik tangannya perlahan dari genggaman Joel, lalu menghela napas dalam-dalam. Ia menatap Joel dengan sorot mata yang bercampur antara lelah dan keraguan.“Joel, aku tidak menghindarimu,” ucapnya pelan, suaranya terdengar

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 81 ~ Kekhawatiran Maya

    “Aerline… “Semua rekan kerjanya kembali menyambut kedatangannya di kantor setelah tidak masuk kerja selama tiga hari. “Kamu baik-baik saja, Lin?” tanya Lita. “Kamu sakit apa sebenarnya? Kami khawatir banget, tau.” Kali ini Agnes yang berbicara. “Sakit asam lambung,” jawab Aerline tidak mengatakan yang sebenarnya kalau dia sakit Gerd. Aerline berusaha tersenyum pada rekan-rekannya yang tampak benar-benar khawatir. “Maaf ya, bikin kalian khawatir. Aku sudah lebih baik sekarang,” katanya sambil menepuk bahu Lita dengan lembut.“Kamu harus lebih jaga kesehatan, Lin,” ujar Maya dengan nada penuh perhatian.“Iya, jangan terlalu memaksakan diri di kantor,” tambah Agnes, menatap Aerline dengan pandangan serius.Aerline mengangguk kecil. “Aku akan lebih hati-hati. Terima kasih sudah peduli,” jawabnya tulus. Meski mencoba terdengar ringan, hatinya sedikit berat karena tahu mereka tidak mengetahui sepenuhnya apa yang ia alami belakangan ini.“Ngomong-ngomong, Leon nyariin kamu tadi pagi,”

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 80 ~ Kejadian Kecelakaan Gisela

    Gisela sedang duduk di atas kursi roda, Joel mendorong kursi rodanya berjalan-jalan ke taman rumah sakit. “Kenapa sih, masih ngurusin aku? Kamu gak paham, seberapa susuahnya aku menahan diri untuk tidak terbawa perasaan dengan aktingmu itu.” keluh Gisela. Joel masih diam membisu di sana, dia hanya bisa menghela napasnya. “Mata-mata Ayahmu ada di mana-mana,” ucapnya. “Aku ingin kamu tahan sebentar saja, karena situasi ini pun tidak menyenangkan bagiku. Aku ingin memastikan orang-orang yang kucintai aman, maka aku tidak akan mengganggumu lagi,” ujar Joel berkata dengan kejamnya membuat Gisela terdiam, hatinya sakit bukan main mendengar perkataan kasar Joel di sana. Dia tahu, semua ini hanya akting saja, dia juga tahu kalau Joel tidak bersungguh-sungguh padanya. Tapi dengan bodohnya, dia masih tetap berharap dan terbawa perasaan oleh perhatian Joel yang tidak nyata itu. Gisela bodoh, saat berkenalan dengan Joel dan sikapnya yang kadang baik padanya

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 79 ~ Mimpi Buruk

    Dor! “Tidak!” Aerline terperanjat bangun dari tidurnya. Nafasnya terengah dan keringat sudah membanjiri seluruh tubuhnya. Dia melihat sekeliling ruangan, ternyata dia tertidur di sofa ruang tengah apartemennya. Cahaya matahari sudah menerobos masuk ke celah jendela apartemennya. “Ternyata hanya mimpi,” gumamnya masih mencoba mengatur napasnya yang terengah-engah.Aerline memegangi dadanya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berdebar kencang. Mimpi itu terasa begitu nyata, seperti dia benar-benar terperangkap dalam kegelapan yang menyesakkan. Dia memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat apa yang baru saja dialaminya dalam tidur.Gambaran teror yang menakutkan, sampai muncul sosok berjubah hitam yang ingin membunuhnya. Mimpi itu membawa rasa sakit yang sulit dijelaskan, seolah-olah itu adalah cerminan dari semua yang mungkin akan terjadi padanya.Aerline menghela napas panjang, lalu bangkit perlahan dari sofa. Dia berjalan ke dapur untuk meng

DMCA.com Protection Status