Share

Bab 8 ~ Gelisah

Penulis: Kinan Larasati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Apa kamu pernah makan di sini sebelumnya?” tanya Leon. 

Saat ini, Leon dan Aerline berada di sebuah restoran untuk makan siang bersama. 

“Belum, sih. Karena aku belum sebulan bekerja di sini. Jadi belum mencoba kuliner di sekitaran sini. Aku hanya pernah mencoba makan di restoran yang ada di seberang kantor.”

Seorang pelayan menghampiri meja mereka dan memberikan dua buku menu ke arah mereka berdua. 

“Menu makanan di sini semuanya enak. Kamu pasti akan suka,” ucap Leon. 

Aerline hanya tersenyum kecil. Sebenarnya dia sedang tidak bersemangat setelah melihat Joel bersama wanita lain tadi. 

Aerline mencoba untuk mengalihkan pikirannya dari kejadian tadi. Dia membuka buku menu sambil dalam hati berharap menemukan sesuatu yang bisa menghibur hatinya. 

“Hmm, ada banyak pilihan di sini ya,” ucapnya, berpura-pura memperhatikan menu dengan serius. 

Leon tersenyum dan melihat ke arah Aerline. “Kalau kamu suka makanan pedas, aku rekomendasikan spaghetti aglio e olio di sini. Rasanya benar-benar luar biasa.”

Aerline mengangguk, meski pikiran masih melayang-layang tentang Joel. “Kedengarannya enak. Aku akan coba itu,” jawabnya, berusaha untuk bersikap ringan.

Pelayan datang menghampiri mereka. “Selamat siang, apakah sudah siap untuk memesan?” tanyanya dengan ramah.

“Ya, saya pesan spaghetti aglio e olio,” kata Aerline.

Dan Leon melanjutkan, “Saya akan pesan steak medium rare, terima kasih.”

Pelayan mencatat pesanan mereka dan pergi. Leon menatap Aerline sejenak, memperhatikan ekspresi wajahnya. “Kamu baik-baik saja? Sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu,” ujarnya dengan lembut.

Aerline menghela napas sepertinya mempertimbangkan untuk berbagi perasaannya. “Sebenarnya, aku baru saja melihat… seseorang yang membuatku sedikit tidak nyaman,” jawabnya, suara pelan.

Leon mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat, menunjukkan ketertarikan. “Siapa? Kalau boleh tahu.”

Aerline menggeleng perlahan, “Tidak usah dibahas. Mungkin aku hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan semuanya.”

“Baiklah, kalau begitu. Tapi ingat, kamu bisa berbagi kapan saja. Kadang, berbicara tentang itu bisa membantu,” balas Leon, memberi dukungan.

“Terima kasih, Leon.” Aerline tersenyum manis sambil menatap keluar jendela restoran. 

“Oh iya, katanya akan ada acara reuni dalam waktu dekat. Kamu sudah dengar?” tanya Leon. 

“Reuni? Nggak, sih. Aku belum mendengar hal itu,” jawab Aerline. 

Leon menyandarkan punggungnya, tampak antusias. “Ya, sepertinya panitianya sedang mengumpulkan daftar nama untuk mengundang teman-teman lama. Mereka berencana mengadakan acara di akhir bulan ini.”

Aerline menatap Leon dengan rasa ingin tahu. “Kamu akan pergi?” tanyanya, berharap dapat melupakan masalah yang mengganggu pikirannya.

“Diajak sih, tapi aku masih ragu. Sudah cukup lama sejak terakhir kali aku bertemu dengan banyak teman lama,” jawab Leon, menyunggingkan senyuman. “Tapi, kalau kamu ikut, mungkin aku juga akan lebih semangat.”

Aerline merasa sedikit terkejut. “Maksudmu, kamu ingin aku ikut? Padahal aku baru tahu tentang acara ini,” ujarnya.

“Ya, kenapa tidak? Aku rasa kamu akan bertemu banyak teman lama, dan dengan teman di sampingmu, acara akan terasa lebih menyenangkan, bukan? ” ucap Leon tulus diselingi lelehan kecil. 

Aerline memikirkan tawaran itu sejenak. Dia memang merasa agak canggung menghadiri acara seperti itu, terutama dengan keadaannya sekarang. Namun, kata-kata Leon membuatnya merasa ingin mencoba. “Mungkin aku bisa mempertimbangkannya. Siapa tahu bisa menjadi kesempatan baik untuk berkenalan dengan orang-orang.”

“Betul! Jadi, bagaimana kalau kita cari tahu lebih lanjut tentang acara ini bersama-sama? Kita bisa ngobrol dengan panitianya,” ajak Leon dengan semangat.

Aerline mengangguk, sedikit tersenyum. “Oke, itu terdengar seperti rencana yang bagus. Terima kasih sudah mengajak, Leon.”

Saat pelayan kembali dengan hidangan mereka, Aerline merasa suasana mulai membaik. Dia menyadari bahwa meskipun ada hal-hal yang mengganggu pikirannya, ada juga kesempatan untuk melangkah maju dan menemukan hal-hal baru yang menyenangkan. 

***

Aerline kembali ke kantor setelah makan siang bersama Leon dan mereka berpisah di lift. 

Aerline sampai di mejanya dan mendaratkan bokongnya di kursi. Tatapan matanya tertuju ke ruangan Joel yang sepi tak ada siapa pun. 

“Eh, kamu baru kembali dari makan siang, Lin?” tanya Maya yang baru keluar dari area pantry. 

“Iya,” jawab Aerline. 

“Tadi tuan Joel berpesan kalau dia tidak akan kembali ke kantor. Setelah menyelesaikan pekerjaanmu, kamu bisa pulang,” ucapnya. 

“Oh ya, terima kasih untuk informasinya, Maya.”

Maya pun berlalu pergi dan kini Aerline termenung seorang diri. Apa Joel pergi bersama wanita bernama Grasella itu. Ke mana mereka pergi dan apa yang sedang mereka lakukan? 

Aerline menggelengkan kepala, mencoba mengusir pikiran negatif yang menghantuinya. Meskipun dia tahu bahwa dia seharusnya tidak mempermasalahkan urusan pribadi Joel, perasaannya tetap tidak bisa dia kendalikan. Dia mengalihkan perhatian dengan melihat tumpukan dokumen di meja.

Kepala Aerline berputar, berusaha untuk fokus menyelesaikan pekerjaan. Namun, pikirannya terus kembali ke wajah Joel dan momen-momen yang pernah mereka habiskan bersama. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengambil pena, berusaha mencatat beberapa catatan untuk laporan yang harus diselesaikan.

“Kenapa harus terjebak dalam pikiran seperti ini?” gumamnya pelan pada dirinya sendiri.

Setelah beberapa saat, Aerline memutuskan untuk mengambil jeda sejenak. Dia berdiri dari kursinya dan menuju jendela, melihat pemandangan kota di luar. Cairan biru dari langit yang cerah seolah mengundangnya untuk keluar dan menghirup udara segar. Namun, hatinya tetap berat.

Tidak lama setelah itu, Maya kembali dengan secangkir kopi di tangan. “Apa kamu baik-baik saja, Lin? Kamu terlihat sedikit murung,” tanya Maya sambil menatap Aerline.

“Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah dengan pekerjaan,” jawab Aerline, menciptakan senyuman palsu.

Maya mengangguk, meski tampak ragu. “Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, aku di sini, ya. Kadang, berbagi itu bisa membantu.”

“Terima kasih, Maya. Sungguh, aku menghargainya,” ucap Aerline, berusaha menggenggam semangat dari temannya.

Setelah Maya pergi, Aerline kembali ke mejanya. Meski hatinya berat, dia bertekad untuk fokus menyelesaikan pekerjaannya. Dia ingat obrolan dengan Leon tentang reuni, dan hatinya kembali bergetar, berharap acara tersebut bisa menjadi saluran baru untuk mengalihkan perasaan dan menemukan kembali kebahagiaan. 

Dengan langkah mantap, Aerline mulai mengetik, berusaha menghentikan bayangan Joel dan Grasella yang menghantui pikirannya. Dia tahu bahwa terkadang, yang harus dilakukan adalah fokus pada dirinya sendiri dan menemukan kebahagiaan sendiri, terlepas dari apa pun yang terjadi di sekitar.

*** 

Aerline meninggalkan kantor tepat pukul lima sore. Kebetulan sekali dia membawa motornya, dia akan segera pulang dan mengambil jalan tikus untuk bisa segera sampai di apartemen. 

Aerline menghidupkan mesin motor dan melesat keluar dari area parkir kantor. Jalan tikus yang dia pilih biasanya sepi dan nyaman, memungkinkan dia untuk merenungkan pikirannya tanpa gangguan. Angin yang berhembus menyegarkan wajahnya, membawa aroma dedaunan dan tanah basah, membantunya sedikit melupakan kegundahan yang masih menghantuinya.

Saat meluncur di jalanan yang lebih sepi, Aerline merasakan ketenangan yang mulai mengisi hatinya. Meski Joel dan wanita itu masih terbayang, dia berusaha meyakinkan diri bahwa hidupnya tidak tergantung pada satu orang. Perlahan, dia mulai merencanakan apa yang akan dilakukannya setelah kembali ke apartemen. Mungkin menonton film atau memasak makanan favorit untuk menghibur diri.

Setiba di apartemen, Aerline memarkir motornya dengan cepat dan memasuki rumah dengan sedikit semangat. Dia mengambil napas dalam-dalam dan melepas helmnya, lalu menyalakan lampu. Apartemennya terasa hangat dan nyaman. Ia berjalan ke dapur untuk melihat bahan makanan yang ada.

“Hmm, sepertinya aku bisa membuat spaghetti aglio e olio, ya. Mungkin itu bisa menjadi cara untuk menghargai rekomendasi Leon,” pikirnya sambil tersenyum.

Sambil menunggu air mendidih, Aerline mencuri kesempatan untuk memeriksa ponsel. Bukannya melihat pesan dari Joel yang tak kunjung datang, dia malah membuka grup reuni yang disebutkan Leon. Beberapa teman lama mulai mendiskusikan siapa yang akan hadir dan bagaimana mereka akan mengatur acara itu.

Aerline merasa bersemangat. Terlibat dalam perencanaan reuni bisa membantunya menemukan suasana hati yang lebih baik. Dia pun ikut berkomentar, menyemangati teman-temannya untuk mempersiapkan acara yang menyenangkan.

Setelah selesai memasak, dia duduk di meja makan, menikmati spaghetti yang baru saja dia buat sambil menonton drama di televisi. Sesekali, dia tertawa dan terlibat dalam alur cerita, melupakan sejenak ketidakpastian yang mengisi pikirannya. 

Satu menit demi satu menit berlalu, dan meskipun dia masih memiliki beberapa pertanyaan tentang Joel, Aerline berusaha untuk fokus pada dirinya sendiri. Dia tahu bahwa kebahagiaannya adalah miliknya untuk diciptakan, bukan tergantung pada orang lain.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Dshaku
hemmm sbnrnya terlalu awal GK sih dia memberikan sesuatu yang berharga. tp gpp. itu lebih baik kadg dari TDK sama sekali...
goodnovel comment avatar
Jeon Shanty
aerline jgn terlalu pikirkan Joel nnti km bakalan nggak bisa jauh² lagi sama Joel, cari lah hal yg membuatmu melupakan sejenak tentang Joel dan tunangannya itu. btw ya grasella ngapain km nongol jdi tunangannya Joel wkwkwk, palingan Gisela lgi cri angin bentar di gantiin dlu ama grasella wkwkwk.....
goodnovel comment avatar
Yanti Wijaya
Aerline pst merasa gelisah memikirkan joel yg seolah hilang di telan bumi.Namun kamu harus tetap semangat untuk bisa berbahagia wlw hanya berkumpul dgn teman2mu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 9 ~ Kejujuran Aerline

    “Bahkan sampai jam segini pun, tidak ada pesan darinya,” gumam Aerline yang termenung di atas sofa yang ada di apartemennya. Wanita itu menatap ke luar jendela yang memperlihatkan suasana kota dengan gedung pencakar langit dan kerlap kerlip lampu di luar jendela apartemen yang indah. Tetapi, keindahan itu sama sekali tidak bisa menghibur hati Aerline yang terus overthinking. Aerline meneguk minuman soda kaleng yang mengandung kadar alkohol sedang. Pikirannya terus tertuju pada Joel, entah pergi ke mana pria itu Tanpa memberi kabar dan memberi pesan pada Aerline. Sebenarnya dia dan wanita itu pergi ke mana, sampai Joel tidak bisa memberikan kabar pada Aerline? Itulah yang terus pemikiran - pemikiran yang terus mengusik pikiran Aerline. Dia mencoba mengalihkan perhatian dari kekhawatiran yang terus menerus mengganggu pikirannya. Dia bangkit dari sofa, menyusuri apartemen yang di dekorasi minimalis, sebelum akhirnya menepuk-nepuk bukunya yang tergeletak di meja. Membaca adalah cara ter

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 10 ~ Alasan Joel

    “Uh, sial! Kenapa aku harus minum banyak sekali semalam. Pagi ini, kepalaku rasanya berputar tidak karuan,” keluh Aerline berjalan pelan memasuki lobi kantor.“Hei, Lin.” Sapaan itu membuat Aerline menoleh ke sumber suara. “Oh, Leon. Kamu baru datang?” tanya Aerline. “Ya. Kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali, apa kamu sakit?” tanya Leon hendak menyentuh kening Aerline, tetapi dengan cepat wanita itu menghindar. “Aku baik-baik saja,” jawab Aerline. “Sebenarnya karena semalam aku minum terlalu banyak.” Aerline hanya menunjukkan cengirannya. “Kenapa kamu mabuk saat hari kerja. Pasti akan terasa menyiksa, apalagi kamu harus bangun pagi dan pergi ke kantor,” ucap Leon. “Entahlah. Semalam aku hanya sedang ingin minum” jawabnya tersenyum kecil. Leon menggelengkan kepalanya, merasa prihatin sekaligus geli dengan sikap Aerline. “Kamu harus lebih bijak, Aerline. Mungkin sebaiknya kamu mencari cara lain untuk bersenang-senang yang tidak melibatkan alkohol,” sarannya.Aerline mengangkat bahu,

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 11 ~ Meeting Triwulan

    Aerline mengikuti Joel bersama Maya memasuki ruang meeting. Di dalam ruangan, semua orang sudah berkumpul, manager divisi hingga branch manager sudah ada di sana. Joel yang merupakan Direktur utama pun menduduki kursi kebesarannya, kemudian Aerline dan Maya yang merupakan sekretaris Joel, memilih duduk di samping Joel. Setelah semua peserta rapat hadir, BM membuka pertemuan dengan senyuman. "Selamat datang semuanya, terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkumpul di sini. Hari ini kita akan membahas beberapa agenda penting terkait laporan per tiga bulan atau triwulan."Maya, yang selalu sigap, menyiapkan catatan dan alat presentasi. Aerline memandang sekeliling ruangan, menyadari bahwa setiap orang tampak antusias tetapi juga sedikit tegang. Dia tahu betapa pentingnya pertemuan ini untuk melihat perkembangan setiap divisi."Pertama-tama, mari kita tinjau hasil dari laporan sebelumnya," lanjut BM. "Saya ingin mendengar pendapat dari masing-masing divisi mengenai pencapaian dan tan

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 12 ~ Makan Siang Bersama

    “Pesanlah apa pun yang kamu mau dan suka,” ucap Joel. Saat ini, Joel dan Aerline berada sebuah restoran mewah. Mereka sedang membaca dan melihat daftar menu yang tersedia di sana. “Hmm… Apa, ya?” gumam Aerline berpikir keras. Aerline terlihat bingung, matanya berkeliling membaca semua tulisan di buku menu yang penuh dengan pilihan lezat. Dia kemudian berpaling ke Joel, “Bagaimana kalau kita coba beberapa hidangan? Mungkin kamu bisa merekomendasikan sesuatu?” Joel tersenyum, “Tentu! Aku sangat merekomendasikan steak mereka. Dikenal sangat empuk dan dimasak dengan sempurna. Tapi kalau kamu suka makanan laut, udang panggang mereka juga luar biasa.”Aerline mengangguk, “Steak terdengar menggoda. Tapi aku juga penasaran dengan udang panggang. Mungkin kita bisa pesan keduanya dan berbagi?”“Okay! Kita bisa menambahkan beberapa hidangan pembuka juga. Bagaimana dengan sup krim jamur?” Joel menyarankan.Aerline terlihat semakin bersemangat, “Setuju! Ini akan menjadi makan siang yang luar

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 13 ~ Kecurigaan Maya

    “Apa kamu sedang sibuk?” tanya Maya mendekati Aerline. “Tidak terlalu sih. Ada apa?” tanya Aerline. “Aku ingin minta bantuanmu untuk mencari beberapa berkas di ruang arsip. Apa kamu mau bantu?” tanyanya. “Baiklah,” jawab Aerline. Maya tersenyum lega. “Terima kasih, Aerline. Berkas-berkas itu penting, dan aku kesulitan mencarinya sendiri.”Mereka berdua berjalan menuju ruang arsip. Selama perjalanan, Maya menjelaskan jenis berkas yang mereka cari. “Itu berkas terkait proyek yang kita kerjakan bulan lalu. Aku butuh dokumen itu untuk presentasi minggu depan.”Setibanya di pintu ruang arsip, Aerline membuka pintu dan mereka melangkah masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi rak-rak berkas. “Wow, ini banyak sekali berkasnya. Dari mana kita mulai?” tanya Aerline sambil melihat sekeliling.“Kita bisa mulai dari rak sebelah kanan. Biasanya berkas proyek kita disimpan di sana,” jawab Maya. Aerline mengangguk dan mulai menarik berkas-berkas dari rak tersebut. Mereka membolak-balik dokumen, me

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 14 ~ Dinas Ke Luar Kota

    “Lin, ini beberapa berkas yang harus kamu pelajari untuk mendampingi Tuan Joel melakukan bisnis di luar kota,” ucap Maya menunjukkan email berisik dokumen yang sudah disiapkannya. Beberapa menit lalu, Joel mengadakan briefing bersama dengan tim sekretarisnya, karena ada perjalanan bisnis ke luar kota untuk meninjau proyek. Kepergiannya itu bisa memakan waktu tiga sampai lima hari, tergantung situasi di sana. Dan biasanya, Joel akan memilih Erdan yang merupakan sekretaris pria satu-satunya di sana untuk menemaninya kalau ada pekerjaan di luar kota. Tetapi, kali ini Joel memilih Aerline untuk menemaninya dengan alasan, bagian dari training Aerline yang merupakan karyawan baru. Semua orang memahami itu tanpa menaruh kecurigaan. Tetapi, Aerline mengerti alasan kenapa Joel ingin pergi bersamanya. Itu karena dia ingin berduaan dengan Aerline selama di sana. “Terima kasih, Maya,” jawab Aerline sambil membuka file dokumen tersebut. “Oh iya, apakah ada hal khusus yang perlu aku perhatikan?”

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 15 ~ Pergi Berdua (21+)

    “Akhirnya sampai juga,” ucap Joel merenggangkan kedua tangan dan lehernya. Kemudian dia menoleh ke arah Aerline yang ternyata sudah terlelap di jok penumpang. “Ternyata dia tertidur, “ ujar Joel tersenyum melihatnya. Pria itu melepaskan sabuk pengamannya dan mencondongkan badannya ke arah Aerline. Ditatapnya wajah cantik Aerline dalam jarak dekat. Joel jadi teringat saat pertama dia bertemu dengan Aerline, saat gadis itu duduk di bangku SMP, dengan segala tingkahnya yang kekanakan dan ceria, berhasil mengusik perhatian Joel. Dan entah sejak kapan dia menyukainya hingga berani menyatakan perasaan dan mengajaknya untuk berpacaran saat Aerline masih duduk di bangku SMA. Sekarang, dia kembali menjadi wanitanya. Dan sejujurnya, hanya Aerline lah yang bisa menarik perhatian Joel yang terkenal pendiam dan begitu dingin pada wanita.“Apa yang kamu miliki, sampai membuatku bisa gila kalau tidak memilikimu, Arlyn,” bisk Joel merapikan anak rambut yang jatuh ke pelipisnya. “Semuanya terasa l

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 16 ~ Makan Malam Bersama

    “Kamu sudah siap?” tanya Joel yang duduk di atas sofa dengan memainkan ponselnya. Saat melihat kedatangan Aerline yang memakai dress cantik di sana, dan wajah yang memakai makeup soft, membuatnya terlihat sederhana dan cantik. Untuk beberapa saat, Joel terpaku melihat penampilan Aerline yang tampak memikat.“Aku sudah siap,” jawab Aerline sambil merasa wajahnya bersemu merah karena malu, ditatap seperti itu oleh Joel. Senyum lembutnya menunjukkan perasaan bahagia meski sedikit canggung.“Kalau begitu, kita berangkat sekarang,” kata Joel. Ia bangkit dari posisi duduknya, kemudian mengulurkan tangannya pada Aerline dengan penuh percaya diri.Dengan senyuman yang terukir di bibirnya, wanita itu pun menyambut uluran tangan Joel. Tangan mereka bersatu, dan ada hangat yang mengalir di antara keduanya. Mereka berjalan bersama meninggalkan kamar, memasuki suasana malam yang penuh harapan.Mobil Joel terparkir di luar, menanti untuk membawa mereka menuju restoran yang telah mereka pilih. Mereka

Bab terbaru

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 54 ~ Ketahuan?

    “Jadi, aku sebrengsek itu di matamu?” Aerline terkejut saat mendengar bisikan seseorang di belakangnya. Dia langsung membalikkan badannya dan melihat Joel berdiri di belakangnya. “Joel? Apa yang kamu lakukan di sini? Pergilah, nanti ada yang lihat. Kita lagi ada di kantor,” ujar Aerline melihat kanan dan kiri dengan khawatir. “Kenapa begitu gelisah? Memangnya kenapa kalau ketahuan?” goda Joel. “Apa kamu akan memakiku lagi?” Aerline merasa tubuhnya membeku, otaknya berputar cepat mencoba mencari alasan atau cara untuk keluar dari situasi ini. "Joel, aku nggak bermaksud... Maksudku, voice note itu... Aku... Aku mabuk waktu itu!" katanya terbata-bata, wajahnya memerah.Joel menyeringai kecil, tangannya dimasukkan ke saku celananya dengan santai. "Oh, jadi kalau mabuk, semua hal yang kamu sembunyikan keluar begitu saja, ya?" tanyanya dengan nada yang menggoda namun matanya tajam mengamati reaksi Aerline.Aerline menelan ludah, hatinya semakin kalut.

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   53 ~ Tamu Tidak Di undang

    “Apa yang kamu lakukan di rumahku?” tanya Joel merasa kesal karena kehadiran Bailee di sana. Ibu tiri Joel itu berjalan masuk dengan langkah angkuh memasuki rumah Joel. “Apa seperti itu, kamu menyapa ibumu?” tanya Bailee. Joel menatap Bailee dengan sinis. “Kalau tidak ada hal penting. Keluar!” usir Joel tanpa belas kasih. “Kamu selalu saja bersikap dingin padaku, Joel. Padahal dulu kita sangat dekat,” ujarnya dengan seringai. “Keluar!” usir Joel. “Ada jadwal untuk bertemu wedding organizer dan persiapan foto pra wedding dengan Gisella. Luangkanlah waktumu,” ujar Bailee. “Aku sibuk!”“Sibuk berkencan maksudmu?” ujar Bailee tersenyum meremehkan Joel. Bailee mengayunkan kakinya dengan santai, duduk di sofa ruang tamu Joel seolah rumah itu miliknya. Wajahnya tidak menunjukkan rasa terganggu oleh sikap dingin putra tirinya.“Kamu memang keras kepala seperti ayahmu,” kata Bailee dengan nada menyindir. “Tapi ingat, Joel, pernikahanmu dengan Gisella ini bukan hanya untukmu. Ini tenta

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 52 ~ Penghibur

    “Baru pulang?” tanya Freyya yang ternyata sedang sibuk di dapur saat Aerline sampai di apartemen. “Ya. Apa yang sedang kamu lakukan, Frey?” tanya Aerline berjalan perlahan mendekati dapur. “Aku sedang menghancurkan dapur. Apa kamu tidak lihat kalau aku sedang memasak!” ucap Freyya dengan mendengus. Aerline terkekeh di sana. “Sensi amat, Bu… ““Pergilah mandi, aku akan siapkan makan malam untuk kita berdua,” ujar Freyya. “Oke.”Aerline tersenyum kecil mendengar jawaban Freyya yang ketus tapi hangat. Freyya selalu seperti itu, penuh kehebohan tapi diam-diam peduli. Langkah Aerline melambat sejenak saat melihat kekacauan di dapur, tepung yang tumpah, beberapa alat masak berserakan, dan aroma masakan yang entah berhasil atau gagal tercium samar-samar.“Jangan terlalu lama mandinya, nanti makan malamnya dingin!” seru Freyya dari dapur sambil mengaduk sesuatu di wajan.Aerline hanya mengangguk sambil melangkah ke kamar mandi. Setelah hari yang panjang dan emosional, suara dan kehadiran

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 51 ~ Diantar Pulang

    “Saya, batalkan pembeliannya,” ujar Gisella yang bergegas pergi dari sana meninggalkan Kyle. Pelayan di sana dibuat terkejut dan hanya bisa melihat kepergian Gisella. “Nona Gisella, tunggu! Apa anda sangat handal menghindar? Bahkan tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di malam itu,” ujar Kyle masih mengejar Gisella. “Apa yang harus aku pertanggungjawabankan? Itu terjadi, karena kita sama-sama mabuk,” ujar Gisella masih terus berjalan cepat, berharap Kyle pergi. Kyle menghentikan langkahnya dan menatap punggung Gisella dengan tatapan tajam. “Kamu pikir itu alasan yang cukup? Mengabaikan semuanya hanya karena kita mabuk?”Gisella menghentikan langkahnya, menghela napas panjang sebelum berbalik menghadap Kyle. “Lalu apa yang kamu mau dariku, Tuan Kyle? Penyesalan? Permintaan maaf? Atau... tanggung jawab seperti yang kamu katakan?” tanya Gisella dengan kesal. Kyle mendekat, nadanya berubah lebih lembut. “Aku hanya ingin kita bicara, Nona. Bukan seperti ini, terus menghindar

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 50 ~ Bertemu Kembali

    “Hei, Lin. Ada apa denganmu? kedua matamu sembab, apa kamu habis menangis?” tanya Agnes. “Aku baik-baik saja,” jawab Aerline di sana. “Aku hanya merasa sedih saja.” “Apa kamu ada masalah? katakanlah, jangan memendamnya sendiri,” ucap Agnes. “Bukan hal besar. Hanya merasa kecewa karena orang yang sangat kupercaya membohongiku,” ucap Aerline.Agnes menatap Aerline dengan penuh perhatian. Ia bisa melihat dengan jelas bahwa ada sesuatu yang mengganggu temannya. Meski Aerline mencoba tersenyum, matanya yang sembab dan wajah yang tampak lelah mengkhianati perasaan yang sebenarnya."Lin, kamu tahu kan aku selalu ada buat kamu? Kalau kamu mau cerita, aku siap mendengarkan," ujar Agnes lembut, mencoba membuat Aerline merasa nyaman.Aerline menghela napas panjang, pandangannya menerawang ke arah jendela. "Bukan hal besar, Agnes. Aku hanya... kecewa," ucapnya dengan nada datar, meskipun rasa sakit di hatinya terdengar jelas dalam suaranya.Agnes mengerutkan alis. "K

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 49 ~ Permintaan Joel

    Aerline membuka laptopnya, jemarinya dengan cekatan mengetikkan beberapa dokumen yang perlu disiapkan untuk meeting Joel bersama Manager. Tatapannya fokus, sesekali dia memeriksa ulang setiap detail untuk memastikan semuanya sempurna. Setelah selesai, dia menekan tombol *print* dan mendengar suara lembut printer yang mulai bekerja.Tumpukan kertas hasil cetakan segera ia ambil, lalu ia beranjak dari kursinya. Langkah Aerline terarah menuju ruang fotokopi, sebuah ruangan kecil yang terletak di sisi kosong dekat gudang kantor. Suasana di sana terasa sepi, hanya terdengar bunyi halus pendingin ruangan dan deru mesin penghancur kertas yang baru saja digunakan oleh seseorang.Aerline menyalakan mesin fotokopi dan mulai menggandakan dokumen-dokumen yang tadi diprint. Sambil menunggu, pikirannya sedikit melayang ke kejadian saat Joel bersama Gisella yang tampak serasi. Hal itu, seakan membuat Aerline sadar, kalau Joel lebih cocok dengannya dibanding dengan Aerline. “Apa kamu akan terus men

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 48 ~ Rasa Cemburu dan Kesal Joel

    “Kamu yakin akan masuk kerja?” tanya Freyya saat Aerline sudah bersiap dengan setelan kerjanya. Dia memakai pakaian milik Freyya yang memang seukuran dengannya.“Ya, aku akan masuk kerja. Gimana pun, aku tidak bisa terus menerus menghindar. Aku harus menghadapinya,” ujar Aerline. “Baiklah, kalau memang sudah merasa lebih baik,” ujar Freyya. “Ya, seharian kemarin aku sudah menenangkan diri. Dan kurasa, aku akan bisa dan sanggup menghadapinya sekarang,” ujar Aerline. “Apa rencanamu selanjutnya? Apa kamu akan kembali tinggal bersamanya?” tanya Freyya. “Tidak. Aku sudah pernah memutuskan kalau aku hanya tinggal di sana selama tiga hari. Lalu pindah ke sini,” ucap Aerline. “Ya, lebih baik begitu. Setidaknya, menjaga jaraklah, supaya Joel bisa lebih melihatmu,” ujar Freyya membuat Aerline terdiam. “Sarapan dulu sebelum berangkat. Aku sudah membuatkan roti panggang isi,” ujar Freyya. Mereka pun berjalan menuju mini bar dan duduk berhadapan. Aerline melihat piring berisi roti panggang

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 47 ~ Sahabat Sejati

    Tok! tok! tok!“Ya, sebentar,” jawab Freyya berjalan membuka pintu apartemennya. Dia cukup terkejut melihat siapa yang berdiri di depan pintu.“Lin?” panggil Freyya.Aerline berjalan mendekati Freyya dan memeluk sahabatnya dengan perasaan sakit bukan main. Walau dia sadar, hal ini pasti terjadi, tetapi entah kenapa rasanya jauh lebih sakit dari yang dibayangkan.Freyya yang mengetahui apa yang terjadi, hanya diam dan mengelus punggung Aerline dengan lembut di sana.“Kita masuk, ya,” ucap Fretta membuat Aerline menganggukkan kepalanya.Freyya menutup pintu perlahan setelah Aerline masuk ke apartemennya. Ruangan itu hangat, namun suasana yang dibawa Aerline terasa berat, seolah setiap langkahnya meninggalkan jejak kesedihan. Freyya memandu Aerline menuju sofa di ruang tengah. “Duduklah dulu,” ujar Freyya lembut, sambil menuangkan segelas air untuk Aerline. Dia meletakkannya di meja dan duduk di sebelah sahabatnya.Aerline menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, tetapi matanya

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 46 ~ Rasa Kecewa

    “Mereka benar-benar pasangan yang serasi, ya,” ucap Agnes menatap ke arah Joel dan Gisella yang sedang menyapa tuan rumah di sana. Aeline beggerak menjauh dari kerumunan sambil mengambil satu gelas sampanye. Dia memilih di sudut ruangan yang cukup sepi. “Dia datang ke sini dengan tunangannya. Bahkan memakai dasi senada, padahal tadi Aerline menyarankan warna dasi lain pada Joel. Kalau dia memang akan datang bersama tunangannya, lalu kenapa harus berbohong padaku?” batin Aerline. Ini adalah balasan yang harus diterima Aerline. Cepat atau lambat, dia akan mengalami hal ini dan menyadari posisinya. Bagaimana pun, Aerline hanya wanita simpanan Joel yang tidak akan pernah terlihat sampai kapanpun juga. Aerline meneguk sampanye dalam diam, merasakan cairan itu mengalir melewati tenggorokannya seperti pengingat pahit akan kenyataan. Pandangannya tak bisa lepas dari Joel dan Gisella, yang tampak sempurna dalam balutan pakaian senada. Joel sedang berbincang dengan para tamu, sementara Gisel

DMCA.com Protection Status