“Apa kamu sedang sibuk?” tanya Maya mendekati Aerline. “Tidak terlalu sih. Ada apa?” tanya Aerline. “Aku ingin minta bantuanmu untuk mencari beberapa berkas di ruang arsip. Apa kamu mau bantu?” tanyanya. “Baiklah,” jawab Aerline. Maya tersenyum lega. “Terima kasih, Aerline. Berkas-berkas itu penting, dan aku kesulitan mencarinya sendiri.”Mereka berdua berjalan menuju ruang arsip. Selama perjalanan, Maya menjelaskan jenis berkas yang mereka cari. “Itu berkas terkait proyek yang kita kerjakan bulan lalu. Aku butuh dokumen itu untuk presentasi minggu depan.”Setibanya di pintu ruang arsip, Aerline membuka pintu dan mereka melangkah masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi rak-rak berkas. “Wow, ini banyak sekali berkasnya. Dari mana kita mulai?” tanya Aerline sambil melihat sekeliling.“Kita bisa mulai dari rak sebelah kanan. Biasanya berkas proyek kita disimpan di sana,” jawab Maya. Aerline mengangguk dan mulai menarik berkas-berkas dari rak tersebut. Mereka membolak-balik dokumen, me
“Lin, ini beberapa berkas yang harus kamu pelajari untuk mendampingi Tuan Joel melakukan bisnis di luar kota,” ucap Maya menunjukkan email berisik dokumen yang sudah disiapkannya. Beberapa menit lalu, Joel mengadakan briefing bersama dengan tim sekretarisnya, karena ada perjalanan bisnis ke luar kota untuk meninjau proyek. Kepergiannya itu bisa memakan waktu tiga sampai lima hari, tergantung situasi di sana. Dan biasanya, Joel akan memilih Erdan yang merupakan sekretaris pria satu-satunya di sana untuk menemaninya kalau ada pekerjaan di luar kota. Tetapi, kali ini Joel memilih Aerline untuk menemaninya dengan alasan, bagian dari training Aerline yang merupakan karyawan baru. Semua orang memahami itu tanpa menaruh kecurigaan. Tetapi, Aerline mengerti alasan kenapa Joel ingin pergi bersamanya. Itu karena dia ingin berduaan dengan Aerline selama di sana. “Terima kasih, Maya,” jawab Aerline sambil membuka file dokumen tersebut. “Oh iya, apakah ada hal khusus yang perlu aku perhatikan?”
“Akhirnya sampai juga,” ucap Joel merenggangkan kedua tangan dan lehernya. Kemudian dia menoleh ke arah Aerline yang ternyata sudah terlelap di jok penumpang. “Ternyata dia tertidur, “ ujar Joel tersenyum melihatnya. Pria itu melepaskan sabuk pengamannya dan mencondongkan badannya ke arah Aerline. Ditatapnya wajah cantik Aerline dalam jarak dekat. Joel jadi teringat saat pertama dia bertemu dengan Aerline, saat gadis itu duduk di bangku SMP, dengan segala tingkahnya yang kekanakan dan ceria, berhasil mengusik perhatian Joel. Dan entah sejak kapan dia menyukainya hingga berani menyatakan perasaan dan mengajaknya untuk berpacaran saat Aerline masih duduk di bangku SMA. Sekarang, dia kembali menjadi wanitanya. Dan sejujurnya, hanya Aerline lah yang bisa menarik perhatian Joel yang terkenal pendiam dan begitu dingin pada wanita.“Apa yang kamu miliki, sampai membuatku bisa gila kalau tidak memilikimu, Arlyn,” bisk Joel merapikan anak rambut yang jatuh ke pelipisnya. “Semuanya terasa l
“Kamu sudah siap?” tanya Joel yang duduk di atas sofa dengan memainkan ponselnya. Saat melihat kedatangan Aerline yang memakai dress cantik di sana, dan wajah yang memakai makeup soft, membuatnya terlihat sederhana dan cantik. Untuk beberapa saat, Joel terpaku melihat penampilan Aerline yang tampak memikat.“Aku sudah siap,” jawab Aerline sambil merasa wajahnya bersemu merah karena malu, ditatap seperti itu oleh Joel. Senyum lembutnya menunjukkan perasaan bahagia meski sedikit canggung.“Kalau begitu, kita berangkat sekarang,” kata Joel. Ia bangkit dari posisi duduknya, kemudian mengulurkan tangannya pada Aerline dengan penuh percaya diri.Dengan senyuman yang terukir di bibirnya, wanita itu pun menyambut uluran tangan Joel. Tangan mereka bersatu, dan ada hangat yang mengalir di antara keduanya. Mereka berjalan bersama meninggalkan kamar, memasuki suasana malam yang penuh harapan.Mobil Joel terparkir di luar, menanti untuk membawa mereka menuju restoran yang telah mereka pilih. Mereka
“Um… “ Aerline perlahan membuka matanya saat matahari mulai menerobos masuk ke dalam kamar dari celah jendela. Tatapannya langsung tertuju pada sosok pria tampan yang terlelap di hadapannya. Wanita itu tersenyum menatap wajah tampan Joel di depannya. Semalam adalah sesuatu yang menyenangkan dan penuh dengan kesan yang romantis dan menggairahkan. Aerline merasa hangat di dalam hati saat mengingat momen-momen indah yang mereka bagi. Setiap detail dari malam itu terukir jelas dalam ingatannya, tawa, cerita, dan sentuhan lembut Joel yang membuatnya merasa dicintai. Dia berusaha untuk tidak membangunkan Joel yang masih terlelap, namun rasa ingin tahunya membuatnya memperhatikan lelaki itu lebih dekat. Rambutnya yang sedikit acak-acakan di dahi, garis wajahnya yang tegas, dan bibir yang tampak begitu damai saat tidur. Aerline merasakan campuran rasa syukur dan kebahagiaan melihat pria itu di sampingnya.Dengan hati-hati, Aerline menggerakkan tubuhnya untuk bangkit, mencari-cari ponselny
“Akhirnya, bisa pergi juga dari sana,” keluh Aerline saat dia dan Joel sudah ada di dalam mobil. “Dia benar-benar pria hidung belang. Lain kali kalau bertemu dengannya. Kamu tidak perlu ikut!” ucap Joel merasa cemburu. Dia sangat kesal, karena sepanjang meeting tadi, Robert terus menatap Aerline dengan terang-terangan dan itu benar-benar membuat Joel kesal bulan main. Aerline menatap Joel dengan tatapan penuh pengertian. “Aku tahu kamu merasa tidak nyaman, Joel. Tapi aku bisa mengurus diriku sendiri. Robert memang tidak pantas mendapatkan perhatianmu,” ujarnya lembut. Joel menghela napas, mencoba menenangkan hatinya yang masih bergejolak. “Aku hanya tidak suka cara dia memandangmu. Seolah-olah dia bisa melanggar batasan kapan saja,” katanya, suaranya sedikit meninggi. Aerline tersenyum, berusaha mengekang emosi Joel. “Dia mungkin mengagumi, dan aku sadar karena kecantikanku bisa mengalihkan perhatian siapa saja, termasuk kamu,” goda Aerline. “Tapi aku tetap tidak suka cara dia nat
“Wah, pantai…” teriak Aerline berlari ke arah pantai dengan sangat cerita. Joel yang berjalan mengikuti wanita itu hanya bisa tersenyum lebar, melihat kebahagiaan dan keceriaan Aerline. Joel mempercepat langkahnya, ingin memastikan Aerline tidak terlalu jauh darinya. Saat Aerline tiba di tepi pantai, angin laut yang segar menyambutnya, disertai suara ombak yang berdeburan. Dia melompat-lompat kecil di pasir putih, mengeksplorasi setiap sudut dengan semangat yang tak terhingga. “Lihat, Joel! Airnya biru sekali!” teriaknya sambil menunjuk ke arah lautan yang berkilau di bawah sinar matahari.Joel, yang kini berdiri di sampingnya, mengamati dengan penuh bahagia. “Iya, indah sekali. Pantai ini memang luar biasa,” katanya sambil mengagumi keindahan alam di sekitar mereka. Aerline berlari ke arah ombak yang datang, membiarkan air menyentuh kakinya. Dia tertawa riang ketika gelombang mengejar, membuatnya melompat mundur. “Ayo, bergabung denganku!” ajaknya kepada Joel.Dia menikmati momen
“Apa katamu, Tuan Nathaniel tidak ada di kantor?” tanya Gisella terkejut mendengar jawaban Maya. “Benar, Nona Gisella. Sudah dua hari yang lalu, Tuan Nathaniel ada perjalanan bisnis keluar kota,” jawab Maya. Gisella menyisir seluruh ruangan sekretaris itu, keningnya mengerut saat menyadari sesuatu. “Pergi dengan siapa dia?” tanya Gisella. “Tuan Nathaniel pergi bersama Aerline. Salah satu sekretaris tuan Nathaniel,” jawab Maya. “Wanita itu lagi,” gerutu Gisella merasa sangat kesal. Maya memperhatikan ekspresi Gisella yang berubah menjadi cemberut. Dia tahu betapa pentingnya Tuan Nathaniel bagi Gisella, dan kepergian pria itu bersama Aerline tampaknya membuatnya semakin tidak nyaman.“Apakah ada yang bisa saya bantu, Nona Gisella?” tanya Maya dengan nada lembut, berusaha meredakan ketegangan di ruangan itu.Gisella menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. “Tidak, terima kasih. Saya hanya... merasa khawatir. Tuan Nathaniel biasanya tidak pergi begitu lama tanpa memberi
Aerline sedang menatap keluar jendela kamarnya di ruang rawat. Leon harus pergi ke kantor dan bekerja setelah libur akhir tahun dan Lyman sedang keluar sebentar. Wanita itu masih tidak mau membuka pesan dari Joel, dia masih ingin menahan diri tanpa ingin mendengar alasan apa pun dari pria itu. Jujur saja, Aerline takut luluh dan kembali memberi kesempatan lagi pada Joel. Karena bagaimana pun, hatinya selalu lemah saat berhadapan dengan Joel. “Khem... “ Aerlie merasa tenggorokannya sakit dan kehausan. Dia mengambil botol minumnya yang ternyata kosong. Dia melihat ke arah dispenser yang ada di dekat televisi dan cukup jauh dari posisinya. Wanita itu pun menurunkan kedua kakinya ke bawah brankar dan turun perlahan. “Ugh!” dia meringis saat kepalanya terasa berputar. Ya, selama di rumah sakit, Aerline tidak bisa tidur sama sekali. Membuat darahnya semakin rendah dan kepalanya terasa sangat berat. Wanita itu berjalan per
“Lin?” Lyman masuk ke dalam ruang rawat Aerline. “Bang?” jawab Aerline melihat ke arah Lyman. Lyman berjalan mendekati Aerline yang duduk terbaring di atas ranjang rumah sakit. “Kenapa malam itu tidak tunggu Abang sih?” tanya Lyman terlihat begitu khawatir. “Aku baik-baik saja, Bang,” ujar Aerline di sana. “Kamu itu,” ucap Lyman sampai tidak bisa berkata apa-apa. “Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Abang sangat mencemaskanmu, Lin. Semalaman Abang keliling cari kamu,” ucap Lyman. “Maaf, Bang.” “Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana Abang jelasin ke Kaivan? Kamu berharga untuk keluargamu, Lin. Jangan merasa sendiri, Abang di sini untuk jaga kamu,” ucap Lyman mengusap kepala Aerline dengan lembut.Aerline menunduk, merasa hangat mendengar kata-kata Lyman. Dia tidak menyangka Lyman begitu peduli padanya, bahkan rela mencari dirinya sepanjang malam."Maafkan aku, Bang. Aku nggak bermaksud bikin abang khawat
“Um... “ Aerline perlahan membuka matanya dan melihat sekeliling ruangan. Dia meringis kecil sambil memegang kepalanya yang terasa berat. Dia menoleh ke arah punggung tangannya yang dipasang infusan di sana. “Apa aku ada di rumah sakit?” gumamnya berusaha mengingat apa yang terjadi. “Kamu sudah siuman, Lin?” pertanyaan itu membuat Aerline menoleh ke sumber suara dan melihat sosok Leon di sana dan terlihat pria itu baru saja terbangun dari tidurnya. “Leon?” tanya Aerline. “Aku melihatmu pingsan dan tergeletak di pinggir jalan. Jadi, aku bawa kamu ke rumah sakit, menurut dokter kamu terkena usus buntu dan harus segera di operasi,” jawab Leon. “Operasi?” Aerline mengernyitkan dahinya. “Ponselmu mati, jadi aku tidak punya pilihan lain selain menandatangani surat persetujuannya. Aku sangat khawatir padamu,” ucap Leon. Aerline tersenyum di sana. “Terima kasih, Leon. Berkatmu, aku bisa selamat,” ujarnya
“Apa semuanya sudah sesuai?” tanya Aerline pada pelayan di restoran yang sudah dia booking jauh-jauh hari untuk acara ulang tahun Joel. Dia ingin memberikan kejutan spesial untuk Joel. “Semua sudah disiapkan dengan sangat baik, Nona. Kami hanya tinggal menunggu kode dari anda,” ucap pelayan itu. “Baiklah, terima kasih.” Aerline tersenyum lebar di sana. “Kalau begitu, saya permisi,” pamit pelayan tersebut. Aerline merapikan gaun cantik yang dikenakannya. Dia sengaja memakai gaun warna violet, karena menurut Joel, dia selalu cantik kalau memakai warna itu. Wanita itu duduk di kursi sambil melihat jam tangannya. “Masih ada 20 menitan lagi sampai Joel datang. Astaga, aku deg-degan sekali. Semoga saja, acaranya berjalan dengan lancar,” gumam Aerline tersenyum lebar. Dia sengaja membooking area rooftop sebuah restoran untuk merayakan ulang tahun Joel. Dia juga sudah menyiapkan beberapa kejutan kecil, di mana mereka akan memotong kue
“Jangan lupa dengan wine yang akan jadi pelengkap makan malam kita,” ucap Joel.“Aku akan mengambilkan wine kualitas terbaik, sebentar.” Tambah pria itu berlalu pergi dari sana meninggalkan Aerline yang masih menikmati makanannya.Joel kembali beberapa saat kemudian dengan sebotol wine berlabel premium di tangannya. “Ini dia, wine terbaik untuk melengkapi makan malam kita,” ucapnya sambil tersenyum.Aerline menatap botol itu dengan kagum. “Kamu benar-benar mempersiapkan semuanya dengan sempurna, Joel. Aku terkesan.”Joel hanya tersenyum kecil sambil membuka botol wine tersebut dengan anggun. Ia menuangkan wine ke dua gelas, lalu menyerahkan salah satunya kepada Aerline. “Untuk malam yang tidak akan pernah kita lupakan.”Aerline menerima gelas itu sambil menatap Joel dengan lembut. “Untuk malam ini, dan untuk kita,” ujarnya sambil mengangkat gelasnya untuk bersulang.Mereka berdua menyeruput wine itu dengan perlahan, menikmati rasa anggur yang lembut dan kaya. Angin pantai yang sepoi-s
“Wah, apakah ini vila yang kamu maksud?” tanya Aerline saat dia menuruni mobil dan melihat suasana vila di bibir pantai. “Ya, ini adalah vila pribadi. Aku sengaja membookingnya. Jadi, tidak akan ada orang lain lagi selain kita berdua di sini,” ucap Joel memeluk Aerline dari belakang. Wanita itu tersenyum hangat dan memegang tangan Joel yang melingkar di perutnya."Tempat ini indah sekali, Joel," ucap Aerline, memandang hamparan pantai dengan pasir putih yang berkilauan diterpa sinar matahari. Suara ombak yang tenang dan angin laut yang sejuk memberikan suasana damai yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Joel menunduk sedikit, menyandarkan dagunya di bahu Aerline. "Aku ingin kamu merasa tenang dan melupakan semua beban yang ada," ucapnya lembut.Aerline menolehkan wajahnya sedikit, menatap Joel dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih, Joel. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini lebih dari cukup."Joel melepaskan pelukan itu perlahan, mengambil tangan Aerline dan membawanya ma
“Kamu masih marah padaku?” tanya Joel mendekati Aerline yang masih kerja di meja kerjanya. Hari sudah malam, semua rekan kerjanya sudah pulang lebih dulu. Sedangkan Aerline harus lembur karena sempat tidak masuk, membuat pekerjaannya cukup menumpuk. Wanita itu menengadahkan kepalanya dan menatap Joel di depannya. "Aku tidak marah padamu, Joel,” jawab Aerline. “Aku paham posisimu, dan aku coba mengerti.” “Tapi kamu terus menghindariku seharian ini, apa kamu akan terus bersikap begitu? Padahal aku sangat merindukanmu,” ujar Joel yang duduk dihadapan Aerline sambil memegang tangan wanita itu. “Akhir-akhir ini, hubungan kita semakin renggang dan jauh, aku sangat merindukanmu.” Joel tersenyum di sana.Aerline menarik tangannya perlahan dari genggaman Joel, lalu menghela napas dalam-dalam. Ia menatap Joel dengan sorot mata yang bercampur antara lelah dan keraguan.“Joel, aku tidak menghindarimu,” ucapnya pelan, suaranya terdengar
“Aerline… “Semua rekan kerjanya kembali menyambut kedatangannya di kantor setelah tidak masuk kerja selama tiga hari. “Kamu baik-baik saja, Lin?” tanya Lita. “Kamu sakit apa sebenarnya? Kami khawatir banget, tau.” Kali ini Agnes yang berbicara. “Sakit asam lambung,” jawab Aerline tidak mengatakan yang sebenarnya kalau dia sakit Gerd. Aerline berusaha tersenyum pada rekan-rekannya yang tampak benar-benar khawatir. “Maaf ya, bikin kalian khawatir. Aku sudah lebih baik sekarang,” katanya sambil menepuk bahu Lita dengan lembut.“Kamu harus lebih jaga kesehatan, Lin,” ujar Maya dengan nada penuh perhatian.“Iya, jangan terlalu memaksakan diri di kantor,” tambah Agnes, menatap Aerline dengan pandangan serius.Aerline mengangguk kecil. “Aku akan lebih hati-hati. Terima kasih sudah peduli,” jawabnya tulus. Meski mencoba terdengar ringan, hatinya sedikit berat karena tahu mereka tidak mengetahui sepenuhnya apa yang ia alami belakangan ini.“Ngomong-ngomong, Leon nyariin kamu tadi pagi,”
Gisela sedang duduk di atas kursi roda, Joel mendorong kursi rodanya berjalan-jalan ke taman rumah sakit. “Kenapa sih, masih ngurusin aku? Kamu gak paham, seberapa susuahnya aku menahan diri untuk tidak terbawa perasaan dengan aktingmu itu.” keluh Gisela. Joel masih diam membisu di sana, dia hanya bisa menghela napasnya. “Mata-mata Ayahmu ada di mana-mana,” ucapnya. “Aku ingin kamu tahan sebentar saja, karena situasi ini pun tidak menyenangkan bagiku. Aku ingin memastikan orang-orang yang kucintai aman, maka aku tidak akan mengganggumu lagi,” ujar Joel berkata dengan kejamnya membuat Gisela terdiam, hatinya sakit bukan main mendengar perkataan kasar Joel di sana. Dia tahu, semua ini hanya akting saja, dia juga tahu kalau Joel tidak bersungguh-sungguh padanya. Tapi dengan bodohnya, dia masih tetap berharap dan terbawa perasaan oleh perhatian Joel yang tidak nyata itu. Gisela bodoh, saat berkenalan dengan Joel dan sikapnya yang kadang baik padanya