Beranda / CEO / Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih / Bab 2 ~ Jadi Sekretaris Mantan Kekasih

Share

Bab 2 ~ Jadi Sekretaris Mantan Kekasih

Penulis: Kinan Larasati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

          “Jadi kamu sudah lulus S2? Waktu berlalu begitu cepat,” ucap Joel melihat CV milik Aerline.

          Wanita itu masih duduk diam berhadapan dengan Joel yang sibuk membaca CV-nya. Tatapan matanya terus tertuju pada pria di depannya. Tidak pernah terbayangkan kalau dia akan kembali bertemu dengan pria yang sudah membuatnya terluka kemarin.

          “Apa semua ini adalah rencanamu?” tanya Aerline membuat Joel mengalihkan pandangannya dari berkas cv di tangannya pada Aerline.

          “Apa maksudmu?” tanya Joel menaikkan sebelah alisnya.

          “Aku sempat berpikir, kenapa wawancara dan test di perusahaan raksasa seperti Deere GE and Company terkesan mudah. Orang berkata, supaya bisa masuk ke sini, setidaknya harus lulusan terbaik di kampus. Sedangkan, aku yang bermodal nekat, bisa dengan mudah lolos di beberapa tahapan. Apa semua ini perbuatanmu?” tanya Aerline menatap Joel dengan intens.

          Sorot mata gadis itu menunjukkan kesedihan mendalam sekaligus kerinduan yang sudah ditahannya selama ini.

          “Kenapa aku harus melakukan itu? Ya, aku tahu kamu adalah adik dari temanku, tapi aku tidak pernah memberikan hak istimewa, sekalipun itu padamu,” jawab Joel dengan tenang.

          Aerline menundukkan kepalanya, kedua tangannya mengepal kuat. Sekuat tenaga dia menahan gejolak di hatinya, bertatapan dan mendengar suara Joel kembali adalah harapannya selama bertahun-tahun ini. Dia berusaha mencari kabar tentang Joel, tetapi tidak sedikitpun didapatkannya. Sekarang, pria itu berada tepat di depannya, dan bisa dia dengar suara bassnya yang selalu membuat jantungnya berdebar, mengobati rasa rindunya selama ini, tetapi di sisi lain hatinya sakit karena sadar pria itu sudah memiliki wanita lain yang akan menikah dengannya.

          “Syukurlah,” ucap Aerline terdengar seperti bergumam. Dia tidak sanggup bertatapan dengan pria itu lagi.

          “Kurasa tidak ada yang perlu aku tanyakan lagi padamu. Semua sudah ditanyakan oleh pihak HRD, jadi langsung ke intinya saja. Bagian yang kamu lamar sudah diisi, ada bagian yang ingin aku tawarkan untukmu, Ar.” Aerline mengangkat kepalanya, tatapan mereka kembali terpaut dengan sorot mata tajam di depannya. Ini pertama kalinya pria itu memanggil nama yang merupakan nama panggilan kesayangan.

          “Apa kamu bersedia menjadi sekretaris pribadiku? Kebetulan salah satu sekretarisku resign satu minggu yang lalu?” tanya Joel.

          “Aku melamar bagian lain, dan tidak memiliki pengalaman di bidang sekretaris,” jawab Aerline.

          “Tidak masalah. Aku tahu kamu tidak bodoh. Lagipula kamu menguasai lima bahasa, itu tidak akan menyulitkanmu. Kalau kamu bersedia, maka kamu boleh mulai bekerja besok, tetapi kalau kamu menolak, tidak ada lowongan untukmu di perusahaan ini,” ucap Joel berbicara dengan tenang, tetapi Aerline dapat melihat seringai tipis di bibir pria itu.

          ‘Apa Joel berusaha menjebakku? Tetapi kalau aku menolak kesempatan ini, ke mana lagi aku harus cari pekerjaan di Negara yang serba mahal ini. Aku tidak mau kembali ke Indonesia,’ batin Aerline menatap Joel di depannya.

          Aerline dalam kebimbangan di mana hati dan berpikirannya berdebat. Haruskah menerima pekerjaan ini, atau menolaknya dan mencari pekerjaan lain yang tidak tahu apa dia akan diterima dengan mudah seperti ini atau tidak. Bagaimana pun, Joel adalah racun sekaligus penawar untuk Aerline. Di sisinya, Aerline pasti akan terus merasa sakit dan terluka karena hanya bisa memandang tanpa bisa memiliki pria itu, tetapi, tanpa ada dia dan berjauhan dengannya, Aerline akan semakin terluka karena rasa rindu yang setiap saat selalu menyiksanya hingga dia sangat kesulitan untuk bernapas. Dan kalau harus memilih, maka, Aerline lebih memilih untuk menelan semua kesakitan itu asalkan bisa melihat Joel setiap saat di jarak yang dekat.

          “Aku bersedia,” jawab Aerline.

          “Bagus,” ucap Joel menyunggingkan senyuman di bibirnya. “Kamu bisa mulai bekerja besok.”

          “Baiklah.”

          Joel berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Aerline. “Selamat bergabung di Deere Ge and Company, Ar.”

          Aerline menatap uluran tangan Joel di depannya. Dia pun bangkit dari duduknya dan menyambut tangan pria itu.

          “Terima kasih, Mr. Nathaniel.”

          Aerline mengernyitkan dahinya saat tangannya dipegang dengan cukup kuat oleh Joel. Dia mencoba menarik tangannya tetapi sulit, Joel sepertinya tidak berniat melepaskan pegangan tangannya.

          “Maaf, bisa tolong lepaskan tanganku?” pinta Aerline.

          Joel diam dan menatap Aerline di depannya cukup lama. “Tuan Nathaniel, tolong lepaskan tanganku!” ucap Aerline sekali lagi dan berhasil menyadarkan keterpakuan Joel.

          “Oh, ya.” Tanpa kata maaf, Joel pun melepaskan pegangannya pada Aerline.

          “Kalau begitu, aku pergi sekarang. Permisi,” pamit Aerline membalikkan badannya dan berjalan ke arah pintu.

          “Ar?”

          Panggilan Joel menghentikan langkah Aerline. Wanita itu pun menoleh ke arah Joel, berusaha menunjukkan ekspresi tenangnya.

          “Senang bertemu denganmu lagi.”

          Degh!

          Melihat senyuman yang terukir di bibir Joel, membuat Aerline segera memalingkan wajahnya dan berlalu pergi. Dia berjalan cepat menuju lift, jantungnya berdebar sangat cepat.

          Saat di dalam lift, Aerline berdiri dengan berpegangan tangan ke dinding lift, kedua tangannya bergetar. Bayangan Joel yang tersenyum dan mengatakan kalau dia merasa senang bertemu dengan Aerline membuat pertahanan wanita itu runtuh.

          ‘Kenapa?’ batin Aerline tidak bisa menahan air mata yang mengalir membasahi pipi.

          Ini baru pertemuan pertama, Aerline sudah merasa rapuh dan tidak bisa bersikap tegar. Lalu, bagaimana hari-hari selanjutnya harus Aerline lalui?

***

          Tiga puluh menit sebelum jam kerja, Aerline sudah sampai di kantor. Dia melihat ruangan Joel masih kosong.

          “Permisi, apa anda Aerline?” tanya seorang wanita yang menyapanya terlebih dulu.

          “Benar, saya Aerline.”

          “Perkenalkan, nama saya Maya. Saya sekretaris Pak Nathaniel,” ucap wanita cantik bernama Maya.

          “Halo,” sapa Aerline.

          “Karena anda sudah sampai, simpan saja dulu tas anda di atas meja ini. Lalu ikut saya ke ruang HRD untuk mengambil ID Card,” ucap Maya.

          “Baiklah.” Aerline mengikuti Maya menuju ruang HRD untuk mengambil ID Cardnya.

          Setelah mengambil ID Card, mereka kembali ke ruangan dan Aerline dapat melihat dari balik jendela ruangan kalau Joel sudah datang. Dan secara bersamaan, Joel pun melihat ke arahnya. Aerline segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Saat itu, Maya menunjukkan meja Aerline, dan entah kebetulan atau tidak. Meja itu berhadapan langsung dengan ruangan Joel, dan mereka bisa saling menatap dari balik jendela.

          “Tunggu sebentar, saya dipanggil oleh Pak Nathaniel,” ucap Maya beranjak pergi menuju ruangan Joel.

          Selang beberapa menit, Maya kembali mendekati meja Aerline.

          “Aerline, anda dipanggil pak Nathaniel untuk datang ke ruangannya,” ucap Maya.

          “Oh, iya.” Aerline beranjak bangun dari duduknya dan pergi ke ruangan Joel.

          “Anda memanggil saya, Pak?” tanya Aerline dan Joel tersenyum kecil.

          “Tidak perlu berbicara formal denganku. Bicara saja seperti biasa,” ucap Joel.

          “Tapi, Pak?”

          “Ini perintah. Aku lebih nyaman saat kamu berbicara seperti biasa,” kata Joel tidak mau dibantah.

          “Baiklah.” Sekali lagi Aerline mengalah, dia tidak mau berdebat dengan Joel di pagi hari.

          “Kenapa kamu memanggilku? Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Aerline.

          “Buatkan aku kopi,” perintah Joel.

          “Eh?” Aerline terkejut mendengar perintah Joel.

          “Kenapa? kamu tidak mau?” tanya Joel.

          “Tidak, bukan seperti itu,” ucap Aerline tidak mau Joel salah paham kalau dia menolak keinginannya. “Baiklah, aku akan membuatkan kopi untukmu.”

          “Seperti biasa, Ar.” Aerline terdiam sesaat saat mendengar ucapan Joel.

          “Baiklah,” jawab Aerline yang mengetahui kopi kesukaan pria itu.

          Aerline pergi ke pantry dan membuatkan kopi di mesin kopi. Dia tertegun sesaat, ‘Aku sudah menguatkan tekad untuk tidak terpengaruh oleh Joel. Apa pun itu, aku harus bisa menahan diri dan lebih tegar. Demi masa depanku,’ batin Aerline penuh tekad.

***

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Dshaku
Joel ini rasa2nya aku mau geplak kepalanya wkwkwk. semoga kalian dipermudah yaaa. pengen deh aerline yg bikin Joel panas.
goodnovel comment avatar
fitri hd
sabar ya ar mungkin itu salah satu usaha Joel buat terus terusan dekat sama kamu
goodnovel comment avatar
Jeon Shanty
astaga seperti nya akan semakin sulit untuk bisa move on ya aerline, Joel sebenarnya perasaan km itu gimana sih untuk aerline.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 3 ~ Menjadikannya yang Pertama

    “Ar, malam nanti, kamu temani aku memenuhi undangan makan malam dengan klien,” ucap Joel dengan perhatian terus tertuju pada layar laptopnya. Di depannya Aerline berdiri dengan sabar. Sejak tadi, Joel memanggilnya dan baru kali ini dia membuka suara. “Kenapa harus aku?” tanya Aerline sedikit keberatan. Sudah dua minggu dia bekerja di sini, dan Joel seakan terus menguji dirinya. Sekuat tenaga Aerline menjauhi pria itu dan fokus pada pekerjaan yang diberikan Maya. Tetapi Joel terus meminta Aerline yang mengerjakan tugas yang diberikannya, lebih tepatnya bukan pekerjaan melainkan melayani Joel dengan pekerjaan sepele. Seperti membuat kopi, merapikan berkas di ruangan Joel, meminta Aerline merapikan berkas di ruangan Joel dan semua pekerjaan itu benar-benar menyiksa dirinya. “Kenapa? kamu menolak perintahku?” tanya Joel seperti biasa menggunakan kalimat itu untuk menekan Aerline. “Bukankah yang biasa menemani kamu meeting di luar dan undan

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 4 ~ Dugaan Aerline Keliru

    Aerline membuka matanya perlahan setelah pergelutan panas di atas ranjang semalam bersama Joel. Wanita itu berangsur bangun dari posisinya dan menoleh ke sampingnya, di mana Joel masih terlelap dengan nyenyaknya. Tubuh mereka berdua sama-sama polos dan hanya tertutupi selimut di sana. “Jadi, semalam itu nyata, bukan hanya khayalanku,” batin Aerline. "Harusnya aku senang, tapi kenapa hatiku malah terasa begitu sakit?” Aerline bangkit menuruni ranjang, dengan gerakan perlahan dan menahan rasa ngilu di bagian pangkal pahanya. Dia memunguti pakaian yang berserakan di lantai dan bergegas ke kamar mandi. Karena kemejanya dirobek oleh Joel, akhirnya Aerline memakai jubah handuk yang ada di sana, dan dia tutupi dengan celana panjang miliknya juga jas kerjanya. Dia memunguti pakaian yang sudah koyak dan memasukannya ke dalam tong sampah di kamar mandi. dia mengambil pakaian milik Joel dan meletakkannya di atas sofa. Sebelum keluar dari kamar itu, Aerline

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 5 ~ Hampir Ketahuan

    “A-apa maksud anda?” tanya Aerline memalingkan wajahnya. “Apa kamu pikir aku tidak akan mengingatnya karena aku sedang mabuk?” tanya Joel tepat sasaran. “Kalaupun kamu mengingatnya, lalu kenapa? Anggap saja tidak pernah terjadi apa pun pada kita,” jawab Aerline mendorong pelan dada bidang Joel untuk bisa melepaskan dirinya. Tetapi dugaan Aerline salah, Joel malah semakin merapatkan tubuh mereka berdua. “Pak-?” “Panggil namaku seperti semalam, panggil aku, Joel,” bisiknya tepat di daun telinga Aerline, membuat wanita itu merasa geli. “Tolong lepaskan aku, masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan,” ujar Aerline. “Tidak. Aku tidak akan melepaskanmu, kenapa kamu kabur dan meninggalkanku sendiri di sana?” tanya Joel. “Aku sangat khawatir saat tidak menemukanmu di manapun, aku khawatir kamu terluka.” Joel menatap Aerline dengan tatapan lebih lembut, dan tidak bisa dipungkiri kalau hal itu bisa men

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 6 ~ Weekend yang Manis

    “Tunggu, Joel!” Aerline mendorong dada bidang Joel yang sudah membuatnya hampir kehilangan napas. Bisa-bisanya pria itu mencium Aerline dengan brutal. “Apa yang kamu lakukan?!” tanya Aerline. Wanita itu memekik kaget saat Joel mengangkat tubuh wanita itu dan mendudukannya di kepala sofa, dengan Joel yang masih berdiri dihadapannya. “Aku bilang, aku merindukanmu, Arlyn. Apa kamu tidak mengerti?” tanya Joel tersenyum simpul. “Ah, masakanku!” Aerline melepaskan diri dari Joel dan berlari ke arah pantry. Wanita itu segera mengambil spatula dan mengaduk masakannya di dalam wajan. Syukurlah tidak sampai gosong, dan masakan itu masih bisa di selamatkan. Aerline mematikan kompor dan hendak mengambil piring, tetapi Joel sudah berdiri di sampingnya dengan sebuah piring di tangan. “Kamu butuh piring, kan?” tanya Joel menunjukkan piring pada Aerline. “Oh, ya. Terima kasih,” jawab Aerline menerimanya dan mulai memindahkan masakan ke dalam piring tersebut. “Aku tidak tau kalau kamu bisa mas

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 7 ~ Leon

    “Hai,” sapa seseorang mengetuk meja kerja Aerline membuat wanita menengadahkan kepalanya dan kedua matanya melebar di sana. “Leon?” Aerline terkejut saat melihat sosok pria yang dikenalnya berdiri di depannya. “Wah, Lin. Aku pikir tadi bukan kamu, loh. Kamu kerja di sini sekarang?” tanya Leon. “Ya, aku kerja di sini. Oh, ngomong-ngomong kenapa kamu ada di sini?" tanya Aerline. "Sebenarnya, aku juga kerja di sini," kekehnya. “Aku asisten BM Heiner. Kamu baru ya?” tanyanya. “Ya, aku belum ada sebulan sih bekerja di sini. Wah, gak nyangka kita bisa bekera di perusahaan yang sama,” kekehnya. Leon dan Aerline terlihat asyik berbincang, tawa mereka menggema di seluruh ruangan, dan rasanya seperti mereka berada di dunia sendiri. Joel yang memperhatikan dari dalam ruangannya melalui jendela, merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dia menyeringai sinis saat melihat Aerline begitu akrab dengan Leon, sementara dirinya

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 8 ~ Gelisah

    “Apa kamu pernah makan di sini sebelumnya?” tanya Leon. Saat ini, Leon dan Aerline berada di sebuah restoran untuk makan siang bersama. “Belum, sih. Karena aku belum sebulan bekerja di sini. Jadi belum mencoba kuliner di sekitaran sini. Aku hanya pernah mencoba makan di restoran yang ada di seberang kantor.”Seorang pelayan menghampiri meja mereka dan memberikan dua buku menu ke arah mereka berdua. “Menu makanan di sini semuanya enak. Kamu pasti akan suka,” ucap Leon. Aerline hanya tersenyum kecil. Sebenarnya dia sedang tidak bersemangat setelah melihat Joel bersama wanita lain tadi. Aerline mencoba untuk mengalihkan pikirannya dari kejadian tadi. Dia membuka buku menu sambil dalam hati berharap menemukan sesuatu yang bisa menghibur hatinya. “Hmm, ada banyak pilihan di sini ya,” ucapnya, berpura-pura memperhatikan menu dengan serius. Leon tersenyum dan melihat ke arah Aerline. “Kalau kamu suka makanan pedas, aku rekomendasikan spaghetti aglio e olio di sini. Rasanya benar-benar

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 9 ~ Kejujuran Aerline

    “Bahkan sampai jam segini pun, tidak ada pesan darinya,” gumam Aerline yang termenung di atas sofa yang ada di apartemennya. Wanita itu menatap ke luar jendela yang memperlihatkan suasana kota dengan gedung pencakar langit dan kerlap kerlip lampu di luar jendela apartemen yang indah. Tetapi, keindahan itu sama sekali tidak bisa menghibur hati Aerline yang terus overthinking. Aerline meneguk minuman soda kaleng yang mengandung kadar alkohol sedang. Pikirannya terus tertuju pada Joel, entah pergi ke mana pria itu Tanpa memberi kabar dan memberi pesan pada Aerline. Sebenarnya dia dan wanita itu pergi ke mana, sampai Joel tidak bisa memberikan kabar pada Aerline? Itulah yang terus pemikiran - pemikiran yang terus mengusik pikiran Aerline. Dia mencoba mengalihkan perhatian dari kekhawatiran yang terus menerus mengganggu pikirannya. Dia bangkit dari sofa, menyusuri apartemen yang di dekorasi minimalis, sebelum akhirnya menepuk-nepuk bukunya yang tergeletak di meja. Membaca adalah cara ter

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 10 ~ Alasan Joel

    “Uh, sial! Kenapa aku harus minum banyak sekali semalam. Pagi ini, kepalaku rasanya berputar tidak karuan,” keluh Aerline berjalan pelan memasuki lobi kantor.“Hei, Lin.” Sapaan itu membuat Aerline menoleh ke sumber suara. “Oh, Leon. Kamu baru datang?” tanya Aerline. “Ya. Kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali, apa kamu sakit?” tanya Leon hendak menyentuh kening Aerline, tetapi dengan cepat wanita itu menghindar. “Aku baik-baik saja,” jawab Aerline. “Sebenarnya karena semalam aku minum terlalu banyak.” Aerline hanya menunjukkan cengirannya. “Kenapa kamu mabuk saat hari kerja. Pasti akan terasa menyiksa, apalagi kamu harus bangun pagi dan pergi ke kantor,” ucap Leon. “Entahlah. Semalam aku hanya sedang ingin minum” jawabnya tersenyum kecil. Leon menggelengkan kepalanya, merasa prihatin sekaligus geli dengan sikap Aerline. “Kamu harus lebih bijak, Aerline. Mungkin sebaiknya kamu mencari cara lain untuk bersenang-senang yang tidak melibatkan alkohol,” sarannya.Aerline mengangkat bahu,

Bab terbaru

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 54 ~ Ketahuan?

    “Jadi, aku sebrengsek itu di matamu?” Aerline terkejut saat mendengar bisikan seseorang di belakangnya. Dia langsung membalikkan badannya dan melihat Joel berdiri di belakangnya. “Joel? Apa yang kamu lakukan di sini? Pergilah, nanti ada yang lihat. Kita lagi ada di kantor,” ujar Aerline melihat kanan dan kiri dengan khawatir. “Kenapa begitu gelisah? Memangnya kenapa kalau ketahuan?” goda Joel. “Apa kamu akan memakiku lagi?” Aerline merasa tubuhnya membeku, otaknya berputar cepat mencoba mencari alasan atau cara untuk keluar dari situasi ini. "Joel, aku nggak bermaksud... Maksudku, voice note itu... Aku... Aku mabuk waktu itu!" katanya terbata-bata, wajahnya memerah.Joel menyeringai kecil, tangannya dimasukkan ke saku celananya dengan santai. "Oh, jadi kalau mabuk, semua hal yang kamu sembunyikan keluar begitu saja, ya?" tanyanya dengan nada yang menggoda namun matanya tajam mengamati reaksi Aerline.Aerline menelan ludah, hatinya semakin kalut.

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   53 ~ Tamu Tidak Di undang

    “Apa yang kamu lakukan di rumahku?” tanya Joel merasa kesal karena kehadiran Bailee di sana. Ibu tiri Joel itu berjalan masuk dengan langkah angkuh memasuki rumah Joel. “Apa seperti itu, kamu menyapa ibumu?” tanya Bailee. Joel menatap Bailee dengan sinis. “Kalau tidak ada hal penting. Keluar!” usir Joel tanpa belas kasih. “Kamu selalu saja bersikap dingin padaku, Joel. Padahal dulu kita sangat dekat,” ujarnya dengan seringai. “Keluar!” usir Joel. “Ada jadwal untuk bertemu wedding organizer dan persiapan foto pra wedding dengan Gisella. Luangkanlah waktumu,” ujar Bailee. “Aku sibuk!”“Sibuk berkencan maksudmu?” ujar Bailee tersenyum meremehkan Joel. Bailee mengayunkan kakinya dengan santai, duduk di sofa ruang tamu Joel seolah rumah itu miliknya. Wajahnya tidak menunjukkan rasa terganggu oleh sikap dingin putra tirinya.“Kamu memang keras kepala seperti ayahmu,” kata Bailee dengan nada menyindir. “Tapi ingat, Joel, pernikahanmu dengan Gisella ini bukan hanya untukmu. Ini tenta

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 52 ~ Penghibur

    “Baru pulang?” tanya Freyya yang ternyata sedang sibuk di dapur saat Aerline sampai di apartemen. “Ya. Apa yang sedang kamu lakukan, Frey?” tanya Aerline berjalan perlahan mendekati dapur. “Aku sedang menghancurkan dapur. Apa kamu tidak lihat kalau aku sedang memasak!” ucap Freyya dengan mendengus. Aerline terkekeh di sana. “Sensi amat, Bu… ““Pergilah mandi, aku akan siapkan makan malam untuk kita berdua,” ujar Freyya. “Oke.”Aerline tersenyum kecil mendengar jawaban Freyya yang ketus tapi hangat. Freyya selalu seperti itu, penuh kehebohan tapi diam-diam peduli. Langkah Aerline melambat sejenak saat melihat kekacauan di dapur, tepung yang tumpah, beberapa alat masak berserakan, dan aroma masakan yang entah berhasil atau gagal tercium samar-samar.“Jangan terlalu lama mandinya, nanti makan malamnya dingin!” seru Freyya dari dapur sambil mengaduk sesuatu di wajan.Aerline hanya mengangguk sambil melangkah ke kamar mandi. Setelah hari yang panjang dan emosional, suara dan kehadiran

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 51 ~ Diantar Pulang

    “Saya, batalkan pembeliannya,” ujar Gisella yang bergegas pergi dari sana meninggalkan Kyle. Pelayan di sana dibuat terkejut dan hanya bisa melihat kepergian Gisella. “Nona Gisella, tunggu! Apa anda sangat handal menghindar? Bahkan tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di malam itu,” ujar Kyle masih mengejar Gisella. “Apa yang harus aku pertanggungjawabankan? Itu terjadi, karena kita sama-sama mabuk,” ujar Gisella masih terus berjalan cepat, berharap Kyle pergi. Kyle menghentikan langkahnya dan menatap punggung Gisella dengan tatapan tajam. “Kamu pikir itu alasan yang cukup? Mengabaikan semuanya hanya karena kita mabuk?”Gisella menghentikan langkahnya, menghela napas panjang sebelum berbalik menghadap Kyle. “Lalu apa yang kamu mau dariku, Tuan Kyle? Penyesalan? Permintaan maaf? Atau... tanggung jawab seperti yang kamu katakan?” tanya Gisella dengan kesal. Kyle mendekat, nadanya berubah lebih lembut. “Aku hanya ingin kita bicara, Nona. Bukan seperti ini, terus menghindar

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 50 ~ Bertemu Kembali

    “Hei, Lin. Ada apa denganmu? kedua matamu sembab, apa kamu habis menangis?” tanya Agnes. “Aku baik-baik saja,” jawab Aerline di sana. “Aku hanya merasa sedih saja.” “Apa kamu ada masalah? katakanlah, jangan memendamnya sendiri,” ucap Agnes. “Bukan hal besar. Hanya merasa kecewa karena orang yang sangat kupercaya membohongiku,” ucap Aerline.Agnes menatap Aerline dengan penuh perhatian. Ia bisa melihat dengan jelas bahwa ada sesuatu yang mengganggu temannya. Meski Aerline mencoba tersenyum, matanya yang sembab dan wajah yang tampak lelah mengkhianati perasaan yang sebenarnya."Lin, kamu tahu kan aku selalu ada buat kamu? Kalau kamu mau cerita, aku siap mendengarkan," ujar Agnes lembut, mencoba membuat Aerline merasa nyaman.Aerline menghela napas panjang, pandangannya menerawang ke arah jendela. "Bukan hal besar, Agnes. Aku hanya... kecewa," ucapnya dengan nada datar, meskipun rasa sakit di hatinya terdengar jelas dalam suaranya.Agnes mengerutkan alis. "K

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 49 ~ Permintaan Joel

    Aerline membuka laptopnya, jemarinya dengan cekatan mengetikkan beberapa dokumen yang perlu disiapkan untuk meeting Joel bersama Manager. Tatapannya fokus, sesekali dia memeriksa ulang setiap detail untuk memastikan semuanya sempurna. Setelah selesai, dia menekan tombol *print* dan mendengar suara lembut printer yang mulai bekerja.Tumpukan kertas hasil cetakan segera ia ambil, lalu ia beranjak dari kursinya. Langkah Aerline terarah menuju ruang fotokopi, sebuah ruangan kecil yang terletak di sisi kosong dekat gudang kantor. Suasana di sana terasa sepi, hanya terdengar bunyi halus pendingin ruangan dan deru mesin penghancur kertas yang baru saja digunakan oleh seseorang.Aerline menyalakan mesin fotokopi dan mulai menggandakan dokumen-dokumen yang tadi diprint. Sambil menunggu, pikirannya sedikit melayang ke kejadian saat Joel bersama Gisella yang tampak serasi. Hal itu, seakan membuat Aerline sadar, kalau Joel lebih cocok dengannya dibanding dengan Aerline. “Apa kamu akan terus men

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 48 ~ Rasa Cemburu dan Kesal Joel

    “Kamu yakin akan masuk kerja?” tanya Freyya saat Aerline sudah bersiap dengan setelan kerjanya. Dia memakai pakaian milik Freyya yang memang seukuran dengannya.“Ya, aku akan masuk kerja. Gimana pun, aku tidak bisa terus menerus menghindar. Aku harus menghadapinya,” ujar Aerline. “Baiklah, kalau memang sudah merasa lebih baik,” ujar Freyya. “Ya, seharian kemarin aku sudah menenangkan diri. Dan kurasa, aku akan bisa dan sanggup menghadapinya sekarang,” ujar Aerline. “Apa rencanamu selanjutnya? Apa kamu akan kembali tinggal bersamanya?” tanya Freyya. “Tidak. Aku sudah pernah memutuskan kalau aku hanya tinggal di sana selama tiga hari. Lalu pindah ke sini,” ucap Aerline. “Ya, lebih baik begitu. Setidaknya, menjaga jaraklah, supaya Joel bisa lebih melihatmu,” ujar Freyya membuat Aerline terdiam. “Sarapan dulu sebelum berangkat. Aku sudah membuatkan roti panggang isi,” ujar Freyya. Mereka pun berjalan menuju mini bar dan duduk berhadapan. Aerline melihat piring berisi roti panggang

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 47 ~ Sahabat Sejati

    Tok! tok! tok!“Ya, sebentar,” jawab Freyya berjalan membuka pintu apartemennya. Dia cukup terkejut melihat siapa yang berdiri di depan pintu.“Lin?” panggil Freyya.Aerline berjalan mendekati Freyya dan memeluk sahabatnya dengan perasaan sakit bukan main. Walau dia sadar, hal ini pasti terjadi, tetapi entah kenapa rasanya jauh lebih sakit dari yang dibayangkan.Freyya yang mengetahui apa yang terjadi, hanya diam dan mengelus punggung Aerline dengan lembut di sana.“Kita masuk, ya,” ucap Fretta membuat Aerline menganggukkan kepalanya.Freyya menutup pintu perlahan setelah Aerline masuk ke apartemennya. Ruangan itu hangat, namun suasana yang dibawa Aerline terasa berat, seolah setiap langkahnya meninggalkan jejak kesedihan. Freyya memandu Aerline menuju sofa di ruang tengah. “Duduklah dulu,” ujar Freyya lembut, sambil menuangkan segelas air untuk Aerline. Dia meletakkannya di meja dan duduk di sebelah sahabatnya.Aerline menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, tetapi matanya

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 46 ~ Rasa Kecewa

    “Mereka benar-benar pasangan yang serasi, ya,” ucap Agnes menatap ke arah Joel dan Gisella yang sedang menyapa tuan rumah di sana. Aeline beggerak menjauh dari kerumunan sambil mengambil satu gelas sampanye. Dia memilih di sudut ruangan yang cukup sepi. “Dia datang ke sini dengan tunangannya. Bahkan memakai dasi senada, padahal tadi Aerline menyarankan warna dasi lain pada Joel. Kalau dia memang akan datang bersama tunangannya, lalu kenapa harus berbohong padaku?” batin Aerline. Ini adalah balasan yang harus diterima Aerline. Cepat atau lambat, dia akan mengalami hal ini dan menyadari posisinya. Bagaimana pun, Aerline hanya wanita simpanan Joel yang tidak akan pernah terlihat sampai kapanpun juga. Aerline meneguk sampanye dalam diam, merasakan cairan itu mengalir melewati tenggorokannya seperti pengingat pahit akan kenyataan. Pandangannya tak bisa lepas dari Joel dan Gisella, yang tampak sempurna dalam balutan pakaian senada. Joel sedang berbincang dengan para tamu, sementara Gisel

DMCA.com Protection Status