"Iya ... nanti akan kucari dan kunikahi duda kaya raya!" Anna ingat doanya kala sedang berulang tahun beberapa bulan lalu. Tapi, siapa sangka doanya yang hanya main-main ternyata mustajab juga? Mendadak ia dijodohkan dengan Jeremy dan ini adalah hari ketiga Anna menjabat sebagai istri pria itu! Dan seperti hari-hari sebelumnya, tidak ada percakapan layaknya pasutri baru di antara keduanya. Setelah menyelesaikan sarapan, Jeremy bahkan pergi begitu saja tanpa sepatah kata. "Jadi kau menikahiku untuk apa?" monolog Anna. "Dasar duda!" Kekesalan membuat Anna tidak peduli akan ke mana perginya Jeremy! Ia melanjutkan sarapannya kemudian Anna akan tidur seharian. Ya, sejak menikah dengan Jeremy, Anna dipaksa untuk berhenti dari pekerjaannya. Sebenarnya sangat berat bagi Anna berhenti dari pekerjaan yang begitu ia cintai, namun Jeremy memaksanya dan berkata bahwa ia tak butuh penolakan. Semua titah pria itu harus dilakukan tanpa pengecualian. Jeremy yang dingin dan yang tentunya kera
"Tenanglah Sayang, jangan takut. Aku adalah mommymu sekarang," ucap Anna memeluk Gerald yang masih diam berada pelukannya. Sepertinya anak kecil kaget dengan kehadiran orang asing tiba-tiba. Emosi Anna tak terbendung. Kenapa ada manusia yang diam saja melihat hal seperti ini? "Tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu. Kau aman bersamaku." Anna tidak peduli jika sebentar lagi Jeremy datang dan melihatnya lancang menemui Gerald. Yang akan dia lakukan adalah melindungi putra sambungnya dari manusia biadab seperti Jeremy. Diliriknya Rose, yang masih berdiri di depan pintu, "Apa begini cara kerja kalian? Membiarkan anak kecil hidup di tempat seperti ini! Apa menurutmu ini layak untuk anak sekecil Gerald, Rose!" "Maaf nyonya. Tapi kami tidak berani, sebelum Tuan yang memerintahkan kami untuk membersihkannya," Seketika Anna terdiam. Ya, dia tau ini bukan salah pelayan yang ada di mansion Jeremy. Tapi kenapa mereka bungkam melihat keadaan Gerald yang terbilang cukup mengenaskan? Dan pal
"Mom apa daddy marah karenaku?" tanya Gerald polos. Anna menggeleng, "Tidak. Mungkin daddy sedang lelah setelah seharian bekerja." "Tapi daddy memang sangat marah jika melihatku Mom," adunya. Rasanya Anna ingin menangis detik ini juga, melihat wajah polos penuh luka tak kasat mata milik Gerald. Anna menangkup wajah tampan tersebut, "Ingat, sekarang ada mommy yang akan melindungi kamu. Mau daddy marah atau enggak, mommy tetap ada untuk kamu Sayang." Bagaimana ada manusia yang tidak memilki hati malah Tuhan utus untuk menjadi seorang ayah? "Mommy janji tidak akan meninggalkanku?" Anna mengangguk, "Mommy berjanji." Kemudian ia mencium pipi tirus Gerald lalu memeluknya, Anna berjanji akan membuat Gerald bahagia. Beruntungnya Anna dan Jeremy berbeda kamar, sejak hari pertama menikah Jeremy mengatakan bahwa mereka pisah kamar. Jelas Anna menyetujuinya. Dan sekarang ia bisa membawa Gerald untuk tidur bersamanya. "Apa Gerald mau tidur bersama Mommy?" "Gerald mau Mommy!" peki
Anna mendelik, dua menit dari banyaknya waktu yang pria itu berikan. Anna mengenggam erat garpu dan pisau makannya, ingin sekali Anna lempar ke wajah Jeremy. Laki-laki itu benar-benar angkuh, semakin benci saja Anna kepadanya. "Bagaimana kalau lima menit?" tawar Anna. Ia mencoba mengalah meski hatinya sudah tumbuh rasa ingin mencakar Jeremy. "Dua menit atau tidak sama sekali." Jeremy mempertahankan jawabannya. Benar-benar pria egois yang menjengkelkan. Anna menghembuskan nafasnya pelan, masalahnya apa yang bisa ia bicarakan dalam waktu singkat itu? Apa perlu Anna membayar permenitnya bila ingin mengobrol dengan Jeremy? Namun tidak ada yang bisa Anna perbuat selain menuruti laki-laki brengsek itu, daripada Jeremy tidak memberinya kesempatan berbicara. Anna lakukan ini demi Gerald, "Baiklah." Jadi setelah makan, Jeremy terlebih dahulu pergi ke ruang tengah kemudian Anna menyusulnya. Karena Jeremy hanya memberikan waktu dua menit, Anna langsung mengutarakan hal apa yang akan ia bicar
Menyadari Jeremy yang tak jauh dari mereka, Anna lantas berjalan menghampiri suaminya itu. "Ada apa?"Jeremy melirik Gerald yang ada di samping Anna. Anna mengikuti arah pandang Jeremy dan ia mengerti apa yang ada di pikiran pria tersebut."Sayang, Gerald main dulu sama Bibi Rose ya? Ada yang mau dad bicarakan ke mommy. Nanti kalau sudah selesai berbicara dengan daddy, mommy bakal susul Gerald," ujar Anna lembut.Gerald mengangguk, pasalnya ia juga takut dengan Jeremy. Bocah laki-laki itu berjalan mendekati Rose, kemudian Rose mengajak Gerald bermain ke taman belakang.Setelah kepergian Gerald, Anna melirik Jeremy sinis, "Apa yang akan kau bicarakan? Cepatlah aku tidak punya banyak waktu."Jeremy tersenyum meremehkan, "Memang kau sibuk apa?" ujar Jeremy menyunggingkan sebelah bibirnya."Bermain bersama anakku!" sahut Anna menekankan kata "anakku" di hadapan Jeremy.Jeremy hanya memasang wajah menyebalkan, "Gerald?" tanyanya enteng tanpa dosa.Anna mendengus, "Ya siapa lagi menurutmu h
"Anak Sambung? Oh astaga, aku lupa kalau sahabatku ini sekarang seorang ibu. Pasti kau sangat sibuk ya?" Mendengar itu, Anna terkekeh. "Ya begitulah, aku ingin sekali bertemu denganmu setelah acara pernikahanku kita belum sempat bertemu lagi," "Ah benar, padahal waktu itu aku dulu yang dilamar, ternyata kau dulu malah yang nikah. Dengan duda kaya raya lagi, seperti doamu," "Sialan! Bagaimana kau bisa kapan?" "Sore nanti aku bisa." "Oke baiklah sore nanti kita bertemu, di cafe biasa saja kali ini aku yang traktir," ujar Anna. "Wah benarkah?" "Ya!" "Tumben kau baik An?" goda Gisella. "Sejak dulu aku selalu baik ya!" cerocos Anna. Terdengar gelak tawa dari Gisela, "Benar memang kau selalu baik An!" Pasalnya memang Anna senang menraktir Gisela mulai dari jaman mereka sekolah, sesekali Gisela juga sering mentraktir Anna."Ngomong-ngomong kau nanti datang bersama anak sambungmu itu?" tanya Gisela. "Sepertinya iya, kasian dia sendiri di rumah. Aku sudah tidak sabar untuk bercerit
Anna mengedikkan bahu lalu melanjutkan makannya, sedangkan Gerald kaget melihat Jeremy yang tiba-tiba ada di sana.Gisela mengedipkan sebelah matanya, memberi kode kalau Jeremy memang suami Anna. Pasalnya Rafael saat itu tidak pergi ke pernikahan Anna karena ia sedang bertandang ke Paris jadi Rafael tidak tau siapa suami dari Anna."Dunia memang sempit, dan ternyata kau adalah istri Mr Jeremy,"Jeremy tersenyum tipis, ia juga tidak tau bila Anna kenal dengan Rafael."Silahkan duduk Tuan," ujar Gisela memperkenankan Jeremy bergabung di mejanya.Anna hanya menunjukkan wajah datarnya. Ia masih kesal dengan Jeremy.Suasana mendadak menjadi hening, Gisela yang awalnya banyak bicara sekarang langsung diam, pun dengan Anna.Jeremy dan Rafael tampak menikmati makanannya, tak tau jika Gisela dan Anna sedang beradu tatap merasa canggung untuk membuka suara."Ekhem!" Gisela berdeham. "An bagaimana mengenai sekolah Gerald?""Oh iya aku hampir lupa ingin membahas itu," sahut Anna. "Jer kau ingat ka
"Diamlah bajingan! Lebih baik kau tutup mulut baumu itu!" ketus Jeremy."Sialan!" gerutu Frans.Namun, Jeremy tak membalasnya.Kepalanya kini semakin pusing.Apa yang dikatakan Frans itu benar. Sebentar lagi Robert pulang dan pasti menanyakan soal anak. "Argh! Brengsek!" teriaknya. Anna yang keras kepala ditambah Jeremy yang seenaknya, tidak ada yang saling mengalah. Membuat darah Jeremy selalu mendidih bila berinteraksi dengan Anna. Jeremy menarik nafas panjang kemudian menghembuskan pelan, mencoba fokus untuk kembali bekerja. "Katakan apa jadwalku sampai minggu depan!" "Nanti dan besok kau ada jadwal meeting siang. Lusa kau harus terbang ke Singapore selama 3 hari. Dan di hari Sabtu kau ada undangan dari Mr Rafael untuk menghadiri perayaan lamarannya." Frans menerangkan semua kegiatan Jeremy. Setidaknya Jeremy merasa puas untuk tidak bertemu Anna selama 3 hari, ia bisa merefreshingkan kepalanya meskipun tidak akan bisa. Baru kali ini ada sosok asing yang membuat Jeremy