Share

Jadi Budak Kakak Ipar
Jadi Budak Kakak Ipar
Author: Ummu Amay

KABUR

Author: Ummu Amay
last update Last Updated: 2023-07-27 14:37:14

"Perempuan jalang kurang ajar! Tak tahu diuntung dan terima kasih!"

Sebuah kalimat kasar terdengar dari arah kamar Alan. Seorang pengusaha yang sudah menikah dan memiliki anak itu, seperti tengah mengamuk sebab alasan tertentu.

Beberapa orang pembantu rumah tersebut bisa mendengar dengan jelas karena pintu kamar yang tidak ditutup. Mereka tampak ketakutan dan saling memandang satu sama lain.

Alan baru pulang dari kantor beberapa menit yang lalu. Tak lama kemudian, suara membahana itu langsung menghiasi seluruh sudut ruangan di lantai tiga tersebut.

Di tengah Alan yang masih marah, juga para pembantu yang masih bersiaga di depan pintu kamar, tiba-tiba sosok perempuan muda muncul di anak tangga terakhir. Ia yang muncul dari bawah, tampak heran dan bingung ketika melihat empat orang pembantu berdiri di depan kamar kakaknya dengan kepala menunduk.

"Ada apa?" tanya perempuan muda itu setelah mendekat dan menghampiri salah satu pembantu.

Namun, belum sempat pembantu di depannya membuka mulut untuk menjawab, sosok Alan muncul dan sudah berdiri di ambang pintu dengan kedua matanya yang merah menatap ke arah perempuan muda tadi.

"Kamu? Masuk!" seru Alan tiba-tiba, meminta sosok perempuan muda itu masuk ke kamarnya.

"A-aku, Kak?" tanya perempuan itu sedikit terbata. Ia pasti kaget mendengar permintaan -lebih tepatnya perintah, yang Alan katakan.

"Apakah kamu melihatku memandang orang lain?"

Perempuan itu menggeleng. Tapi, masuk ke kamar pribadi milik kakak dan iparnya, itu bukan sesuatu yang baik menurutnya. Terlebih ia belum melihat keberadaan kakak perempuannya sekarang.

Felisha Putri, nama perempuan muda itu. Sudah setahun yang lalu tinggal di rumah besar tersebut. Kuliah dengan dibiayai Alan, yang tiga tahun lalu menikahi Dina -kakak semata wayangnya, sembari ikut menjaga Rafael, bocah dua tahun yang adalah buah hati pasangan suami istri tersebut.

Ya, Alan adalah kakak iparnya. Pengusaha kaya, tampan, dan baik hati. Lelaki yang menikahi kakaknya sebab hutang yang dimiliki oleh kedua orang tuanya kepada banyak orang, termasuk keluarga Tanujaya.

Entah apa yang tengah terjadi sekarang. Felisha yang baru pulang kuliah, dikejutkan dengan penampakan para asisten rumah yang berdiri ketakutan di depan kamar kakaknya. Yang anehnya tidak ia lihat sejak dirinya masuk ke rumah. Padahal biasanya, ia akan melihat wanita itu di ruang makan, mengawasi para pelayan menyiapkan makan malam.

"Apakah kamu tuli?"

Kembali pada kondisi yang terlihat sedikit mencekam saat ini, Felisha akhirnya bergerak maju, perlahan masuk ke kamar kakaknya setelah mendengar bentakan Alan.

Sebelum pintu ditutup, Felisha bisa mendengar lelaki itu berkata sesuatu pada para asisten di depan.

"Kembali ke tempat kalian masing-masing!"

Setelah itu, pintu berdebam kencang. Felisha sampai berjengit kaget sebab suara yang begitu kencang menyapa gendang telinganya.

Posisinya masih menatap ke arah Alan yang kini berbalik menatapnya. Tampak bingung sebab tatapan lelaki itu yang menurutnya terlihat lain dari biasanya, membuat Felisha kini merasa ketakutan.

Lelaki itu berjalan, mendekat ke arah Felisha sembari menanggalkan jas serta menggulung lengan kemejanya hingga ke siku. Lalu,

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Felisha. Sontak perempuan itu meringis kesakitan sebab Alan melakukannya dengan kekuatan yang begitu nyata. Bahkan, Felisha hampir terjungkal kalau saja tidak ada meja di belakangnya berdiri.

"A-ada apa ini, Kak? Kenapa Kak Alan nampar aku?" Masih meringis, perempuan itu berusaha bertanya. Ekspresinya kaget sebab tiba-tiba kakak iparnya berlaku kasar.

Tapi, bukannya menjawab Alan malah mendorong tubuh Felisha sampai tersudut ke dinding kamar, lalu mendekatkan kepalanya dan mencium gadis itu dengan beringas.

Felisha tampak tak siap. Ia kaget bukan main ketika Alan menciumnya penuh nafsu. Bahkan, ia tak bisa berdiri dengan tegak ketika Alan juga membawa tubuhnya dalam pelukan.

'Apa ini? Apa yang terjadi sebenarnya?' batin Felisha menjerit. Ia jelas tak terima dengan aksi Alan padanya.

Mencium adik ipar di saat tak ada istrinya, itu adalah sebuah pelanggaran dan sangat salah. Bahkan Felisha merasa telah menjadi seorang pengkhianat bagi kakaknya, Dina.

Alhasil, Felisha pun mencoba mendorong tubuh Alan, juga berusaha menarik diri dari pelukan lelaki itu pada tubuhnya. Ingin sekali ciuman itu terlepas, tetapi anehnya begitu sulit dilakukan di tengah emosi yang sepertinya tengah menyelimuti jiwa dan raga Alan.

"Kak ... lepaskan ...!"

Perkataan Felisha bahkan tak ubahnya sebuah gumaman yang meluncur dari mulut yang bibirnya Alan kunci.

"Kak!" Usaha terakhir kali, Felisha berhasil melepaskan pagutan di bibirnya.

'Ciuman pertamaku,' batin Felisha menangis, tapi lega.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Tiga detik kemudian, Alan kembali melakukan aksi yang sama seperti tadi, bahkan lebih.

Lelaki itu menarik adik iparnya, sambil menempelkan bibirnya ia lalu mendorong tubuh tinggi semampai Felisha ke atas ranjang berukuran besar miliknya.

"Arh!" pekik Felisha kaget bercampur khawatir. Ekspresinya jelas takut saat melihat kedua mata Alan yang masih merah dan tajam menatapnya.

"K-Kak Alan. Ada apa ini?" Gemetar suara Felisha. Ia takut bukan main dengan aksi yang kakak iparnya lakukan.

"Ada apa? Seharusnya kamu tanyakan pada kakakmu itu!" seru Alan dengan kedua tangan yang mengungkung tubuh Felisha.

"Kak Dina? Ada apa dengan Kak Dina?" Sembari menangkup dadanya dengan tangan, gadis itu menatap iparnya tak mengerti.

"Kamu tak tahu atau pura-pura tak tahu? Bukankah kalian sangat dekat. Apakah kakakmu tidak pernah bercerita sebelumnya mengenai rencana perginya ia dari rumah ini?"

"Ap-apa? Kak Dina pergi?" ucap Felisha kaget.

"Cih! Entah siapa yang sedang memainkan drama di sini. Apakah aku yang bodoh dengan mempercayai kakak beradik seperti kalian tinggal di sini? Atau kamu yang memang sengaja tinggal untuk menutupi kebusukan perempuan jalang itu!"

Ada gemetar kemarahan yang Felisha rasakan ketika sang kakak mendapat julukan baru dari iparnya itu.

"Jangan mengatakan hal buruk tentang Kak Dina!"

Di mata Felisha, Dina adalah seorang kakak yang sangat baik. Sebagai seorang wanita, Dina juga berhasil menjadi seorang istri yang baik, taat, dan berbakti kepada Alan, suaminya

Tampak Alan tertawa mencemooh. Mendengar pembelaan dari seorang adik terhadap kakaknya. Sungguh membuat Alan seperti tergelitik, merasa lucu.

"Lalu, menurutmu panggilan apa yang cocok aku berikan pada kakakmu itu setelah ia memberiku berita bahwa saat ini ia pergi dari rumah sebab ingin tinggal bersama dengan kekasih yang selama ini disembunyikan dariku? Apa?"

Bak disambar petir di siang bolong meski senja perlahan mulai gelap, Felisha terkejut mendengarnya.

"Tak mungkin," ucap Felisha lirih. "Tidak mungkin Kak Dina seperti itu."

Felisha tampak tidak terima dengan kabar yang baru saja Alan sampaikan. Tidak mungkin kakaknya berbuat hal jahat seperti itu.

Alan tertawa. Lelaki itu, meski berusaha tampak ceria, tetapi bisa Felisha lihat ada kesedihan yang tengah ia coba sembunyikan.

Tak menunggu sampai gadis muda di bawah kungkungannya percaya akan berita yang ia sampaikan, Alan segera bergerak dan beraksi. Ia seolah ingin melampiaskan kemarahan yang saat ini menggerogoti jiwanya sebab ulah sang istri yang tak tahu diuntung.

"Sekarang tak ada lagi sosok penghangat ranjang ini setelah perempuan jalang itu pergi. Mau tak mau, aku yang sudah mengeluarkan banyak uang untuk kuliah, tempat tinggal dan semua hal yang aku keluarkan untuk kamu dan kakakmu itu selama tinggal di sini, harus kamu bayarkan lunas."

"Ap-apa maksud, Kak Alan?" Felisha mulai panik. Ia takut dengan kalimat terakhir yang lelaki di atasnya itu katakan.

"Layani aku. Layani aku seperti sebelumnya Dina melayaniku selama tiga tahun masa pernikahan kami."

"Ap-apa! Tidak!" pekik Felisha takut.

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Teras Corps
lanjutkan..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jadi Budak Kakak Ipar   KABAR PENYELAMAT

    Air mata sudah mulai menggenang di pelupuk mata Felisha. Ia sudah bisa membayangkan maksud dari pelayanan yang Alan katakan. Bagaimana mungkin gadis itu melakukan hal tersebut. Ia adalah adik ipar Alan. Sosok kakaknya masih ada meski entah di mana keberadaannya sekarang. Bagaimana mungkin ia mengkhianati Dina dengan melayani kakak iparnya sendiri. Selain ia tidak memiliki perasaan cinta kepada Alan, perasaan enggan di hatinya membuatnya tak mau menyetujui permintaan Alan barusan. "Kalau kamu tidak mau, biar aku yang melakukannya!" seru Alan seraya menarik paksa pakaian Felisha keluar dari tubuhnya. "Tidak, Kak. Jangan seperti ini. Ki-kita bisa bicarakan baik-baik. Pasti terjadi kesalahpahaman di sini." Felisha mencoba menghentikan aksi Alan di tengah kondisi tubuhnya yang kini menyisakan dua pakaian dalam yang masih melekat. Namun, Alan tetap bergeming. Ia seperti enggan mendengar perkataan Felisha. Kedua tangannya sudah akan melepas kain terakhir pada tubuh adik iparnya ketika ia

    Last Updated : 2023-08-06
  • Jadi Budak Kakak Ipar   KETAKUTAN FELISHA

    "Kau akan jadi budakku selamanya!""Selamanya!""Selamanya!""Selamanya!"Suara itu terus berdengung di kepala Felisha. "Tidak!"Gadis itu menjerit ketakutan. Terbangun dari pingsan yang terjadi hampir dua jam lamanya. Dilihatnya ruangan kamar yang sudah satu tahun ia tinggali. Kamar ber-design lembut, dengan cat cream yang mendominasi, adalah tempat ternyaman gadis itu selama tinggal di kediaman Alan Tanujaya, kakak iparnya. Suami Dina, kakak perempuan satu-satunya. Yang menurut kabar yang didapat, kabur meninggalkan suami dan anaknya dengan seorang lelaki yang ternyata adalah mantan kekasihnya dulu. Yang ternyata tak pernah putus meski Dina menikah dengan Alan, tiga tahun lalu. Ya, Felisha baru tahu setelah mendengar info dari salah seorang asisten rumah yang sudah lama bekerja di kediaman keluarga kaya raya tersebut. Felisha yang akhirnya bisa keluar dari kamar Alan, setelah lelaki itu berbuat tak senonoh padanya, mendapat kabar tersebut saat akan kabur dari rumah. Rupanya Alan

    Last Updated : 2023-08-06
  • Jadi Budak Kakak Ipar   MEMULAI PEMBALASAN

    Tak ada sahutan dari mulut Bu Rumi. Itu tandanya jika tebakan Felisha tidaklah keliru atau mungkin perempuan itu memang tidak tahu apapun. 'Kaak, aku mohon kembali. Aku tidak mau menjadi korban atas kepergian kamu.' Sembari menunduk, batin Felisha menangis. 'Tak rindukah kamu pada Rafael? Anak itu masih butuh dirimu sebagai ibunya. Setidaknya bawalah Rafael serta dan tidak membuat anak itu sendirian di sini yang pasti akan mencari dirimu nanti.'Di saat Felisha tengah berkecamuk dengan pikirannya sendiri, di tempat lain Alan terlihat gelisah di depan ruangan ICU rumah sakit di mana sang papa tengah ditangani di dalamnya. Lelaki itu duduk di sebuah bangku panjang. Bersama seorang lelaki paruh baya yang adalah asisten papanya, ia berdoa pada Tuhan supaya papanya bisa melewati masa kritis yang sudah lebih dari dua jam berjalan dan masih belum ada hasil. 'Tuhan! Andai bisa, tukarlah tubuhku ini dengan tubuh papa yang terbaring tak sadarkan diri di dalam sana,' batin Alan berdoa dalam

    Last Updated : 2024-01-07
  • Jadi Budak Kakak Ipar   KELUARGA SUMITRA

    Sofa tunggal berwarna abu-abu adalah tempat yang Alan duduki saat ini. Menghadap dua orang tua yang duduk di depannya dengan sikap yang terlihat cemas, panik, juga takut, begitu terlihat sebab bokong mereka yang hanya menempel di ujung sofa. Sedangkan Felisha, gadis itu hanya berdiri di belakang di mana kedua orang tuanya duduk. Kepalanya terus menunduk sebab perasaan takut yang menggelayuti jiwanya setelah beberapa waktu lalu lelaki di depannya itu hampir merenggut kesuciannya. Dua orang tua dengan pakaian tidur yang melekat di tubuh, tampak mengkerut atas kedatangan Alan di kediaman mereka, di jam dua malam. Meski sudah tahu ada peristiwa apa, tetap saja mereka kaget dengan kedatangan Alan yang mereka pikir terlalu cepat. Terlebih sosok Felisha juga dihadirkan di sana dengan ekspresi yang sama takutnya dengan mereka. Tak ada yang bersuara sejak sepuluh menit lalu Alan datang dan membangunkan semua penghuni rumah. Semua tampak diam membisu hingga lelaki itu sendiri yang memulai bic

    Last Updated : 2024-01-07
  • Jadi Budak Kakak Ipar   MEMBALAS BAKTI

    "Aku akan membawa anak itu kembali ke rumah jika benar-benar dia adalah darah daging ku. Sekarang, kembali ke topik semula. Kamu akan tinggal di kediaman ku sampai semua kemarahan hilang dan mereda. Selama aku masih teringat akan sosok perempuan itu, selama itu kamu masih harus tinggal dan melayaniku.""Aku katakan tidak!"Alan tampak menengok kedua mertuanya. Ia seperti meminta jawaban dari permintaannya barusan. "Beri kami waktu sepuluh menit untuk membicarakannya dengan Felisha," ucap Herman akhirnya. Alan menarik napas panjang, lalu melepasnya perlahan. "Baiklah, aku beri kalian waktu lima menit, tak lebih. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk mengurusi masalah ini. Iya atau tidak, katakan padaku di luar!" seru Alan yang kemudian beranjak berdiri, lalu meninggalkan tiga orang di depannya diikuti kedua anak buahnya. Ketika ia melewati Felisha yang duduk bersimpuh di depan ayah dan ibunya, Alan menyempatkan berbicara. "Kalau kamu menolak maka aku akan hancurkan keluargamu!" uca

    Last Updated : 2024-01-07
  • Jadi Budak Kakak Ipar   ALAN MENGGILA

    Air mata masih terus mengalir meski Felisha sudah terbaring di kamarnya kembali, di kediaman Alan. Waktu sudah semakin menjelang pagi ketika ia sampai di rumah mewah tersebut. Masih terbayang di pikirannya, hal yang Alan paksa lakukan kepadanya ketika berada di dalam mobil di sepanjang jalan pulang dari kediaman orang tuanya. Felisha menggeleng. Ngeri dan jijik bercampur jadi satu. Membayangkan ketika ia harus bermain di area paling sensitif tubuh Alan dengan mulutnya, menari-nari di pelupuk mata. Hal yang belum pernah ia lakukan di sepanjang hidupnya, bahkan untuk membayangkannya saja tidak kepikiran sama sekali, justru ia lakukan terhadap kakak iparnya. Gadis itu merasa kotor. Terlebih ketika ingatannya terekam dengan jelas suara desah dan lenguhan yang keluar dari mulut Alan saat kepalanya ditekan dan dipaksa bermain, sungguh pengalaman yang sangat sulit ia lupakan meski ia ingin. Bahkan, mulutnya seolah masih merasa penuh sebab anggota tubuh Alan yang tadi. Berlendir dan menjiji

    Last Updated : 2024-01-13
  • Jadi Budak Kakak Ipar   PEMAKSAAN

    "K-kak Alan, mau apa lagi?" Terbata Felisha bicara.Level takutnya kepada lelaki itu semakin bertambah saja dari waktu ke waktu. Ia yang tak lagi melihat kebaikan sosok Alan Tanujaya, berusaha selalu menghindar dan menjauh. Pun seperti yang saat ini ia lakukan. Melihat kakak iparnya yang tiba-tiba sudah ada di dalam kamarnya -meski sebelumnya sudah ia kunci, Felisha bergerak mundur dan mencoba menjauh dari jangkauan Alan. Lelaki itu tampak berdiri. Usahanya yang tidak mau membangunkan gadis itu gagal. Seraya mengangkat dan mencium telapak tangannya yang beberapa detik lalu menyentuh sesuatu yang lembut, Alan perlahan mendekat. "Kamu sudah membuatku tak bisa tidur. Jadi, mau tak mau kamu harus membuatku lelah sehingga aku bisa istirahat walau sebentar sebelum pagi nanti aku harus kembali bekerja."Felisha menatap bingung. Apa salahnya sehingga Alan tidak bisa tidur? "Ap-apa yang harus aku lakukan? Bukankah tadi Kak Alan sudah memintaku melakukan hal yang ...." Felisha tidak mampu me

    Last Updated : 2024-01-14
  • Jadi Budak Kakak Ipar   AWAL TUGAS

    Meratap dalam tangis sebab pelepasan yang berhasil Alan dapatkan beberapa waktu lalu, membuat jiwa Felisha sedikit terguncang. Benda itu seolah masih bisa ia rasakan saat ini di dalam mulutnya meski sudah berulang kali menggosok gigi. Sungguh jorok dan menjijikan. Ia sama sekali tidak pernah membayangkan akan mengalami hal mengerikan seperti itu dalam hidupnya. Bahkan meskipun lelaki itu sudah tidak ada lagi di kamarnya, tetapi tetap bisa Felisha cium aroma tubuhnya yang membuat ia trauma.'Ya Tuhan, apa salahku sehingga Engkau memberiku hukuman seperti ini?' gumam Felisha yang masih menangis sesenggukan. Lenguhan panjang yang keluar dari mulut Alan masih terngiang di telinganya. Lebih kencang dari yang lelaki itu suarakan ketika di dalam mobil tadi malam. Bahkan, Felisha masih ingat ketika kakak iparnya itu memuji aksinya."Aku tidak menduga kau sepandai itu, Feli. Kau bahkan jauh lebih hebat dari yang Dina pernah lakukan."Gadis itu tidak bisa membayangkan bahwa pujian yang Alan ka

    Last Updated : 2024-01-15

Latest chapter

  • Jadi Budak Kakak Ipar   PENYESALAN ALAN

    "Katakan, apa ia sudah berhasil melakukannya?"Kata 'melakukan' yang Alan maksud sangat bisa Felisha pahami dengan jelas. Suaminya pasti berpikir bahwa Gani telah berhasil melecehkannya karena kondisi Felisha saat itu yang hampir tak berbusana. "Menurut Kak Alan?" sahut Felisha dingin. "Jangan menantangku, Felisha. Jawab saja pertanyaanku karena cuma kamu satu-satunya yang ada di sana.""Kenapa tidak Kaka tanyakan saja pada lelaki brengsek itu. Berharap saja ia berkata jujur.""Andai ia masih hidup pun aku tak sudi bertanya padanya."Sontak Felisha terkejut. Jadi, benar anggapannya jika suara tembakan itu tertuju pada Gani. "Kenapa? Kamu tidak rela lelaki itu mati?""Apa sebenarnya yang Kak Alan harapkan dari jawabanku?""Aku hanya ingin tahu sejauh apa dia melakukannya padamu.""Lalu, setelah tahu Kaka mau apa?" Felisha menatap Alan marah. Lelaki itu berjalan mendekat, lalu berdiri di sisi ranjang. Tampak tatapannya yang begitu dingin dan penuh amarah. "Kaka mau menceraikan aku,

  • Jadi Budak Kakak Ipar   PENYELAMATAN

    Gani tertawa mendengar pertanyaan yang Felisha ajukan. Menurutnya Felisha tak perlu tahu apa yang terjadi atas hubungannya dengan Dina, kakak sepupunya itu. "Dina bosan. Pengusaha itu terlalu monoton. Jadi, ia memutuskan untuk pergi sejenak untuk bersenang-senang.""Monoton? Apa maksudmu?" tanya Felisha tak mengerti. Tawa Gani semakin kencang seolah Felisha telah melakukan sesuatu yang lucu di depannya. "Apalagi, Feli? Menurutmu apa yang monoton kalau bukan urusan ranjang?" sahut Gani tertawa. "Seks," lanjutnya berkata pelan. Seketika Felisha paham. Sejenak ia membayangkan apa yang Gani katakan. 'Monoton? Apakah Kak Dina seseorang yang hyper? Bagaimana bisa ia menilai kalau Kak Alan seorang yang monoton?' benak Felisha bertanya. Sejauh yang Felisha rasakan selama melayani Alan, lelaki itu sama sekali tidak monoton. Alan sangat aktif dan penuh gaya. Namun, entahlah. Mungkin bagi seorang Felisha yang selama ini tak pernah melakukan hubungan intim dengan orang lain kecuali dengan

  • Jadi Budak Kakak Ipar   MENGULUR WAKTU

    Saat ini hanya tinggal Felisha dan Gani saja di dalam ruangan. Dina sudah pergi bersama orang-orang bayarannya sebab tak ingin melihat aksi yang Gani lakukan terhadap Felisha. "Tak ingin melihat wanita ini mati tersiksa?" tanya Gani sesaat sebelum Dina pergi meninggalkannya. "Kau gila kalau berpikir aku mau melihat kalian bersenang-senang," balas Dina waktu itu. Yang kemudian mendapat respon tawa mengerikan dari mulut Gani. Sekarang giliran Felisha yang ketakutan karena membayangkan hal apa yang hendak lelaki itu lakukan kepadanya. 'Sampai membuat calon bayi di dalam kandunganku mati, itu berarti ada dua kemungkinan. Tapi, apakah ia akan setega itu padaku?' batin Felisha demi membayangkan hal mengerikan tentang kemungkinan buruk yang akan terjadi. "Kamu tahu, aku serius ketika mengatakan bahwa wajahmu sangat mempesona. Jadi, aura wanita yang sedang hamil memang tak bisa dipungkiri begitu menggoda." Perkataan Gani tentang Felisha yang sempat membuat Dina cemburu, kembali lelaki it

  • Jadi Budak Kakak Ipar   SEBUAH PERINTAH

    Felisha merasakan suasana yang dingin dan lembab. Ia tak tahu ada di mana sekarang. Karena selain kedua matanya yang tertutup, suasana hening di tempat tersebut semakin membuat keberadaannya tak bisa dibayangkan. Wanita itu hanya ingat mobil yang Pak Zaky kendarai dihadang oleh rombongan mobil lain ketika ia sudah hampir sampai rumah. Beberapa orang berpakaian serba hitam, seperti pakaian para anak buah Alan, turun dari dalam mobil tersebut lalu menghampiri dan menarik paksa dirinya keluar. Felisha tak diam saja, termasuk Luna dan dua pengawal yang Alan tugaskan untuk menjaganya. Mereka melawan sampai akhirnya terjatuh dan tak berdaya sebab jumlah yang tidak sebanding. Bahkan, Felisha harus pingsan ketika salah seorang dari mereka memukul tengkuknya dengan kencang. Setelah itu ia tak lagi ingat apa yang terjadi. Berapa lama ia tak sadarkan diri hingga kemudian terbangun di sebuah tempat yang saat ini ia rasakan terasa mencekam. Bagian yang terlewati tak ada dalam memorinya. Lama Fe

  • Jadi Budak Kakak Ipar   PENCULIKAN

    Alan memutuskan untuk segera menyusul Felisha yang sudah pulang lebih dulu setelah tak ada hal apapun yang dilakukan oleh mereka berdua di kantor selain bertengkar. Alan yang baru saja mendapat pencerahan atas kelalaiannya terhadap sang istri, kini menyesali apa yang sudah terjadi. Alvaro, lelaki yang mendadak menjadi seorang penasihat perkawinan, rela menghabiskan waktunya di kantor setelah sebelumnya habis dimarahi oleh sang tuan. Dianggap tak becus memberi nasihat serta saran, yang nyatanya justru Alan sendiri yang salah menanggapi saran tersebut. "Aku akan pulang dengan pengawal. Kamu selesaikan saja laporan kegagalan proyek tahun lalu, lalu kirimkan hasilnya ke email-ku. Aku harus meminta maaf pada istriku karena kebodohan yang sudah aku buat."Alvaro senang mendengarnya. Itulah mengapa ia dengan penuh kerelaan lembur hari itu sebab tugas yang tak main-main Alan berikan. 'Semoga saja Nona Feli mau memaafkan Anda, Tuan. Sebab setahuku, wanita hamil akan sulit dibujuk apalagi un

  • Jadi Budak Kakak Ipar   TAK PEKA

    Sekian menit berjalan masih dengan diamnya Alan sebab aksi yang istrinya lakukan. Ciuman yang Felisha lakukan kali ini, entah mengapa membuatnya tidak terbuai. Ia hanya kaget karena istrinya bisa melakukan hal tersebut. Tak jua mendapatkan respon dari Alan, Felisha akhirnya melepaskan ciumannya. Ia menghentikan aksinya karena merasa jika lelaki itu tidak menyukainya. Alan melihat Felisha menunduk. Sedangkan Felisha melakukan hal itu karena tatapan mata Alan yang tajam seolah tengah menunjukkan suasana hatinya saat ini. "Maafkan aku." Felisha merendahkan dirinya dengan meminta maaf terlebih dahulu. Meski hatinya sendiri masih merasa tak rela karena keinginannya tidak dituruti. "Apakah kamu menyadari kesalahanmu?" tanya Alan dengan suara pelan dan berat. "Entah kesalahan mana yang Kaka maksud, tapi aku merasa jika aku harus meminta maaf.""Tidak tahu kesalahanmu, tapi kamu meminta maaf? Apakah itu bukan tindakan bodoh namanya?"Sejenak Felisha memberanikan diri untuk membalas tatap

  • Jadi Budak Kakak Ipar   TINDAKAN BERANI FELISHA

    Lima belas menit sudah Alan menunggu Felisha datang. Menurut kabar yang didapat, wanita itu hampir tak mau turun ketika mobil sudah berhenti di pelataran gedung kantor. "Anda tahu, Nona, saya dan semua pengawal akan mendapat hukuman jika Anda tak mau turun dan menemui tuan di atas." Untuk kali ini Luna terpaksa mengancam. Bukan omong kosong jika Felisha benar-benar tak mau keluar dan menemui sang tuan, maka ia dan semua pengawal yang mendapat penugasan hari itu, bisa dipastikan dipecat dari pekerjaan mereka. Felisha menatap Luna yang terlihat berusaha merayu. Namun, entah apa yang terjadi dengan dirinya, Felisha seperti kukuh dengan pendiriannya. "Aku cuma mau pulang, Luna. Aku lelah. Sejak pagi aku keluar rumah. Kalau aku turun dan menemui Kak Alan, entah sampai jam berapa aku baru bisa pulang dan istirahat." Felisha mencoba memberikan alasan atas keengganannya turun menemui sang suami. "Kalau Anda lelah, kenapa tadi Anda berpikir untuk pergi dengan kawan Anda? Tuan sudah tahu i

  • Jadi Budak Kakak Ipar   KISI-KISI RASA

    Felisha benar-benar merajuk. Setelah Gina mengajaknya pulang, ia justru mengiyakan ajakan Erik yang tiba-tiba datang menyusul. "Fel, serius?" tanya Gina yang sudah berdiri bersama Zaky, pacar barunya. "Iya. Udah lama juga aku enggak pergi ke pantai."Rupanya Erik mengajak Felisha untuk jalan-jalan ke pantai. "Ini masih panas loh!" seru Gina yang sedikit kurang setuju dengan tujuan Erik mengajak Felisha pergi."Sampe sana juga udah sore, pasti cuaca juga udah enggak panas kok, Gin!" Felisha mencoba menjelaskan supaya Gina tidak perlu mencemaskannya. "Rik, enggak bisa cari tujuan lain?" Kali ini Gina memilih berbicara dengan Erik. Lelaki itu hanya tersenyum seolah kekhawatiran Gina terlalu berlebihan. "Pantai pinggir kota, Gin. Enggak jauh. Lagian tempatnya juga adem. Enggak usah khawatir Felisha bakal kepanasan. Felisha-nya juga mau kok!" Erik tertawa menatap Gina. "Ya, ya, aku tahu. Aku cuma khawatir aja kalo Felisha sampai sakit lagi.""Loh! Memang kapan kamu sakit, Fel?" Erik

  • Jadi Budak Kakak Ipar   SEBUAH PERINGATAN

    "Anda main terlalu terburu-buru. Padahal saya belum selesai mengatakan tujuan saya datang kemari," ucap Gani dengan wajah yang sudah tak lagi seperti di awal. Beberapa luka memar berwarna keunguan muncul di sekitar wajah, seperti di area sudut bibir dan bawah mata. Alan yang sudah bisa dihentikan aksinya sebab emosi yang hadir karena ucapan lelaki di depannya itu, kini tampak terdiam di kursi kebesarannya bersama Alvaro. "Saya hanya ingin menawarkan sesuatu yang mungkin menguntungkan bagi perusahaan Anda.""Orang sepertimu mana pernah bisa dipercaya.""Tapi, orang seperti saya akan mencari apapun yang bisa menguntungkan. Termasuk bekerja sama dengan lawannya."Tawa mengejek masih bisa Gani lakukan meski tampangnya sudah 'hancur' sebab pukulan Alan. Sikap angkuh yang masih bisa ia tunjukkan demi membuat lawan bicaranya terpancing tak mampu membuat Alan kembali melancarkan aksinya. "Tak perlu kau katakan, aku tak akan mau bekerja sama.""Sungguh?""Aku tak perlu meyakinkan seseorang

DMCA.com Protection Status