"Permisi Pak Fahri, ada telepon dari Nyonya Heni," ucap seorang perempuan yang saat itu melongokkan tubuhnya sedikit dibalik pintu ruang kerja sang direktur.
"Baik, saya angkat dari sini," jawab Fahri datar. Lelaki itu meraih gagang telepon di atas meja kerja dan mengangkat telepon sang Ibunda.
"Halo? Fahri? Adel mau melahirkan, tadi sudah pecah ketuban di rumah. Mamih sudah di rumah sakit sekarang. Rumah sakit Bersalin," beritahu sang Mamih di seberang.
Degup jantung lelaki berumur 29 tahun itu kian berdebar lebih cepat mendengar kabar sepenting itu.
Sesuatu yang sejak lama dia nanti-nantikan akan tiba setelah 2 tahun usia pernikahannya dengan Adelia Kartika Wibowo, dimana dirinya akan menjadi seorang Ayah.
Sungguh menjadi berita yang begitu membahagiakan sekaligus mengkhawatirkan bagi seorang Fahri, sang CEO sukses yang kini mulai merintis bisnis ritelnya ke luar negeri.
Fahri dan Adelia adalah pasangan yang nyaris sempurna dalam setiap sisi kehidupan yang mereka miliki.
Dari segi fisik, Fahri dan Adelia jelas sangat-sangat serasi karena sama-sama tampan dan cantik.
Latar belakang keluarga mereka pun sama-sama berasal dari keluarga terpandang dan terhormat. Rumah tangga mereka harmonis dan sangat bahagia. Kehadiran buah hati jelas-jelas menjadi prioritas utama mereka saat ini, dan itulah impian terbesar seorang Fahri Hendrawan.
"Baik Mih, Fahri segera ke sana, tolong jaga Adel Mih," ucap Fahri sebelum akhirnya, lelaki itu beranjak dari kursi kebesarannya.
Sungguh, Fahri sangat tidak sabar untuk segera menemui sang istri tercinta di rumah sakit.
*****
"Al... Albani!" Teriak salah satu petugas minimarket yang tampak berlari ke gudang, di mana seorang lelaki bernama Albani si karyawan minimarket sedang membereskan tumpukan barang-barang yang baru saja dikirim dari kantor pusat.
"Ada apaan sih?" tanya Albani sambil menyeka keningnya yang berkeringat.
"Ini, HP lo bunyi terus dari tadi,"
Albani meraih ponsel di tangan rekan kerjanya tersebut dan langsung kaget begitu tahu bahwa nomor istrinya yang memanggil.
Lelaki bertubuh jangkung itu pun langsung menghubungi balik nomor istrinya. Raut wajahnya terlihat cemas.
Untungnya telepon itu lekas diangkat.
"Halo, Ndu? Ada apa?" tanya Albani cepat.
"Ha-halo Mas? Aku mau melahirkan Mas. Aku sudah di rumah sakit diantar Bu Risma. Ketubanku sudah pecah di kontrakan. Cepat ke sini Mas... Aku sendirian, aduh... Sakit Mas..." terdengar suara terengah-engah dari seorang wanita di seberang.
"Kamu tenang dulu ya sayang. Mas pasti segera datang. Di Rumah Sakit Bersalinkan, Ndu?"
"Iya Mas,"
Tanpa memutus sambungan teleponnya dengan sang istri, Albani langsung meminta izin pulang pada sang kepala toko di minimarket tempatnya bekerja.
Setelah mendapat izin, saking panik Albani memacu kendaraan roda duanya secara gila-gilaan.
Sampai di sebuah tikungan hendak masuk ke jalan besar dua arah, motor yang dikendarai Albani mengalami kecelakaan.
Sebuah mobil dari arah kanan melaju dengan kecepatan penuh menabrak motor matic yang dikendarai Albani hingga tubuh lelaki berumur 27 tahun itu terlempar ke udara dan mendarat keras di aspal jalanan yang penuh dengan lalu lalang kendaraan.
Tragisnya, kesialan Albani tak berhenti sampai di situ.
Tubuh Albani yang saat itu terkapar tak berdaya di tengah lalu lalang kendaraan tergilas lagi oleh sebuah mobil yang juga sedang melaju cepat setelah melewati lampu merah hingga tak sempat mengerem ketika tubuh Albani tiba-tiba mendarat di jalur yang hendak dilaluinya.
Kecelakaan itu terjadi begitu cepat dan tak terduga.
Setelah berhasil menepikan mobil, si penabrak itu keluar dan langsung menghampiri tubuh Albani yang terlihat mengenaskan.
Saat itu, dalam posisi sekarat Albani berkata pada lelaki yang telah menabraknya, "to-tolong Rindu, istri saya mau melahirkan... dia sendirian di rumah sakit BERSALIN..." itulah sepenggal kalimat yang diucapkan Albani sebelum lelaki itu meninggal.
"Baik, saya berjanji, saya pasti akan bertanggung jawab. Bertahanlah..." ucap lelaki si penabrak sambil menyangga kepala Albani dipangkuannya.
Sayangnya, takdir berkata lain.
Albani menghembuskan napas terakhirnya dipangkuan lelaki yang telah menabraknya itu tanpa bisa menepati janjinya pada sang istri tercinta untuk menemani Rindu melahirkan.
Sementara itu, selang beberapa menit setelah mayat Albani dibawa ambulance, ponsel lelaki si pemilik mobil mewah yang tadi menabrak Albani terdengar berdering.
Lelaki itu pun mengangkatnya.
"Halo, Mih? Ada apa? Maaf, Fahri terlambat datang. Ada trouble di jalan, gimana kondisi Adel, Mih?" tanya lelaki bernama Fahri itu masih dengan wajahnya yang panik dan tubuh gemetaran.
Awalnya hening...
"Halo Mih? Mih..."
Mulai terdengar isakan tangis di seberang.
"Mih? Mamih kenapa? Adel baik-baik ajakan?" cecar lelaki itu dengan wajah nelangsa.
"Fahri... Anakmu sudah lahir, perempuan..." beritahu sang Mamih dengan suara lirih.
"Alhamdulillah. Syukurlah kalau begitu," sambut Fahri dengan suka cita. Tersungging sepintas senyuman disudut bibirnya.
Hingga setelahnya, sang Mamih kembali berkata.
"Tapi... Istrimu, Adel..."
Kening Fahri berkerut samar.
"Ada apa sama Adel?" tanyanya cepat.
"Adel meninggal dunia beberapa detik setelah melahirkan anakmu, Fahri..."
Dan ponsel digenggaman lelaki bernama Fahri itu pun terjatuh.
"Innalillahi wainnailaihi rajiun," gumamnya disertai satu titik air matanya yang menetes.
Masa sebelum Prolog..."Halo, Mas? Aku sudah di terminal sekarang," beritahu seorang wanita dengan pakaiannya yang mengundang perhatian khalayak umum.Normalnya manusia, jika berada di terminal pasti memakai pakaian biasa, berbeda halnya dengan wanita bernama Rindu itu.Seorang wanita dengan parasnya yang manis dan rambut ikal panjangnya yang kini berkonde.Kebaya putih yang dia kenakan menjuntai panjang dan sudah setengah kotor karena terseret-seret bahkan ujung-ujungnya sudah hampir robek.Rindu sadar dirinya tengah menjadi pusat perhatian dengan penampilannya yang nyentrik di tengah-tengah kawasan terminal akibat pakaian yang dia kenakan saat ini adalah sebuah gaun pengantin design salah satu perancang busana kondang tanah air. Sebuah gaun pengantin yang harusnya Rindu kenakan di acara p
Setelah menjalani segala prosesi pernikahan yang rumit, malam hari tiba waktunya pasangan pengantin baru itu menikmati indahnya malam pertama.Waktu satu bulan termasuk waktu kilat untuk Fahri dan Adelia mempersiapkan pernikahan impian mereka.Pernikahan super megah dan mewah itu berlangsung di aula gedung salah satu hotel berbintang lima di kawasan pusat Kota Surabaya dan di hadiri oleh ratusan tamu undangan yang berasal dari kalangan atas.Seperti janjinya semula, setelah Fahri resmi memiliki seorang istri, Pak Hendrawan, selaku ayahanda Fahri akan memberikan seluruh kepemilikan atas perusahaan dan semua aset kekayaannya pada sang ahli waris satu-satunya itu.Akhir-akhir ini kondisi kesehatan Pak Hendrawan seringkali drop karena memang faktor usia. Itulah sebabnya, dia dan sang istri ingin lekas menimang cucu dari anak tunggal mereka.
Satu bulan berlalu.Kehidupan yang dijalani Rindu dan Albani di Jakarta kian sulit.Usaha Albani mencari pekerjaan tak juga membuahkan hasil padahal sisa uang simpanannya sudah pailit.Belum lagi ditambah biaya sewa kontrakan yang sudah mendekati tempo.Albani benar-benar kebingungan.Kesana kemari dia melamar pekerjaan, berbekal ijazah SMAnya tapi selalu saja ditolak.Nyatanya, benar apa yang dikatakan Syarif sahabatnya di kampung mengenai kejamnya kota metropolitan. Jika tidak kuat-kuat iman, banyak orang yang pada akhirnya menyerah pada keadaan dengan cara menghalalkan segala cara demi mempertahankan hidup.Seharian ini setelah lelah berjalan kaki mengunjungi kantor, pabrik, ruko dan mall-mall di selatan Jakarta, Albani memutuskan untuk beristirahat
Setelah melalui beberapa proses psikotest dan interview kerja, Rindu akhirnya diterima sebagai salah satu karyawati di Perusahaan Ritel terbesar di Indonesia itu.Sebagai seorang sarjana ekonomi, Rindu mendapat posisi bagus di kantor cabang baru itu menggantikan sementara posisi sekretaris CEO yang kebetulan sedang cuti melahirkan.PT. He-Market Trijaya Tbk bergerak dalam bidang distribusi eceran produk konsumen dengan mengoperasikan jaringan mini market, dengan nama "He-Mart". Jaringan mini market terdiri dari minimarket, dengan kepemilikan langsung dan berdasarkan perjanjian waralaba.Jaringan ini sangat luas dan sudah mencakup hampir di setiap pelosok daerah di Indonesia.Itulah sebabnya perusahaan ini berkembang pesat dan menjadi salah satu perusahaan besar yang menjanjikan.Ini hari pertama Rindu bekerja.
Kehadiran Rindu di kantor cabang baru itu mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak yang kebanyakan berasal dari kubu kaum adam.Kecantikan Rindu seolah mengguncang seluruh divisi bagian di dalam kantor untuk mencari tahu siapa karyawati baru yang beruntung karena bisa menempati posisi paling diminati berbagai pihak yakni sebagai sekretaris dari Direktur utama mereka, yang konon katanya kini beralih tangan kepada anak si pemilik perusahaan.Seorang lelaki tampan bergelar sarjana Master lulusan salah satu Universitas terkemuka di USA."Wah, kalau sekretarisnya model begitu sih, udah pasti jadi simpenannya Pak Hendrawan," celetuk salah satu karyawati di divisi perencanaan. Sesekali dia melirik Rindu yang sibuk di kubikel kerjanya."Sayangnya punya Pak Hendrawan udah meletoy kali nggak bisa lurus dan tegak lagi," sahut karyawati lain yang disambut dengan cekiki
Ini hari pertama pasangan Fahri dan Adelia menempati kediaman mereka di Jakarta sepulang mereka berbulan madu dari Swiss.Sebuah rumah mewah nan megah yang didominasi dinding kaca dengan halaman super luas dan kolam renang big size di taman belakang yang merupakan peninggalan ke dua orang tua Fahri sebelum Pak Hendrawan dan Nyonya Heni memutuskan untuk menghabiskan masa tua mereka di kampung halaman Pak Hendrawan di Surabaya.Hari ini Fahri sudah harus masuk kantor karena pagi ini akan ada rapat penting bersama dewan direksi dan beberapa Relasi Bisnis dari perusahaan asing untuk membahas kerjasama demi memperluas cakupan jaringan Bisnis perusahaannya yang hendak dia kembangkan di luar negeri.Waktu masih menunjukkan pukul setengah enam pagi tapi Fahri sudah terlihat rapi dengan setelan kantornya yang membuat dirinya terlihat semakin gagah dan tampan.Sejak keci
"Jadi kamu sekretaris baru disini?" tanya Fahri pada Rindu yang kini duduk dihadapannya."Iya, Pak," Rindu mengangguk tanpa berani menatap Fahri. Kepala perempuan itu terus saja menunduk bahkan sejak pertama kali dirinya memasuki ruangan sang direktur.Fahri masih menatap Rindu.Entah kenapa, sepertinya wajah Rindu tidak begitu asing meski dia sendiri pun tidak tahu sebenarnya apakah dia pernah bertemu dengan Rindu sebelum hari ini?"Sudah menikah?" tanya Fahri lagi."Sudah Pak," Rindu kembali mengangguk.Fahri ikutan mengangguk. Sekelebat ingatan tentang kejadian di lift tadi kembali berputar dikepalanya, membuat lelaki itu tersenyum.Fahri berpikir, pasti saat ini Rindu malu sekali karena telah salah mengira orang. Itulah sebabnya, sejak tadi dia terus saja menunduk t
Malam itu Rindu tidak bisa tidur. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam namun sang suami tak kunjung pulang. Bahkan setelah percakapan anehnya di telepon dengan seorang wanita yang memakai nomor ponsel suaminya, selepas maghrib tadi, membuat hati Rindu semakin dibuat gelisah. Bagaimana tidak, jika ponsel suami kita tiba-tiba saja dipegang oleh seorang wanita tak dikenal, istri manapun pasti langsung curiga, tak terkecuali Rindu. Setelah puas mundar-mandir seperti setrikaan di teras kontrakan menunggu kepulangan Albani, Rindu pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan membenamkan tubuhnya di balik selimut di ruang tamu. Padahal di luar tidak hujan, tapi entah kenapa Rindu merasa tubuhnya menggigil. Beberapa menit berlalu, kelopak mata Rindu sudah terpejam, namun suara deritan pintu yang terbuka membuat Rindu kembali terjaga. Saat Rindu membuka mata, didapatinya keadaan kontrakan begitu gelap. Apa iya mati lampu? Piki
"Bang, ada yang nyariin tuh di luar," ucap seorang lelaki berseragam pegawai minimarket pada rekan kerjanya yang bernama Albani."Siapa?" Tanya Albani yang saat itu sedang istirahat makan siang."Nggak tau, cewek, cantik pake hijab,"Kening Albani berkerut samar. Lelaki itu lekas menyudahi acara makan siangnya untuk segera menemui sang tamu.Dan Albani menjadi terkejut saat dia mengetahui siapa wanita yang dimaksud rekan kerjanya tadi.Dia Adel.Istri dari lelaki bernama Fahri Hendrawan.*****Enam jam berlalu, Albani sudah selesai bekerja dan berniat untuk mendatangi lokasi yang dijanjikan Adel tadi siang.Sebuah cafe elit di pusat kota Jakarta."Ada apa Mba?" Tanya Albani to the point begitu Adel menyuruhnya duduk.Mereka duduk berhadapan di salah satu meja di dalam cafe bernuansa cozy itu."Saya mau tanya, apa benar Rindu istri kamu itu seorang penulis?" Tanya Adel saat itu
Hari-hari berlalu.Musim berganti dengan cepat.Waktu berputar bagai anak panah yang melesat dari busurnya.Waktu tiga tahun yang Fahri dan Rindu lalui bersama dalam kesederhanaan nyatanya lebih membahagiakan ketimbang mereka harus hidup dengan bergelimang harta dan kemewahan.Fahri mengawali karirnya dengan bekerja sebagai salah satu karyawan HRD di sebuah perusahaan di Jakarta.Sementara Rindu kembali fokus menekuni dunia literasi.Sejauh ini Rindu sudah berhasil merampungkan lima belas karya yang kesemuanya adalah novel bertema drama rumah tangga.Nama Rindu kini sudah banyak dikenal orang banyak dan pundi-pundi rupiah pun mengalir tiada henti dari semua naskahnya yang laris di pasaran.Bahkan ada beberapa naskah Rindu yang sudah dilirik oleh produser film untuk diangkat menjadi film layar lebar.Berkat kegigihan dan kesabaran mereka, lambat laun, perekonomian mereka yang sulit pun membaik dan kini R
Semua dilakukan serba cepat.Prosesi pemakaman Azzura berlangsung khidmat.Azzura dikuburkan bersebelahan dengan makam sang Ibu, Adelia Kartika Wibowo.Saat itu, dari luar Fahri memang terlihat tegar bahkan tak ada satu tetes pun air matanya yang mengalir keluar.Dan hanya Rindu satu-satunya orang yang tahu bagaimana sejatinya perasaan sang suami saat ini.Sesungguhnya Fahri begitu rapuh.Bahkan sejak lelaki itu kembali ke Indonesia dengan membawa serta jenazah Azzura, Fahri tak sama sekali bicara. Lelaki itu diam membisu dalam duka yang menyelimuti hatinya.Kepergian Azzura benar-benar menjadi pukulan telak bagi Fahri yang membawa dirinya pada titik terendah kehidupan.Mungkin, jika tidak ada Rindu di sisinya, Fahri sendiri tidak tahu apakah dirinya masih bisa melanjutkan hidup atau tidak.Pemakaman selesai pagi itu.Awan mendung yang sudah menggelayuti langit Kota Jakarta sejak tadi malam seo
Fahri sampai di Singapura setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan.Lelaki itu harusnya beristirahat sejenak di apartemen, tapi dia tak melakukannya karena terlalu khawatir akan kondisi Azzura.Jadilah, sesampainya di Bandar Udara International Changi Singapura, Fahri langsung on the way menuju rumah sakit tempat Azzura menjalani kemo.Tak membutuhkan waktu lama untuk Fahri sampai di rumah sakit.Fahri kembali mengecek ponselnya sekali lagi saat telepon dan seluruh pesan yang dia kirimkan pada sang Papih dan Mamihnya tak kunjung ada jawaban.Mendadak, perasaan cemas menggelayuti hati Fahri.Fahri berjalan dengan langkah tergesa menuju lokasi di mana Azzura berada, namun dia tak mendapati sesiapapun di sana.Tak ada Azzura maupun kedua orang tuanya.Fahri bertanya pada suster rumah sakit dan lelaki itu terkejut bukan main saat sang suster mengatakan bahwa pasien bernama Azzura semalam mengalami kejang dan
"Maafkan aku Rindu. Mungkin karena aku kemarin sempat mengganti nomor, makanya aku terlambat mengetahui informasi tentang kaburnya Surya dan Romy dari kepolisian Kalimantan," ucap Fahri saat kini dirinya dan Rindu sudah keluar dari ruangan rawat Bisma.Pasca pertemuannya dengan Januar tadi, Fahri sebenarnya ingin sekali memberi Januar pelajaran atas perlakuannya terhadap Rindu. Namun sayang dia tak mungkin melakukan hal itu di hadapan Bisma yang sedang sakit.Saat ini Fahri dan Rindu sedang berbincang di dalam ruangan rawat Yanti. Azam baru saja tertidur karena waktu yang memang sudah larut.Fahri terpaksa berbohong pada Azzura agar diizinkan untuk pergi ke Indonesia karena lelaki itu terlalu mengkhawatirkan kondisi Rindu.Sekarang, semua sudah aman.Fahri bisa lebih tenang. Itulah sebabnya dia harus lekas kembali ke Singapura."Sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi. Besok sebelum berangkat ke Singapur, ada baiknya kamu tem
Setelah insiden yang terjadi di Basemen rumah sakit dua hari yang lalu, kini Bisma sudah mendapat perawatan intensif pasca operasi akibat perut kirinya yang tertembus timah panas oleh Surya.Sementara Surya sendiri dinyatakan meninggal di lokasi kejadian saat Bisma berhasil melawan dengan balik menembak Surya. Tembakan Bisma tepat mengenai jantung Surya, itulah sebabnya Surya langsung menghembuskan nyawanya detik itu juga.Setidaknya, kini Rindu bisa bernapas lega setelah memastikan Romy dibekuk oleh polisi dan mendapat hukuman atas tindakannya yang telah berani kabur dari penjara. Romy dijatuhi hukuman pidana seumur hidup atas tindakannya tersebut.Rindu yang merasa berhutang budi pada Bisma kini harus membagi waktu yang dimilikinya untuk menjaga Yanti dan Bisma secara bergantian.Untungnya, ruangan rawat Bisma dengan Yanti tidak terlalu jauh, jadi Rindu bisa bulak-balik kapan pun dirinya mau.Pagi itu, sehabis mengantar Azam ke sekolah
"Hai, Rindu? Apa kabar?" Tanya seorang lelaki yang mengantri di belakang Rindu saat wanita itu hendak membayar di kasir minimarket.Rindu pun menoleh dan terkejut, meski setelahnya sebuah senyuman lebar mengembang di wajah cantiknya. "Bisma?" Pekik Rindu tak percaya. Sebab sepengetahuannya, Bisma sudah kembali ke Kalimantan."Kamu sejak kapan di Jakarta?" Tanya Rindu saat kini dirinya dan Bisma sudah keluar dari minimarket. Mereka hendak berjalan menuju ruang rawat Yanti."Sudah dari satu minggu yang lalu,""Oh begitu, kenapa tidak memberi kabar?" Tanya Rindu lagi."Maaf, aku sibuk dengan pekerjaan dan harus merawat Ibuku juga yang sedang sakit," Bisma jadi terkekeh, merasa tidak enak. Meski alasan utama seorang Bisma kembali ke Jakarta karena selain harus merawat Ibunya yang sedang sakit, namun Bisma juga ingin mengetahui lebih lanjut hubungan yang terjalin antara Rindu dan Fahri sejauh ini.Jika memang pada kenyataannya Rindu d
Apakah sampai detik ini ada orang yang mampu menjawab tentang pertanyaan, mengapa waktu berlalu begitu cepat saat kita merasa bahagia dan sebaliknya, mengapa waktu seakan berlalu begitu lambat saat kita melaluinya dalam duka dan penderitaan?Seperti halnya yang kini dialami seorang Fahri.Orang tua mana yang tidak terluka saat mengetahui anaknya sakit?Terlebih, jika sang anak yang baru berusia enam tahun itu didiagnosis Leukimia atau Kanker Darah.Bagai disambar petir, anak yang begitu cantik dan pintar harus menanggung kesakitan di usianya yang masih kecil.Sesungguhnya Fahri begitu terpukul seolah dia merasakan sakit yang kini harus di derita sang anak selama menjalani proses pengobatan dan kemoterapi atas penyakitnya.Dokter mengatakan, pengambilan sumsum tulang belakang yang baru saja dijalani oleh Azzura saat ini memang rasanya sangat menyakitkan.Tapi, melihat semangat Azzura untuk sembuh, mengubur semua kesedihan
Hari ini, Fahri dan Rindu sudah packing hendak berangkat untuk persiapan mereka berangkat ke Singapura.Seluruh barang bawaan sudah dikemas rapi di dalam koper.Fahri sedang mengajak Azzura menemui Oma dan Opanya untuk berpamitan sementara Rindu menunggu kepulangan Fahri di hotel bersama Azam dan Yanti.Azam yang saat itu terus saja ngambek karena tak ingin ikut ke Singapura.Rindu dengan sabar berusaha memberi pengertian pada Azam."Memangnya kenapa sih Azam kok nggak mau banget ikut Mama dan Papah ke Singapura? Kan di sana nanti Azam bisa jalan-jalan sama Nenek. Kita naik pesawat kayak waktu itu," ucap Rindu yang sejak tadi sibuk merayu Azam yang terus cemberut.Azam tak menyahut. Bibirnya mengerucut dengan kedua tangan yang bersidekap di depan dada."Masalah sekolah, Mama sudah bilang ke Ibu Guru Azam dan mereka sudah memberi izin, jadi Azam nggak perlu takut dimarahi. Sekarang semua sudah serba canggih. Azam bisa tet