Setelah menjalani segala prosesi pernikahan yang rumit, malam hari tiba waktunya pasangan pengantin baru itu menikmati indahnya malam pertama.
Waktu satu bulan termasuk waktu kilat untuk Fahri dan Adelia mempersiapkan pernikahan impian mereka.
Pernikahan super megah dan mewah itu berlangsung di aula gedung salah satu hotel berbintang lima di kawasan pusat Kota Surabaya dan di hadiri oleh ratusan tamu undangan yang berasal dari kalangan atas.
Seperti janjinya semula, setelah Fahri resmi memiliki seorang istri, Pak Hendrawan, selaku ayahanda Fahri akan memberikan seluruh kepemilikan atas perusahaan dan semua aset kekayaannya pada sang ahli waris satu-satunya itu.
Akhir-akhir ini kondisi kesehatan Pak Hendrawan seringkali drop karena memang faktor usia. Itulah sebabnya, dia dan sang istri ingin lekas menimang cucu dari anak tunggal mereka.
Meski, kali ini keinginan itu harus tertunda dikarenakan sang menantu adalah seorang model.
"Papih dan Mamih kamu udah tahukan Beb, kalau aku belum bisa hamil untuk beberapa tahun ke depan? Tadi di pernikahan mereka masih aja bahas-bahas masalah cucu ke orang tua aku," ucap Adelia di dalam kamar pengantin mereka. Wanita itu duduk didepan meja rias sambil melepas satu persatu aksesori yang masih menempel di kepalanya.
Saat itu Adelia sudah melepas gaun pengantinnya dibantu oleh penata riasnya di ruang make up tadi dan kini dia hanya mengenakan sebuah kemben dan celana hot pants saja.
Tubuhnya yang tinggi dan langsing tapi padat di bagian dada dan bokongnya tampak jelas dari balik pakaian miliknya.
Fahri yang saat itu baru saja selesai mandi dan masih mengenakan jubah mandi terlihat menarik napas berat. Dia berjalan menghampiri sang istri di meja rias.
Fahri melihat Adel kesulitan menyisir rambutnya yang kaku karena hair spray sehabis di sanggul berinisiatif membantu. Dia mengambil alih sisir di tangan Adel.
"Sini, aku yang sisir," katanya dengan suara khasnya yang terdengar lembut di telinga.
Adel pun menurut. Dia diam saat Fahri kini mulai menyisiri rambutnya yang panjang, hitam dan sangat tebal itu.
Rambut Adel harum dan Fahri sangat menyukainya.
"Kamu tenang aja, Mamih dan Papihkan sudah tahu kalau kamu model, mereka nggak akan menuntut kamu ini itu kok, Beb," Fahri tersenyum seraya membungkukkan wajahnya dan memposisikan bibirnya di dekat telinga Adel.
"Cukup kamu menjadi istri yang baik untuk Fahri Hendrawan, mereka sudah senang..." bisik Fahri seraya menghirup dalam-dalam aroma tubuh Adel yang memabukkan. Di kecupnya lembut tengkuk dan leher Adel sebelum akhirnya dia kembali melanjutkan kegiatannya semula, yakni menyisir rambut sang Adelia Kartika Wibowo, wanita yang kini resmi menjadi Nyonya Hendrawan.
Mendapat rangsangan singkat dari Fahri, tubuh Adel langsung terbakar.
Dia menangkap cepat lengan Fahri yang memegang sisir dan mengarahkannya ke atas dadanya yang menyembul dari balik kemben mini yang dia kenakan.
Fahri tersenyum miring.
Cukup lama mengenal seorang Adelia, Fahri jelas tahu bagaimana watak Adelia.
Meski sempat kecewa ketika tahu bahwa Adel sudah tidak virgin, tapi perasaannya yang begitu besar untuk Adel tak juga merubah segalanya.
Fahri bersedia menerima apapun kekurangan Adelia tanpa pernah mengungkit-ungkit hal itu dihadapan Adel.
Kehidupan Adel yang glamour dan bebas di luar negeri telah menjerumuskan Adel pada jurang pergaulan sesat yang membuatnya lupa daratan hingga semua hal buruk itu perlahan mulai dia tinggalkan sejak dia mengenal sosok Fahri.
Bagi Adel, Fahri adalah sosok lelaki langka yang keberadaannya jelas sulit ditemukan di seluruh lapisan penjuru dunia.
Bagaimana tidak, Fahri itu memiliki segalanya dalam hidup.
Wajah tampan, otak cerdas, kekayaannya yang melimpah, latar belakang keluarganya baik dan pendidikannya bagus.
Dan hal istimewa lain yang dimiliki Fahri namun tidak dimiliki dari kebanyakan lelaki yang selama ini wara-wiri dalam kehidupan Adel adalah keyakinan Adel bahwa seorang Fahri masih perjaka.
Tumbuh di tengah keluarga yang paham akan norma-norma agama, membuat Fahri menjadi sosok lelaki yang penurut, berbakti, berhati lembut, penuh kasih sayang dan yang pasti Fahri itu tipikal lelaki setia.
Setahu Adel, dari semua cerita Fahri, lelaki itu sangat menyayangi Ibunya, padahal Nyonya Heni Hendrawan itu hanyalah Ibu Tiri Fahri.
Dia istri ke dua Pak Hendrawan setelah Nyonya Emilia Ibu kandung Fahri meninggal dunia saat melahirkan Fahri dulu. Itulah sebabnya, Fahri kini menganggap Nyonya Heni seperti Ibu kandungnya sendiri karena tangan wanita itulah yang selama ini telah membesarkan Fahri dengan penuh kasih sayang dan mematahkan stigma bahwa Ibu Tiri itu kejam.
Nyonya Heni yang sejak awal memang sudah di vonis mandul jelas tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk merasakan indahnya menjadi seorang Ibu dengan memperlakukan Fahri layaknya anak kandungnya sendiri.
Dan kini, berkat Nyonya Heni yang telah sukses mendidik Fahri, Fahri pun berhasil menjelma menjadi sosok lelaki idaman wanita.
Sosok lelaki yang begitu Adel cintai.
Seolah mendapat lampu hijau dari Adel, Fahri langsung menjatuhkan sisir di tangannya. Jemarinya yang halus menelusup di balik kemben yang Adel gunakan.
Gundukan daging kenyal yang kini berada dalam remasan tangan Fahri membuat lelaki itu ikutan terbakar.
Hingga setelahnya, Adel meminta Fahri untuk mematikan lampu.
Dan pergumulan panas sepasang pengantin baru itu pun dimulai.
Menjadi sebuah pengalaman pertama yang tak terlupakan bagi Fahri saat dirinya bisa melepas keperjakaannya dengan wanita yang memang dia cintai.
Jauh sebelum hari ini, Fahri bahkan tidak pernah bermimpi jika dirinya bisa menikah dengan Adel.
Banyak alasan yang membuat hubungan mereka kian sulit.
Pertama, jarak. Karena saat itu Adel masih di Paris sedang Fahri di USA.
Lalu setelahnya, sifat orang tua Fahri yang tidak sabar ingin lekas menimang cucu hingga berulang kali merencanakan perjodohan untuk sang anak bahkan sebelum Fahri sempat menyelesaikan studynya.
Karena tak ingin mengecewakan ke dua orang tuanya terlebih sang Mamih, Fahri pun terpaksa menuruti kemauan mereka.
Setelah berulang kali rencana perjodohan disusun tapi selalu saja gagal dengan berbagai alasan.
Bahkan terakhir, ketika Sang Mamih menjodohkannya dengan seorang wanita bernama Rindu, anak dari relasi bisnis Pak Hendrawan di Surabaya, bukan hanya sekedar perjodohannya yang batal melainkan pernikahannya yang kandas setelah wanita bernama Rindu itu kabur entah kemana.
Setahu Fahri dari sekelebat percakapan ke dua orang tuanya yang tanpa sengaja dia dengar, Rindu dibawa kabur oleh kekasihnya.
Bukannya marah saat tahu sang mempelai pengantinnya kabur di hari pernikahan, Fahri justru bersyukur.
Dia sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana nasib rumah tangganya bersama Rindu jika mereka benar-benar menikah sementara hati Fahri sudah tertambat pada wanita lain.
Lagipula, bagaimana fisik Rindu sendiri, Fahri juga tidak tahu, terlebih dia tidak perduli.
Itulah sebabnya, Fahri manggut-manggut saja ketika Nyonya Heni bilang kalau Rindu itu wanita yang cantik dan baik. Setidaknya Fahri tahu selera Mamihnya.
Dan alasan terakhir yang membuat Fahri merasa ragu untuk mengutarakan niatannya untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Adel, yakni sifat Adel yang kelewat ambisius.
Setahu Fahri, Adel bukan tipikal wanita yang bisa diajak untuk berkomitmen karena kehidupan Adel yang serba bebas sewaktu di Paris.
Itulah sebabnya Fahri benar-benar tak percaya ketika dirinya nekad melamar Adel dan ternyata Adel setuju untuk menikah meski dengan syarat dia tidak mau hamil dulu.
Fahri benar-benar bahagia.
Hidupnya lengkap.
Sempurna berkat ketersediaan Adel menjadi pendamping seumur hidupnya.
Fahri berjanji, dia akan membahagiakan Adel dan menjadikan Adel satu-satunya wanita yang mendiami hatinya.
"Beb, aku udah urus semua keperluan bulan madu kita ke Switzerland, lusa kita berangkat," beritahu Fahri setelah mereka selesai dengan aktifitas panas mereka.
Adel menumpukkan kepalanya di atas bahu sang suami yang tampak berkeringat. Pikirannya masih berputar pada sekelebat aktifitas ranjangnya tadi bersama Fahri. Wanita berambut panjang itu tersenyum jahil mendapati keyakinannya bahwa Fahri masih perjaka memang benar.
"Sebelum sama aku, apa kamu pernah berhubungan sama wanita lain, Beb?" tanya Adel saking penasaran.
Kening Fahri seketika berkerut dia menatap wajah Adel. "Kok kamu tanya gitu? Maksudnya apa?"
Adel tertawa kecil, dia balas menatap Fahri sambil berbisik, "habis kamu kelihatan amatir banget tadi,"
Wajah Fahri sontak memerah. Perkataan Adel membuatnya malu dan salah tingkah. Untuk pertama kalinya dia merasa begitu bodoh dihadapan seorang wanita. Tapi, bukan Fahri namanya jika tidak bisa mengendalikan situasi.
Dengan wajah santai lelaki itu tersenyum miring dan langsung menindih kembali tubuh Adel.
"Maksud kamu apa bilang begitu?" ucap Fahri tidak terima dirinya dibilang amatir.
Adel menggeleng sambil menahan senyum.
"Oh... Aku tahu, bilang aja kamu ketagihan sama permainan aku tapi malu mau minta tambah? Iyakan?" Fahri mulai menggelitiki Adel hingga sang istri menjerit kegelian.
"Beb! Udah geli! Ampun! Udah... Hahaha..." Adel tertawa lepas tatkala Fahri terus saja menggelitikinya tanpa henti.
Tubuh polos keduanya berguling di atas ranjang empuk super besar itu.
Suara tawa keduanya mendominasi ruangan.
"Aku mau buktikan ke kamu kalau aku nggak amatir! Buktinya aku bisa buat kamu mendesah!" ucap Fahri di tengah pergumulan mereka.
"Iya-iya... Di godain gitu aja ngambek!" balas Adel. Dia merangkul leher Fahri dan mendekatkan wajah suaminya ke wajahnya.
"Kamu hebat kok, cuma..." goda Adel lagi.
"Cuma apa?" potong Fahri sambil melotot.
"Cuma..."
"Cuma apa?"
"Cuma..."
"Adel..."
"Fahri..."
"Aku sayang kamu, Del..."
"Aku juga sayang kamu, Beb,"
Fahri kembali mencumbu Adel dengan cumbuan yang lebih panas dan liar.
Dia pastikan kali ini, bahwa dia tidak amatir.
Satu bulan berlalu.Kehidupan yang dijalani Rindu dan Albani di Jakarta kian sulit.Usaha Albani mencari pekerjaan tak juga membuahkan hasil padahal sisa uang simpanannya sudah pailit.Belum lagi ditambah biaya sewa kontrakan yang sudah mendekati tempo.Albani benar-benar kebingungan.Kesana kemari dia melamar pekerjaan, berbekal ijazah SMAnya tapi selalu saja ditolak.Nyatanya, benar apa yang dikatakan Syarif sahabatnya di kampung mengenai kejamnya kota metropolitan. Jika tidak kuat-kuat iman, banyak orang yang pada akhirnya menyerah pada keadaan dengan cara menghalalkan segala cara demi mempertahankan hidup.Seharian ini setelah lelah berjalan kaki mengunjungi kantor, pabrik, ruko dan mall-mall di selatan Jakarta, Albani memutuskan untuk beristirahat
Setelah melalui beberapa proses psikotest dan interview kerja, Rindu akhirnya diterima sebagai salah satu karyawati di Perusahaan Ritel terbesar di Indonesia itu.Sebagai seorang sarjana ekonomi, Rindu mendapat posisi bagus di kantor cabang baru itu menggantikan sementara posisi sekretaris CEO yang kebetulan sedang cuti melahirkan.PT. He-Market Trijaya Tbk bergerak dalam bidang distribusi eceran produk konsumen dengan mengoperasikan jaringan mini market, dengan nama "He-Mart". Jaringan mini market terdiri dari minimarket, dengan kepemilikan langsung dan berdasarkan perjanjian waralaba.Jaringan ini sangat luas dan sudah mencakup hampir di setiap pelosok daerah di Indonesia.Itulah sebabnya perusahaan ini berkembang pesat dan menjadi salah satu perusahaan besar yang menjanjikan.Ini hari pertama Rindu bekerja.
Kehadiran Rindu di kantor cabang baru itu mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak yang kebanyakan berasal dari kubu kaum adam.Kecantikan Rindu seolah mengguncang seluruh divisi bagian di dalam kantor untuk mencari tahu siapa karyawati baru yang beruntung karena bisa menempati posisi paling diminati berbagai pihak yakni sebagai sekretaris dari Direktur utama mereka, yang konon katanya kini beralih tangan kepada anak si pemilik perusahaan.Seorang lelaki tampan bergelar sarjana Master lulusan salah satu Universitas terkemuka di USA."Wah, kalau sekretarisnya model begitu sih, udah pasti jadi simpenannya Pak Hendrawan," celetuk salah satu karyawati di divisi perencanaan. Sesekali dia melirik Rindu yang sibuk di kubikel kerjanya."Sayangnya punya Pak Hendrawan udah meletoy kali nggak bisa lurus dan tegak lagi," sahut karyawati lain yang disambut dengan cekiki
Ini hari pertama pasangan Fahri dan Adelia menempati kediaman mereka di Jakarta sepulang mereka berbulan madu dari Swiss.Sebuah rumah mewah nan megah yang didominasi dinding kaca dengan halaman super luas dan kolam renang big size di taman belakang yang merupakan peninggalan ke dua orang tua Fahri sebelum Pak Hendrawan dan Nyonya Heni memutuskan untuk menghabiskan masa tua mereka di kampung halaman Pak Hendrawan di Surabaya.Hari ini Fahri sudah harus masuk kantor karena pagi ini akan ada rapat penting bersama dewan direksi dan beberapa Relasi Bisnis dari perusahaan asing untuk membahas kerjasama demi memperluas cakupan jaringan Bisnis perusahaannya yang hendak dia kembangkan di luar negeri.Waktu masih menunjukkan pukul setengah enam pagi tapi Fahri sudah terlihat rapi dengan setelan kantornya yang membuat dirinya terlihat semakin gagah dan tampan.Sejak keci
"Jadi kamu sekretaris baru disini?" tanya Fahri pada Rindu yang kini duduk dihadapannya."Iya, Pak," Rindu mengangguk tanpa berani menatap Fahri. Kepala perempuan itu terus saja menunduk bahkan sejak pertama kali dirinya memasuki ruangan sang direktur.Fahri masih menatap Rindu.Entah kenapa, sepertinya wajah Rindu tidak begitu asing meski dia sendiri pun tidak tahu sebenarnya apakah dia pernah bertemu dengan Rindu sebelum hari ini?"Sudah menikah?" tanya Fahri lagi."Sudah Pak," Rindu kembali mengangguk.Fahri ikutan mengangguk. Sekelebat ingatan tentang kejadian di lift tadi kembali berputar dikepalanya, membuat lelaki itu tersenyum.Fahri berpikir, pasti saat ini Rindu malu sekali karena telah salah mengira orang. Itulah sebabnya, sejak tadi dia terus saja menunduk t
Malam itu Rindu tidak bisa tidur. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam namun sang suami tak kunjung pulang. Bahkan setelah percakapan anehnya di telepon dengan seorang wanita yang memakai nomor ponsel suaminya, selepas maghrib tadi, membuat hati Rindu semakin dibuat gelisah. Bagaimana tidak, jika ponsel suami kita tiba-tiba saja dipegang oleh seorang wanita tak dikenal, istri manapun pasti langsung curiga, tak terkecuali Rindu. Setelah puas mundar-mandir seperti setrikaan di teras kontrakan menunggu kepulangan Albani, Rindu pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan membenamkan tubuhnya di balik selimut di ruang tamu. Padahal di luar tidak hujan, tapi entah kenapa Rindu merasa tubuhnya menggigil. Beberapa menit berlalu, kelopak mata Rindu sudah terpejam, namun suara deritan pintu yang terbuka membuat Rindu kembali terjaga. Saat Rindu membuka mata, didapatinya keadaan kontrakan begitu gelap. Apa iya mati lampu? Piki
Sudah dua hari berlalu tanpa Fahri dan Adel saling bertemu karena kesibukan Adel yang harus melakukan pemotretan keluar kota. Rencananya malam ini Adel akan pulang. Setelah menyantap makan malamnya seorang diri, Fahri langsung beranjak ke kamar untuk mengecek beberapa laporan yang harus dia tanda tangani. Fahri baru saja memasuki kamarnya ketika dia mendengar suara deru mesin mobil yang berasal dari arah bawah halaman depan rumahnya. Kebetulan kamar Fahri dan Adel yang terletak di lantai dua itu memiliki jendela yang mengarah ke halaman depan pekarangan rumah mereka yang luas. Saat itu Fahri melihat sebuah mobil mewah terparkir di halaman utama kediamannya. Seorang lelaki keluar dari arah kemudi dan membukakan pintu mobil disebelahnya yang dihuni oleh seorang perempuan cantik yang tak lain adalah Adelia, istrinya. Sebelum pergi ke duanya sempat bercakap di dekat mobil terparkir, lalu si lelaki sempat mengecup pipi kanan dan kiri Adel sebelum beranjak ma
Hari ini Rindu sengaja berdandan lebih menor dibanding hari biasanya. Bukan karena dia genit hanya saja Rindu tidak ingin Albani melihat wajahnya yang pucat karena kondisi tubuhnya yang terasa semakin memburuk.Hari ini Rindu harus menemani sang Bos untuk meeting dengan klien penting yang berasal dari luar negeri. Dia harus hadir sebab Rindu tak ingin mengecewakan Fahri terlebih membuat lelaki itu repot karena semua proposal penting untuk meeting Rindu yang menyimpannya."Mas, nanti kamu beli makan siang diluar aja dulu ya, aku cuma masak untuk sarapan aja Mas, nggak sempet," ucap Rindu beralasan padahal bukannya tidak sempat, hanya saja Rindu harus menyimpan energinya sampai dia meeting nanti. Rindu tak mau kejadian tempo hari saat dia tiba-tiba memuntahkan isi perutnya ke jas mahal Fahri terulang.Albani yang saat itu baru selesai menunaikan shalat shubuh hanya mengiyakan perkataan Rindu.Seperti biasa, Albani mengantar sang istri hingga Rindu m
"Bang, ada yang nyariin tuh di luar," ucap seorang lelaki berseragam pegawai minimarket pada rekan kerjanya yang bernama Albani."Siapa?" Tanya Albani yang saat itu sedang istirahat makan siang."Nggak tau, cewek, cantik pake hijab,"Kening Albani berkerut samar. Lelaki itu lekas menyudahi acara makan siangnya untuk segera menemui sang tamu.Dan Albani menjadi terkejut saat dia mengetahui siapa wanita yang dimaksud rekan kerjanya tadi.Dia Adel.Istri dari lelaki bernama Fahri Hendrawan.*****Enam jam berlalu, Albani sudah selesai bekerja dan berniat untuk mendatangi lokasi yang dijanjikan Adel tadi siang.Sebuah cafe elit di pusat kota Jakarta."Ada apa Mba?" Tanya Albani to the point begitu Adel menyuruhnya duduk.Mereka duduk berhadapan di salah satu meja di dalam cafe bernuansa cozy itu."Saya mau tanya, apa benar Rindu istri kamu itu seorang penulis?" Tanya Adel saat itu
Hari-hari berlalu.Musim berganti dengan cepat.Waktu berputar bagai anak panah yang melesat dari busurnya.Waktu tiga tahun yang Fahri dan Rindu lalui bersama dalam kesederhanaan nyatanya lebih membahagiakan ketimbang mereka harus hidup dengan bergelimang harta dan kemewahan.Fahri mengawali karirnya dengan bekerja sebagai salah satu karyawan HRD di sebuah perusahaan di Jakarta.Sementara Rindu kembali fokus menekuni dunia literasi.Sejauh ini Rindu sudah berhasil merampungkan lima belas karya yang kesemuanya adalah novel bertema drama rumah tangga.Nama Rindu kini sudah banyak dikenal orang banyak dan pundi-pundi rupiah pun mengalir tiada henti dari semua naskahnya yang laris di pasaran.Bahkan ada beberapa naskah Rindu yang sudah dilirik oleh produser film untuk diangkat menjadi film layar lebar.Berkat kegigihan dan kesabaran mereka, lambat laun, perekonomian mereka yang sulit pun membaik dan kini R
Semua dilakukan serba cepat.Prosesi pemakaman Azzura berlangsung khidmat.Azzura dikuburkan bersebelahan dengan makam sang Ibu, Adelia Kartika Wibowo.Saat itu, dari luar Fahri memang terlihat tegar bahkan tak ada satu tetes pun air matanya yang mengalir keluar.Dan hanya Rindu satu-satunya orang yang tahu bagaimana sejatinya perasaan sang suami saat ini.Sesungguhnya Fahri begitu rapuh.Bahkan sejak lelaki itu kembali ke Indonesia dengan membawa serta jenazah Azzura, Fahri tak sama sekali bicara. Lelaki itu diam membisu dalam duka yang menyelimuti hatinya.Kepergian Azzura benar-benar menjadi pukulan telak bagi Fahri yang membawa dirinya pada titik terendah kehidupan.Mungkin, jika tidak ada Rindu di sisinya, Fahri sendiri tidak tahu apakah dirinya masih bisa melanjutkan hidup atau tidak.Pemakaman selesai pagi itu.Awan mendung yang sudah menggelayuti langit Kota Jakarta sejak tadi malam seo
Fahri sampai di Singapura setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan.Lelaki itu harusnya beristirahat sejenak di apartemen, tapi dia tak melakukannya karena terlalu khawatir akan kondisi Azzura.Jadilah, sesampainya di Bandar Udara International Changi Singapura, Fahri langsung on the way menuju rumah sakit tempat Azzura menjalani kemo.Tak membutuhkan waktu lama untuk Fahri sampai di rumah sakit.Fahri kembali mengecek ponselnya sekali lagi saat telepon dan seluruh pesan yang dia kirimkan pada sang Papih dan Mamihnya tak kunjung ada jawaban.Mendadak, perasaan cemas menggelayuti hati Fahri.Fahri berjalan dengan langkah tergesa menuju lokasi di mana Azzura berada, namun dia tak mendapati sesiapapun di sana.Tak ada Azzura maupun kedua orang tuanya.Fahri bertanya pada suster rumah sakit dan lelaki itu terkejut bukan main saat sang suster mengatakan bahwa pasien bernama Azzura semalam mengalami kejang dan
"Maafkan aku Rindu. Mungkin karena aku kemarin sempat mengganti nomor, makanya aku terlambat mengetahui informasi tentang kaburnya Surya dan Romy dari kepolisian Kalimantan," ucap Fahri saat kini dirinya dan Rindu sudah keluar dari ruangan rawat Bisma.Pasca pertemuannya dengan Januar tadi, Fahri sebenarnya ingin sekali memberi Januar pelajaran atas perlakuannya terhadap Rindu. Namun sayang dia tak mungkin melakukan hal itu di hadapan Bisma yang sedang sakit.Saat ini Fahri dan Rindu sedang berbincang di dalam ruangan rawat Yanti. Azam baru saja tertidur karena waktu yang memang sudah larut.Fahri terpaksa berbohong pada Azzura agar diizinkan untuk pergi ke Indonesia karena lelaki itu terlalu mengkhawatirkan kondisi Rindu.Sekarang, semua sudah aman.Fahri bisa lebih tenang. Itulah sebabnya dia harus lekas kembali ke Singapura."Sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi. Besok sebelum berangkat ke Singapur, ada baiknya kamu tem
Setelah insiden yang terjadi di Basemen rumah sakit dua hari yang lalu, kini Bisma sudah mendapat perawatan intensif pasca operasi akibat perut kirinya yang tertembus timah panas oleh Surya.Sementara Surya sendiri dinyatakan meninggal di lokasi kejadian saat Bisma berhasil melawan dengan balik menembak Surya. Tembakan Bisma tepat mengenai jantung Surya, itulah sebabnya Surya langsung menghembuskan nyawanya detik itu juga.Setidaknya, kini Rindu bisa bernapas lega setelah memastikan Romy dibekuk oleh polisi dan mendapat hukuman atas tindakannya yang telah berani kabur dari penjara. Romy dijatuhi hukuman pidana seumur hidup atas tindakannya tersebut.Rindu yang merasa berhutang budi pada Bisma kini harus membagi waktu yang dimilikinya untuk menjaga Yanti dan Bisma secara bergantian.Untungnya, ruangan rawat Bisma dengan Yanti tidak terlalu jauh, jadi Rindu bisa bulak-balik kapan pun dirinya mau.Pagi itu, sehabis mengantar Azam ke sekolah
"Hai, Rindu? Apa kabar?" Tanya seorang lelaki yang mengantri di belakang Rindu saat wanita itu hendak membayar di kasir minimarket.Rindu pun menoleh dan terkejut, meski setelahnya sebuah senyuman lebar mengembang di wajah cantiknya. "Bisma?" Pekik Rindu tak percaya. Sebab sepengetahuannya, Bisma sudah kembali ke Kalimantan."Kamu sejak kapan di Jakarta?" Tanya Rindu saat kini dirinya dan Bisma sudah keluar dari minimarket. Mereka hendak berjalan menuju ruang rawat Yanti."Sudah dari satu minggu yang lalu,""Oh begitu, kenapa tidak memberi kabar?" Tanya Rindu lagi."Maaf, aku sibuk dengan pekerjaan dan harus merawat Ibuku juga yang sedang sakit," Bisma jadi terkekeh, merasa tidak enak. Meski alasan utama seorang Bisma kembali ke Jakarta karena selain harus merawat Ibunya yang sedang sakit, namun Bisma juga ingin mengetahui lebih lanjut hubungan yang terjalin antara Rindu dan Fahri sejauh ini.Jika memang pada kenyataannya Rindu d
Apakah sampai detik ini ada orang yang mampu menjawab tentang pertanyaan, mengapa waktu berlalu begitu cepat saat kita merasa bahagia dan sebaliknya, mengapa waktu seakan berlalu begitu lambat saat kita melaluinya dalam duka dan penderitaan?Seperti halnya yang kini dialami seorang Fahri.Orang tua mana yang tidak terluka saat mengetahui anaknya sakit?Terlebih, jika sang anak yang baru berusia enam tahun itu didiagnosis Leukimia atau Kanker Darah.Bagai disambar petir, anak yang begitu cantik dan pintar harus menanggung kesakitan di usianya yang masih kecil.Sesungguhnya Fahri begitu terpukul seolah dia merasakan sakit yang kini harus di derita sang anak selama menjalani proses pengobatan dan kemoterapi atas penyakitnya.Dokter mengatakan, pengambilan sumsum tulang belakang yang baru saja dijalani oleh Azzura saat ini memang rasanya sangat menyakitkan.Tapi, melihat semangat Azzura untuk sembuh, mengubur semua kesedihan
Hari ini, Fahri dan Rindu sudah packing hendak berangkat untuk persiapan mereka berangkat ke Singapura.Seluruh barang bawaan sudah dikemas rapi di dalam koper.Fahri sedang mengajak Azzura menemui Oma dan Opanya untuk berpamitan sementara Rindu menunggu kepulangan Fahri di hotel bersama Azam dan Yanti.Azam yang saat itu terus saja ngambek karena tak ingin ikut ke Singapura.Rindu dengan sabar berusaha memberi pengertian pada Azam."Memangnya kenapa sih Azam kok nggak mau banget ikut Mama dan Papah ke Singapura? Kan di sana nanti Azam bisa jalan-jalan sama Nenek. Kita naik pesawat kayak waktu itu," ucap Rindu yang sejak tadi sibuk merayu Azam yang terus cemberut.Azam tak menyahut. Bibirnya mengerucut dengan kedua tangan yang bersidekap di depan dada."Masalah sekolah, Mama sudah bilang ke Ibu Guru Azam dan mereka sudah memberi izin, jadi Azam nggak perlu takut dimarahi. Sekarang semua sudah serba canggih. Azam bisa tet