Keyra, gadis berusia 20 tahun itu dengan sangat terpaksa memakai gaun pengantin, gaun warna putih lengkap dengan kerudung yang menutupi mahkota hitamnya. Gadis itu masih bersungut, memperlihatkan kekecewaannya, bayangan menjadi ratu sehari dengan gaun putih mewah bak seorang putri raja, pupus sudah.
Sebuah pernikahan yang amat sederhana, karena terkesan tergesa-gesa, dekorasi bunga sederhana, bahkan tidak ada pelaminan yang mewah, sungguh tidak menggambarkan pernikahan putri dari pemilik salah satu supermarket terbesar di kota Jakarta.“Sempurna, Anda kelihatan cantik,” ucap sang perias memuji kecantikan Keyra.“Cantik dari mana, jika rambut indahku tertutup kerudung seperti ini,” keluh Keyra.Sang perias hanya mengulum senyum, melihat kekesalan sang calon pengantin wanita.“Maaf, permisi, kami akan mendekorasi kamar pengantin,” ucap seseorang di ambang pintu.Seketika mata Keyra melotot ke arahnya.”Tidak usah di dekorasi, kamu pikir aku bahagia dengan pernikahan ini, bahkan membayangkan melakukan malam pengantin pun, tak pernah terpikirkan, sana pergi!” hardik Keyra, sambil berkacak pinggang.Sang dekorator kamar pun segera pergi, melihat kemarahan Keyra“Apa Anda sudah melihat calon suami Anda?” tanya sang perias.“Aku bahkan tidak ingin melihat bayangannya, apalagi wajahnya, apa pria jelek itu sudah datang,” ketus Keyra.“Sudah dari tadi Nona.”“Ahh sudah kuduga, pria tak tahu malu itu, bersemangat untuk menikahiku,” gerutu kesal Keyra.Sang perias sekali lagi hanya tersenyum.”Jika Anda sudah melihat wajahnya, aku yakin Anda akan menyesali perkataan Anda.”“Non Keyra sudah siap, jika sudah turunlah, calon pengantin pria sudah siap untuk melakukan ijab qobul,” ucap wanita paruh baya bernama Mbok Sum Asisten rumah tangganya, yang muncul di balik pintu.Keyra mengangguk pelan, dengan langkah berat ia di dampingi Mbok Sum, turun ke lantai bawah. Di ruang tengah sudah ada tamu wanita yang duduk, sedangkan di ruang tamu yang dibatasi dinding terlihat tamu laki-laki.Keyra duduk di antara tamu wanita, ia tidak diperkenankan duduk di antara tamu pria, begitulah ritual sesuai pernikahan islami terjadi, sebelum ijab qobul terlaksana, kedua mempelai dilarang saling bertatapan apalagi bersentuhan.Keyra terduduk lemas, ia merasa dunianya akan hancur dengan menikahi, pria yang belum sekalipun dilihat wajahnya apalagi mengenalnya.Semuanya terdiam, dan suasana menjadi hening, ketika suara penghulu memulai acara ijab qobul.“Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, waliyyu taufiq.”Suara lantang seoarang pria ketika mengucapkan ijab Qobul dengan bahasa Arab.“Bagaimana sah?” tanya penghulu.“Sah.”“Sah.”Beberapa saksi berucap. Hampir bersamaan.Suasana menjadi hangat, para tamu wanita mengucapkan selamat pada Keyra.“Selamat Keyra, kalian telah sah menjadi suami istri.”Keyra tidak menjawab ucapan selamat dari para tamu, tiba-tiba Keyra berlari kecil menaiki tangga menuju kamarnya. Para tamu memaklumi sikap Keyra.Lain halnya dengan pengantin pria, ia selalu mengembangkan senyumnya menyambut ucapan dan doa untuk dirinya.Terutama pelukan hangat dari Papi mertuanya. ”Mulai saat ini, aku serahkan tanggung jawabku kepadamu,”ujar Praja, seraya menahan tangis haru.“Saya akan berusaha menjadi imam yang baik untuk Keyra, Pak Praja.”Sementara itu, Keyra terduduk di tepi ranjang, air mata sudah jatuh di pipi, diiringi rasa kecewa dan marah yang teramat sangat, hingga terdengar ketukan pintu yang membuat Keyra segera mengusap air matanya.“Siapa?” Keyra bertanya, karena ia merasa belum siap, jika yang mengetuk pintu adalah lelaki yang kini resmi bergelar suami.“Ini Papi Key, boleh Papi masuk?”“Masuklah Pi.”Ceklek!... Pintu terbuka, Praja berjalan pelan ke arah putrinya dan duduk di sebelahnya, tangannya meraih telapak tangan Keyra.“Key, terima kasih sudah memenuhi keinginan Papi, sekarang Papi tenang, jika harus berpulang menghadap Allah.” Praja berucap dengan nada sendu.Seketika Keyra memeluk Praja, sambil terisak. ”Papi kenapa bicara seperti itu, Papi masih lama ‘kan menemani Keyra, kepergian Mami adalah hal terberat Keyra rasakan, aku tidak mau kehilangan Papi juga.” Keyra menyandarkan kepalanya di bahu Praja.“Makanya Papi memilihkan pendamping untukmu, yang akan menjagamu, percayalah, suamimu pria yang baik, kamu akan dibimbingnya untuk menjalani ibadah sesuai keyakinan kita, kamu mualaf Key, Papi ingin kamu bisa menjadi seorang wanita muslimah, suamimu pria yang paham akan agama, kamu pasti akan mencintainya, seiring berjalannya waktu.”“Bagaimana jika aku tak ‘kan pernah mencintainya?” Keyra menatap wajah Papinya seakan meminta jawaban atas pertanyaanya.“Jalani saja dulu Key, Papi yakin, kamu akan mencintainya.”“Jika dalam waktu 3 bulan tidak rasa cinta, izinkan Key, memutuskan masa depan Keyra sendiri Pi,” pinta Keyra, sambil berlutut di kaki Papinya.Praja menghela napas panjang melihat aksi Keyra yang memohon sambil berlutut dan menggenggam erat tangannya.“Aku mohon Pi, aku berhak menentukan masa depanku ‘kan?” pintanya lagi.“Baiklah Key, terserah kamu...”Akhirnya Praja mengalah, diusapnya pelan kepala putrinya, dengan lembut. ”Tapi berusahalah untuk mencintai suamimu Key, Papi yakin, kalian akan saling jatuh cinta.”Keyra hanya terdiam, ia merasa perkataan Papinya adalah hal yang mustahil, bagaimanapun ia tidak akan mencintai pria yang bahkan wajahnya pun tak ingin dilihatnya, itulah yang ada di pikiran Keyra. Dan demi rasa tenang sang Papi, Keyra hanya membalas dengan anggukan kecil.Malam semakin larut, setelah Keyra berbicara dengan Papinya, gadis itu, kembali murung dan kesal, sepertinya di dalam kamar tak ubahnya di dalam sebuah penjara yang sesak.“Tidak akan aku biarkan kamu menyentuhku pria jelek, kamu bakalan menyesal menikahiku,” gerutu Keyra sambil melepas gaun pengantinnya dengan kasar.“Apa kamu kira aku akan menyambutmu di kamar ini dengan sleep dres berbahan katun tipis yang memperlihatkan indahnya lekuk tubuhku,” gerutunya lagi, sambil mengenakan hoodie warna hitam dan celana training tebal“Apa kamu pikir kamar ini akan dihias dengan bunga dan beraroma mawar.” Keyra masih mengerutu, kali ini, ia mengusapkan seluruh tubuhnya dengan minyak urut yang berbau menyengat, dan menyemprotkan kamarnya dengan bahan pengusir nyamuk.Heuk!..Keyra sendiri hampir muntah, ketika aroma menyengat sudah menguar di kamarnya, ia segera menutup hidungnya dan berbaring dengan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.Tidak lama kemudain terdengar pintu dibuka pelan.Ceklek !.. setelah itu terdengar langkah kaki masuk ke dalam ruangan.“Keyra, kamu sakit?”suara barito terdengar pelan.“Ya, aku sakit, jangan dekati aku, dan ingat selama aku tidak berkenan kamu dekati, jangan sekali-kali kamu tidur di sebelahku,” jawab Keyra ketus tanpa melihat pria yang berbicara dengannya dengan nada pelan, dan sedang berusaha sekuat tenaga menahan napas, karena aroma menyengat yang memenuhi kamar itu.“Baiklah, aku akan tidur di sofa, selamat beristirahat.”Keyra tersenyum simpul, usaha pertama membuat suaminya tidak mendekatinya berhasil, tapi gadis itu harus menahan juga aroma yang membuat perutnya mual.Sial, aroma ini seperti mengaduk-aduk perutku, batinnya kesal sambil berusaha memejamkan matanya.Sinar mentari menyapa wajah Keyra, dengan pelan ia mengerjabkan matanya dan membuka perlahan, korden jendela kamar telah terbuka sempurna, dan di balkon, ia melihat sosok pria mengenakan kaos putih dan celana training, sambil meregangkan otot –ototnya, terlihat tubuh yang tegap dan punggung yang besar, kulitnya putih bersih, dengan potongan rambut yang rapi.“Hai siapa kamu?” tanya Keyra seraya duduk di tepi ranjang menatap penasaran pungung pria yang masih mengerak-gerakan tangan dan kakinya.Pria itu pun menoleh, ”Apa kamu lupa, kalau aku ini suamimu, Keyra Aninda Dinata.”Mata Keyra seakan mau keluar, mulutnya menganga seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dan berbicara dalam hati sambil menatap lekat pria didepannya, Aku menikahi manusia atau bidada... oh kalau dia cewek bidadari, tapi dia cowok, disebut apa coba pria setampan itu...batinnya.Jantung Keyra tiba-tiba bertalu-talu, entah apa yang ia rasakan pada pandangan pertama pada pria yang beberapa jam yang lalu bergelar suami suaminya itu.“Key,” sapaan barito tapi lembut membuyarkan lamuan Keyra dengan netra yang tak lepas mengagumi ketampanan yang nyaris sempurna, wajah tegas tapi bermata teduh, dan memliki hidung bangir, ditambah kulit putih yang bersih.“Heum... jadi kamu suamiku, Afnan Noor Malik.”“Mulai sekarang jangan panggil aku dengan sebutan ‘kamu’ setuju,” pinta Afnan.“Lalu aku harus panggil apa?”“Bisa abang, mas, atau kakak, kedengarannya lebih manis dan romantis.” Afnan mengulum senyum pada gadis belia yang cantik dan berstatus istrinya.“Kak Afnan, aku akan memanggilmu ‘kak’ okey.” Keyra menjawab sambil bangkit berdiri.Keyra membaui dirinya yang beraroma minyak urut yang menyengat, dan ia rasanya mau muntah.“Mandilah, Key, jika kamu sendiri mual, dengan aroma badanmu, apalagi orang lain,” ejek Afnan.Keyra hanya mencelos kesal, tapi tak bisa dipungkuri, ia sudah tidak tahan dengan aroma tubuhnya. Tanpa membalas celotehan Afnan, Keyra bergegas masuk ke kamar mandi. Seusai membersihkan diri dari ujung r
“Silahkan Nyonya, duduklah, sebentar lagi minuman akan segera diantar,” ujar security.Keyra hanya mengangguk, ia masih shock dengan kenyataan tentang pria yang menikahinya, dugaanya selama ini salah. Wajah rupawan yang terlihat sempurna dengan kulit putih bersih, hidung mancung dan alis tebal, adalah pahatan sang pencipta yang sangat sempurna. Ditambah lagi dugaan jika pria pilihan Papinya adalah pria miskin yang tak berguna juga salah. “Assalamu’alikum Non,” sapaan wanita tua tiba-tiba terdengar, membuat Keyra langsung menoleh ke arah suara.“Iya, ibu siapa?”“Saya Ratmi, pengasuh Gus Afnan sejak kecil. Tadi Gus Afnan meminta saya untuk menemani Non Keyra.” Wanita tua itu berjalan dan duduk di gazebo, sambil menaruh nampan makanan yang berisi makanan kecil dan minuman dingin.“Ayo Non, jangan dipandang saja, cicipi, ini buatan Mbok sendiri.”“Siapa sebenarnya Kak Afnan Mbok. Tolong ceritakan pada saya?” tanya Keyra begitu sangat penasaran.Dari tadi pagi saat membuka matanya hingga
Ketiganya turun dari mobil ketika Afnan memarkirkan kendarananya, terlihat Mbok Ratmi sudah berdiri di depan pintu menyambut pemilik Vila.“Assalamu’alikum, Mbok,” sapa Latisha dan Afnan bersamaan.“Waalaikumsalam, ayo bersihkan tangan kalian dulu, lalu makan siang,” titah Mbok Ratmi.Kini ketiganya sudah duduk di kursi makan, di atas meja sudah tersaji menu makan siang.“Wah, hari ini Mbok Ratmi, memasak spesial, ayam goreng krispi kesukaan aku dan Gus Afnan,” celoteh Latisha senyum mengembang di bibirnya.“Kamu juga pintar memasak, oleh karena itu Nyai Rukmini sangat sayang padamu,” tukas Ratmi.“Ah Mbok, mengingatkan tentang almarhumah, aku jadi sedih.” Lathisa mengusap titik embun di sudut netranya.“Sudah jangan terlalu dalam mengingat masalalu, sekarang makanlah,” sela Afnan mulai menyuap menu diatas piringnya.Diam-diam Keyra menatap intens Latisha, gadis itu bukan hanya cantik ternyata juga pandai memasak, seakan dirinya kalah talak sebagai seorang wanita.Hari beranjak sore, L
Keyra merebahkan tubuhnya ke ranjang yang berukuran sangat besar, dan berusaha memejamkan matanya, waktu terus berjalan, jarum jam menunjukan pukul sebelas malam, tapi pria yang ditunggunya belum juga datang. Tak lama kemudian terdengar suara mobil berhenti di halaman vila. Keyra pura-pura tidur, ia merasa malas melihat Afnan, setidaknya untuk malam ini. Walaupun ia kesal, tapi kekesalannya bisa ia luapkan esok hari. Terdengar pintu kamar dibuka pelan, langkah kaki mendekat ke arahnya, lalu tangan Afnan meraih selimut dan menutupi tubuh Keyra sampai sebatas leher, setelah itu Afnan merebahkan tubuhnya di sofa samping ranjang.***kabut tipis masih betah bersemayam di area perkebunan. Setelah melaksanakan salat subuh di moshola perkebunan, Afnan berolah raga ringan, ia biasanya jogging disekitar perkebunan, sambil melihat beberapa karyawan sudah mulai bekerja.Keringat mulai membasahi kening Afnan, Setibanya di vila, Lathisa menyambut dengan senyum hangat.“Gus Afnan, aku sudah siapk
“Kemana mereka membawanya, Pak ?”“Rumah sakit terdekat yang berada 100 meter dari kampus.”Tanpa berpikir panjang, Afnan segera berjalan ke tempat parkir dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, jantungnya berdetak cepat dan terus merapalkan doa-doa, ia begitu khawatir dengan keadaan Keyra.“Ya Allah, semoga Keyra baik-baik saja,” gumamnya. Sambil fokus menyetir.Afnan terus berdoa dan berzikir selama perjalanan, terlihat dengan jelas pria berwajah tampan itu sangat cemas. Sesampainya di rumah sakit, ia segera menuju loby dan menanyakan keberadaan pasien korban kecelakaan.“Oh pasien korban kecelakaan di depan kampus, ada di ruang IGD.”Segera Afnan menuju ruang IGD, sampai disana terlihat dokter sangat serius, ”Siapa keluarga pasien?”“Saya, Pak,” balas Afnan dengan cemas.“Tanda tangani berkas ini, operasi harus segera dilaksanakan, setelah itu kebagian Administrasi!” pinta dokter.Tanpa berpikir panjang, Afnan menandatangani berkas, karena situasi darurat. Lalu Afnan, p
Pagi buta Afnan sudah bangun dari tidurnya, ia terlihat sibuk di ruang loundry room.“Kak Afnan mencuci baju?” sapa Keyra sambil mengusap netranya memastikan jika suaminya sedang mencuci baju.“Iya.. asisten paruh waktu sedang izin tidak masuk, daripada pakaian menumpuk jadi aku cuci, sekalian punyamu juga aku cuci,”“Ih...dibawa ke loundry ‘kan bisa Kak?”“Sekalian olahraga Key, membakar lemak, nanti setelah ini aku akan mengajakmu olahraga, supaya berkeringat sedikit, mau ya Key,” ajak Afnan menatap penuh arti.“Jangan macam-macam ya Kak, ingat ‘kan, perjanjian kita, jangan sentuh aku selama aku tidak menginginkannya.”Afnan tertawa lebar, ”Keyra Aninda, makanya otaknya jangan traveling, cepatlah ganti baju yang sopan, jangan lupa kerudung, aku tunggu kamu di depan!” suruh Afnan, senyum masih mengantung di bibirnya.Keyra memicingkan matanya, tapi ia menuruti kemauan Afnan, tak selang berapa lama, Keyra sudah memakai baju gamis hijau tosca dan kerudung dengan warna senada, gadis ya
Siang itu Keyra menikmati makan siangnya bersama Afnan, sepasang suami istri itu kini semakin akrab, berbincangan ringan seputar perkebunan, bisnis dan juga agama semakin membuat Keyra nyaman bersama Afnan.“Kak Afnan, kita sudah menikah selama satu bulan, tapi belum pernah sekalipun kakak mengajak aku ke pondok pesantren,” ucap Keyra“Kamu ingin kesana?”“Iya, kapan-kapan ajaklah aku.”“Bagaimana jika akhir pekan ini.”“Okay.”Tanpa mereka sadari sepasang mata nyalang menyaksikan keakraban Afnan dan Keyra, siapa lagi jika bukan Samuel, yang sejak tadi mengikuti Keyra.“Key...Key...ternyata kamu memang berpaling dariku, ingat Key, janjimu harus kamu tepati, dua bulan lagi kamu harus menyerahkan dirimu padaku,” gerutu kesal Samuel.***Akhir pekan tiba, Keyra begitu antusias mengunjungi pondok pesantren dan yayasan panti asuhan milik Afnan, mobil sedan putih milik Keyra melaju sedang menuju sebuah pondok pesantren.Begitu tiba, sejumlah santri sudah menyambut kedatangan mereka, terli
Afnan terkejut, dan sedikit kecewa, melihat kenyataan masa lalu Keyra, ia memang tahu, jika Keyra mempunyai latar belakang kehidupan yang bebas, apalagi sebelum menjadi mualaf, tapi ia tidak menyangka Keyra sudah mengkomsumsi barang haram itu, di saat berusia 16 tahun.Afnan menarik napas dalam, kemudian menutup ponselnya dan di saat bersamaan Keyra sudah ada di depannya.“Kak, kita lanjut ke panti asuhan yuk,” ajak Keyra.“Benar kamu ingin kesana?”“Iya, kenapa?”“Disana hanya ada anak–anak kecil, pasti itu membuatmu bosan.”“Kamu tahu Kak, dulu waktu aku berusia 7 tahun, aku pernah merengek minta adik pada Papi dan Mami, lalu mereka mengajaku ke panti asuan dan melihat beberapa bayi, tapi ketika salah seorang anak kecil disana merebut boneka yang aku bawa, aku membatalkan keinginanku untuk mempunyai adik,” Keyra mengenang itu sambil tertawa kecil.“Kamu tidak suka barangmu diminta oleh orang lain, Key?”“Tentu saja aku tidak suka.”“Bagaimana dengan tiga bulan ke depan, apa kamu