Keyra merebahkan tubuhnya ke ranjang yang berukuran sangat besar, dan berusaha memejamkan matanya, waktu terus berjalan, jarum jam menunjukan pukul sebelas malam, tapi pria yang ditunggunya belum juga datang.
Tak lama kemudian terdengar suara mobil berhenti di halaman vila. Keyra pura-pura tidur, ia merasa malas melihat Afnan, setidaknya untuk malam ini. Walaupun ia kesal, tapi kekesalannya bisa ia luapkan esok hari. Terdengar pintu kamar dibuka pelan, langkah kaki mendekat ke arahnya, lalu tangan Afnan meraih selimut dan menutupi tubuh Keyra sampai sebatas leher, setelah itu Afnan merebahkan tubuhnya di sofa samping ranjang.***kabut tipis masih betah bersemayam di area perkebunan. Setelah melaksanakan salat subuh di moshola perkebunan, Afnan berolah raga ringan, ia biasanya jogging disekitar perkebunan, sambil melihat beberapa karyawan sudah mulai bekerja.Keringat mulai membasahi kening Afnan, Setibanya di vila, Lathisa menyambut dengan senyum hangat.“Gus Afnan, aku sudah siapkan sarapan pagi untukmu.”“Tidak usah repot-repot Thisa, biar Keyra yang menyiapkan.”“Tapi Keyra belum keluar kamar,”tukas Lathisa sedikit kecewa karena Afnan seperti menolak perhatian yang ia berikan.Afnan hanya tersenyum.”Aku akan membangunkannya.”Afnan berjalan menaiki lantai dua, langkah kakinya berhenti didepan kamar, ia sedikit menempelkan telinganya di daun pintu, terdengar suara merdu Keyra tengah bersenandung menyanyikan lagu.Ceklek! “Assalamualaikum Key.”Keyra tidak menghiraukan salam dari Afnan.“Key, menjawab salam hukumnya wajib, jadi jawablah salam,”ucap Afnan lagi.“Kenapa kakak tidak menjawab salam itu, jika kakak menjawabnya, kak Afnan bisa mendapatkan dua pahala sekaligus ‘kan?”Afnan tersenyum. “benar juga kamu key, tapi...aku ingin kamu menjawab salamku supaya kamu mendapatkan pahala juga, kamu ingat ‘kan, perjanjian kita. Kamu harus menurut menjadi istri sesuai keinginanku,”ungkap Afnan.“Keyra berdiri sambil bersedekap, matanya menatap pria didepannya, “Jika kita bercerai, apakah kamu akan mengembalikan 1000 meter yang Papi berikan padamu?”“Tanah itu sudah dihibahkan ke Pondok,tapi jika kamu menginginkan tanah 1000 meter, aku akan berikan separo perkebunan ini, jadi aku akan berikan 3000 meter untukmu, jika kamu memang menginginkannya.”“3000 meter, itu setengah dari perkebunan ini?”mata Keyra membulat sempurna.“Iya,ambilah jika kamu menginginkanya,”jawab Afnan, lalu pria itu masuk ke dalam kamar mandi.Keyra, mengerutkan dahinya. Ia menatap pungung Afnan hingga tubuh atletis itu menghilang di balik pintu. Sekali lagi ia merasa heran dengan sikap pria yang berstatus suami itu. Apa benar dengan janjinya itu, atau hanya kebohongan belaka.Keyra keluar kamar menuju ruang makan, disana sudah ada Lathisa dengan santai menyerutup segelas susu dihadapannya.“Selamat pagi Key?”sapa Lathisa.“Pagi, kamu yang menyiapkan sarapan ini?”“Iya, Gus Afnan sangat suka nasi uduk, jadi mumpung aku disini, aku akan masakan untuknya.”“Huemm...”desah Keyra.Keyra mengambil piring didepannya, kemudian mengisi nasi dan lauk, lalu dengan pelan ia menyuapnya.”Enak, aku belum pernah merasakan nasi uduk seenak ini, benar kata Mbok Ratmi, kamu pandai memasak,”puji Keyra.“kak Afnan, cepatlah kemari, nasi uduk buatan Lathisa, sangat enak,” seru Keyra ketika melihat Afnan menuruni tangga.“Belajar memasak pada Mbok Ratmi Key, aku lebih menyukai masakan istriku,”balas Afnan sambil mengeser kursi di depan Keyra.“Apa harus aku pintar masak?”“Nggak sih, tapi cobalah, pasti menyenangkan bisa memasak untuk anak-anak kita nanti.”Seketika bola mata Keyra membulat, dan itu membuat Afnan tersenyum kecil.Lathisa yang mendengar candaan Afnan hanya tertunduk, ingin rasanya dialah satu-satunya wanita yang akan melahirkan benih dari Afnan.“Kalian tadi malam kemana saja, kenapa pulang malam sekali?”tanya Keyra, menatap bergantian Lathisa dan Afnan.“Mobilku mogok, jadi kami menunggu orang bengkel untuk memperbaiki, masih untung malam –malam mereka mau datang ke lokasi,”jalas Afnan.“Maaf Key, kami membuatmu cemas,”sela Lathisa“Tak masalah, jika pulang sampai pagi pun aku tidak keberatan,”timpal KeyraAfnan menghentikan suapannya, lalu menatap Keyra.”Jangan bilang seperti itu,”tegas Afnan“Iya Key, apa yang dikatakan Gus Afnan benar,”sela Lathisa merasa tidak enak karena suasana makan pagi menjadi tegang.“Gus, aku pamit dulu, nanti malam aku akan datang ke acara syukuran bersama anak pondok lainnya,”pamit Lathisa.“Baiklah, biar sopir perkebunan yang mengantarkan,”“Tidak usah Gus, aku naik angkot saja, Assalamualaikum,”salam Lathisa.“Walaikum salam,” jawab Afnan.Keyra masih fokus pada menu dipiringnya, sambil tersenyum mengiringi kepergian Lathisa.“Jangan perlihatkan hubungan kita yang buruk pada orang lain, Key. Aku paham kamu tersiksa dengan pernikahan ini, hanya 3 bulan saja, bersikaplah menjadi istri yang baik, maka aku akan kabulkan permintaanmu untuk bercerai,”ucap dingin dan pelan Afnan.Keyra terkesiap mendengar ucapan dingin pria di depannya, ia merasakan jika ucapannya tadi sangat menyingung perasaan Afnan.Afnan melangkah masuk ke dalam kamar, setelah menyelesaikan sarapannya, kemudian disusul Keyra, gadis itu merasa menyesal telah berucap yang menyinggung perasaan Afnan, dan ia merasa harus meminta maaf, tapi rasa egonya, menghentikan niatnya.“Kak Afnan marah dengan ucapanku tadi, lagi pula apa yang perlu kita sembunyikan, pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan,”seloroh Keyra.“Sepahit apapun perasanmu, kamu harus menyembunyikannya di hadapan orang,”timpal Afnan. Dengan nada geram.“Kak... aku minta maaf atas ucapanku tadi.”Akhirnya kata maaf terucap juga dari bibir Keyra, walau sedikit berat.“Aku memaafkanmu, aku tahu Key, pernikahan ini pasti sangat berat bagimu, aku juga tidak akan memaksamu untuk terus terikat padaku, 3 bulan, setelah itu terserah kamu,”jelas Afnan.“Ya 3 bulan, aku akan memenuhi permintaan Kak Afnan.”“Sekarang gantilah pakaianmu, Key, hari ini kamu akan ke kampus ‘kan?Aku sudah belikan beberapa baju unukmu,”ajak Afnan.Afnan, meraih beberapa paper bag di dalam lemari, kemudian memberikannya pada Keyra.Keyra meraih paper bag, kemudian ia pun menuruti perkataan Afnan, dengan langkah pelan ia masuk dalam kamar mandi, tidak lama kemudian telihat Keyra keluar.“MasyaAllah cantiknya,” gumam Afnan, menatap Keyra yang terlihat malu.“Apa aku harus memakai baju ini?” “Apa yang salah dengan bajumu?”Keyra masih menatap memindai matanya pada tubuh yang kini mengenakan blouse lengan panjang, dengan bawahan plisket panjang juga.”Aku merasa aneh dengan baju yang aku kenakan.”“Kamu terlihat cantik, cobalah tatap dirimu di cermin itu.”“Sudahlah aku pergi ke kampus baruku,”Keyra meraih tas dan kemudian pergi meninggalkan Afnan yang terlihat tersenyum bahagia.***“Keyra Aninda Dinata, ini benar kamu?”celoteh seorang gadis dengan rambut seleher yang dicat warnai cokelat.“Bukan,aku kembarannya,”sahut Keyra dengan ketus“Ha..ha... gadis itu tertawa sambil memegang perutnya.”“Kenapa kamu berpenampilan seperti ini?”tanya gadis itu lagi.“Ayolah Yulia, apa kamu akan membahas baju yang aku kenakan saat ini , setelah hampir satu tahun kita tidak bertemu?”“Okey, maafkan aku, aku senang kamu pindah ke kampus ini, jadi kita bisa menghabiskan waktu bersama seperti dulu. ““Jangan harap seperti dulu, Kamu tahu ‘kan aku sudah menikah.”“Iya, aku dengar kamu sudah menikah, kanapa mendadak menikah tanpa mengundang teman-temanmu, apa kamu hamil,” bisik Yulia ditelinga Keyra.“Jaga ucapannmu!”“Lalu kenapa menikah di usia muda?”“Ceritanya panjang, perlu waktu lama,” Keyra melihat jam tanganya kemudian berjalan menuju kelas.Dua jam berlalu, setelah mengikuti jam mata kuliah pertama, Keyra bersiap mengikuti siraman rohani yang diadakan di kampus, mereka kini berada di ruang auditorium, semua mahasiswa baru harus menikuti siraman rohani yang diadakan rutin sebulan sekali di kampus.Terlihat situasi auditorium kampus sangat ramai, mahasiswa yang beragama Islam sudah berkumpul. Ini kali pertama bagi Keyra mengikuti siraman rohani, Ia sedikit antusias ingin mendengarkan ceramah.Suasana mendadak hening, ketika beberapa dosen mulai memasuki ruang auditorium. Mata Keyra sekali lagi dibuat terkejut, ketika melihat Afnan berdiri didepan mimbar dan mulai berkata.“Asaalamualaikum,”salam Afnan.“Walaikum salam,”jawab semua mahasiswa serentak.Seperti baisa Afnan akan memimpin doa bersama, kemudian melantunkan ayat suci Al ‘Quran dengan suara merdunya, terdengar sangat mengetarkan jiwa, semuanya terdiam, seakan larut dalam suasana yang hening dan tenang, setelah itu Afnan mulai memberi tausiah selama 30 menit.“Ganteng sekali, penceramah itu, aku jadi meleleh, setiap datang di acara siraman rohani,”gumam Yulia sambil tersenyum, mengagumi sosok Afnan.“Penceramah itu suamiku.”Ucapan Keyra membuat temanya itu membelalakan mata, seakan tak percaya.”Jangan berkhayal kamu Key.”“Aku tidak berkhayal, kamu baru saja mengagumi suamiku,”balas Keyra dengan pongahnya.Yulia hanya mengedikan bahu, masih tidak percaya.Satu Jam berlalu, siraman rohani selesai, para mehasiswa dan dosen mulai meninggalkan ruangan. Tapi Keyra sengaja masih duduk di tempat duduknya seraya menatap kearah Afnan, yang sedang membereskan buku -buku miliknya. Setelah suasana sepi, Keyra berjalan mendekati Afnan.Afnan yang menyadari Keyra yang berjalan ke arahnya, ia menatap Keyra sambil melemparkan senyum, tapi Keyra tidak membalas senyuman Afnan.“Kak Afnan , kamu sekali lagi membuatku terkejut,”ucap datar Keyra tanpa ekpresi.“Maaf Key...”Tiba-tiba Keyra berlari cepat keluar ruangan tanpa menghiraukan pangilan Afnan.“Key..tunggu!” Afnan menghela napas, setelah kehilangan jejak Keyra. Tapi tiba-tiba terdengar kegaduhan di depan kampus, karena penasaran, Afnan pun mencari tahu apa yang sedang terjadi.“Pak , ada apa?”“Ada seoarang gadis yang berlari kencang di jalan, dan ia tertabrak motor, kasihan sekali gadis itu,”jawab security“Seorang gadis apa mengenakan blouse warna navy?”“Sepertinya begitu Pak?”Kaki Afnan mendadak lemas, dengan jantung berdegup kencang, kecemasan tergambar jelas di wajahnya.“Kemana mereka membawanya, Pak ?”“Rumah sakit terdekat yang berada 100 meter dari kampus.”Tanpa berpikir panjang, Afnan segera berjalan ke tempat parkir dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, jantungnya berdetak cepat dan terus merapalkan doa-doa, ia begitu khawatir dengan keadaan Keyra.“Ya Allah, semoga Keyra baik-baik saja,” gumamnya. Sambil fokus menyetir.Afnan terus berdoa dan berzikir selama perjalanan, terlihat dengan jelas pria berwajah tampan itu sangat cemas. Sesampainya di rumah sakit, ia segera menuju loby dan menanyakan keberadaan pasien korban kecelakaan.“Oh pasien korban kecelakaan di depan kampus, ada di ruang IGD.”Segera Afnan menuju ruang IGD, sampai disana terlihat dokter sangat serius, ”Siapa keluarga pasien?”“Saya, Pak,” balas Afnan dengan cemas.“Tanda tangani berkas ini, operasi harus segera dilaksanakan, setelah itu kebagian Administrasi!” pinta dokter.Tanpa berpikir panjang, Afnan menandatangani berkas, karena situasi darurat. Lalu Afnan, p
Pagi buta Afnan sudah bangun dari tidurnya, ia terlihat sibuk di ruang loundry room.“Kak Afnan mencuci baju?” sapa Keyra sambil mengusap netranya memastikan jika suaminya sedang mencuci baju.“Iya.. asisten paruh waktu sedang izin tidak masuk, daripada pakaian menumpuk jadi aku cuci, sekalian punyamu juga aku cuci,”“Ih...dibawa ke loundry ‘kan bisa Kak?”“Sekalian olahraga Key, membakar lemak, nanti setelah ini aku akan mengajakmu olahraga, supaya berkeringat sedikit, mau ya Key,” ajak Afnan menatap penuh arti.“Jangan macam-macam ya Kak, ingat ‘kan, perjanjian kita, jangan sentuh aku selama aku tidak menginginkannya.”Afnan tertawa lebar, ”Keyra Aninda, makanya otaknya jangan traveling, cepatlah ganti baju yang sopan, jangan lupa kerudung, aku tunggu kamu di depan!” suruh Afnan, senyum masih mengantung di bibirnya.Keyra memicingkan matanya, tapi ia menuruti kemauan Afnan, tak selang berapa lama, Keyra sudah memakai baju gamis hijau tosca dan kerudung dengan warna senada, gadis ya
Siang itu Keyra menikmati makan siangnya bersama Afnan, sepasang suami istri itu kini semakin akrab, berbincangan ringan seputar perkebunan, bisnis dan juga agama semakin membuat Keyra nyaman bersama Afnan.“Kak Afnan, kita sudah menikah selama satu bulan, tapi belum pernah sekalipun kakak mengajak aku ke pondok pesantren,” ucap Keyra“Kamu ingin kesana?”“Iya, kapan-kapan ajaklah aku.”“Bagaimana jika akhir pekan ini.”“Okay.”Tanpa mereka sadari sepasang mata nyalang menyaksikan keakraban Afnan dan Keyra, siapa lagi jika bukan Samuel, yang sejak tadi mengikuti Keyra.“Key...Key...ternyata kamu memang berpaling dariku, ingat Key, janjimu harus kamu tepati, dua bulan lagi kamu harus menyerahkan dirimu padaku,” gerutu kesal Samuel.***Akhir pekan tiba, Keyra begitu antusias mengunjungi pondok pesantren dan yayasan panti asuhan milik Afnan, mobil sedan putih milik Keyra melaju sedang menuju sebuah pondok pesantren.Begitu tiba, sejumlah santri sudah menyambut kedatangan mereka, terli
Afnan terkejut, dan sedikit kecewa, melihat kenyataan masa lalu Keyra, ia memang tahu, jika Keyra mempunyai latar belakang kehidupan yang bebas, apalagi sebelum menjadi mualaf, tapi ia tidak menyangka Keyra sudah mengkomsumsi barang haram itu, di saat berusia 16 tahun.Afnan menarik napas dalam, kemudian menutup ponselnya dan di saat bersamaan Keyra sudah ada di depannya.“Kak, kita lanjut ke panti asuhan yuk,” ajak Keyra.“Benar kamu ingin kesana?”“Iya, kenapa?”“Disana hanya ada anak–anak kecil, pasti itu membuatmu bosan.”“Kamu tahu Kak, dulu waktu aku berusia 7 tahun, aku pernah merengek minta adik pada Papi dan Mami, lalu mereka mengajaku ke panti asuan dan melihat beberapa bayi, tapi ketika salah seorang anak kecil disana merebut boneka yang aku bawa, aku membatalkan keinginanku untuk mempunyai adik,” Keyra mengenang itu sambil tertawa kecil.“Kamu tidak suka barangmu diminta oleh orang lain, Key?”“Tentu saja aku tidak suka.”“Bagaimana dengan tiga bulan ke depan, apa kamu
“Memangnya Kak Afnan tidak pernah menjalin persahabatan dengan orang-orang yang bisa disebut menjurus ke hal kriminal?”Afnan menggeleng. ”Sejak kecil aku ada di lingkungan pondok pesantren, dan saat aku usia 19 tahun, aku memperdalam ilmu agama di universitas yang ternama di mesir.”Keyra dalam hati berdecak kagum, adakah orang yang kehidupannya dari kecil hingga dewasa hanya menghabiskan waktunya demi belajar agama?“Dan disaat aku mulai keluar pondok dan belajar di Mesir, aku selalu ingat nasihat Umi, tentang menjalin pertemanan,” jelas Afnan.“Seperti apa?”“Sebagai perumpamaan, berteman dengan penjual minyak wangi akan memberi manfaat padamu, karena kamu akan ikut merasakan bau harum dari minyak wangi itu, tapi jika kamu berteman dengan pande besi, kamu pasti akan terkena percikan dari api itu, pahamkan dengan perumpamaan itu?”Keyra manggut-manggut tanda mengerti. ”Aku paham, jika kita berteman dengan orang baik, kita akan mendapatkan kebaikannya pula, tapi sebaliknya jika kita
Tok!..tok!..“Masuk,” suruh Afnan pada si pengetuk pintu.Pintu pun dibuka pelan, wajah Keyra terlihat sendu, sinar matanya tampak cemas.“Assalamu’alaikum, Key,” sapa Afnan sambil melempar senyum.“Seharusnya aku yang bilang salam dulu ya Kak, sebentar aku ulangi ya..” Keyra tampak canggung, kemudian berucap, ”Assalamu’alaikum, Kak Afnan,” salam Keyra.Afnan tersenyum. ”Waalaikumsalam, silahkan duduk Key”Keyra berjalan pelan, kemudian duduk di sofa depan meja kerja Afnan.“Ini baru jam sebelas.” Afnan sekilas menatap jam yang melingkar di tangannya. “Kamu tidak ke kampus? tidak ke Star Supermarket?” cerca Afnan sembari berjalan ke arah sofa dan duduk di dekat Keyra.“Aku tidak mood mengikuti jam kuliah ataupun kerja, aku ingin bicara dengan Kak Afnan,” mata Keyra memberanikan diri menatap mata Afnan, mata pria yang akhir-akhir ini selalu masuk dalam pikirannya.“Bicaralah, aku siap mendengarkan?”“Hemmm ..” Keyra ragu.“Jika kamu masih ragu, jangan dipaksakan Key.”“Maaf Kak ..aku
“Bagaimana kabar Papi, sehat?” Keyra menanyakan kabar Papinya lewat sambungan video call.“Sehat sayang,” jawab Praja, yang duduk di atas brankar sebuah kamar rumah sakit.“Tapi wajah Papi terlihat pucat, apa perlu Keyra kesana menemani Papi?”“Tidak perlu sayang, bagaimana kabarmu dan Afnan?” Praja balik bertanya pada Keyra.“Kami baik-baik saja, Keyra sekarang betah Pi, tinggal di vila tengah perkebunan.”“Alhamdulillah, Key. Papi harap kamu dan Afnan dapat terus mempertahankan pernikahan yang di awali perjodohan ini.”Keyra terdiam, tapi senyum kecil terbit di bibir ranumnya. Itulah percakapan terakhir Keyra dengan Praja, karena 5 jam setelah itu, rumah sakit tempat Praja dirawat mengabarkan, jika Praja Dinata meninggal dunia karena gagal jantung.Keyra masih menangis sesenggukan di pojok kamar milik sang ayah, kenangan masih terlihat jelas di setiap sudut kamar itu. Tangis Keyra pecah kembali, ia menenggelamkan kepalanya di antara lututnya, hingga sentuhan tangan membuatnya menen
Sekarang ini keyra sudah berada di ruang meeting, ia duduk di kursi yang telah disiapkan, kursi untuk CEO Star Supermarket. Semua staff sudah duduk di kursi.“Dimana Pak Raka, manager keuangan kita?” tanya Keyra ketika mendapati salah satu staff terpenting tidak ada di kursinya.“Pak Raka, sudah resign tiga minggu yang lalu,” ucap devisi HRD.“Resign, dengan alasan apa?”“Pak Raka mengatakan jika ia dan keluarganya akan kembali ke kampung halaman.”Keyra memicingkan matanya, Pak Raka tergolong karyawan yang paling lama, usianya sudah 55 tahun, ini berarti 5 tahun lagi ia pensiun, kenapa tidak menunggu sampai masa purna tiba, bukankah lebih baik seperti itu? ia akan mendapatkan uang pensiun dari perusahaan.”Semua terdiam, memang sangat di sayangkan kenapa Pak Raka resign dengan alasan yang begitu tidak bisa diterima.“Lalu siapa yang bertangung jawab setelah Pak Raka resign, belum ada penggantinya ‘kan?”“Aku yang bertanggung jawab,” sahut Samuel, dengan tegas.”Dan ini laporan keuan
Pengakuan Samuel, membuat Keyra saat ini berstatus terdakwa, hukuman minimal 5 tahun akan menantinya.Afnan menatap Keyra yang duduk di depannya dengan tertunduk, semakin hari wajah Keyra terlihat pucat.“Kamu sakit?”“Tidak, aku baik-baik saja, bagaimana kabar anak-anak?”“Untuk sementara aku melarangnya sekolah, dan melihat televisi, mereka belum tahu keadannu Key,” jawab Afnan.“Maafkan aku, Kak Afnan.”“Kenapa kamu lakukan itu, aku sudah bilang jangan bertindak apapun biar aku yang menangani Samuel jika ia berulah.”“Maaf,” jawab Keyra datar.Di tempat lain Raka berada di rumah Keyra tanpa sepengetahuan Afnan, Raka berbicara dengan Zahra.“Hai Zahra, kenalkan aku teman Bundamu,” sapa Raka.Zahra ketakutan, ia sempat menolak kehadiran Raka, tapi ketika mengatakan jika ia tahu kejadian sebenarnya diroop tof akhirnya bocah itu terdiam.“Ini punyamu ‘kan?” Raka menunjukkan jepit rambut.Zahra mengangguk. ”Kamu bisa berjalan?”Zahra menggeleng, ia ingat jika Keyra menyuruhnya tetap lu
menghalaunya.“Tidak bisa Keyra, kesabaranku menantikanmu telah habis, sudah aku beri kamu waktu satu tahun, ternyata ancamanku kamu abaikan, dan saat ini lihatlah kehancuranmu di mata Zahra, putri kandungmu, gadis itu akan merekam perbuatan bundanya yang menjijikan,” sarkas Samuel.“Zahra buang benda itu!” Keyra terus menyuruh Zahra untuk membuang ponsel, tapi Zahra seakan sudah termakan omongan Samuel. Samuel membawa Keyra ke sudut rooptof, dan menekannya, disaat itulah Zahra sadar jika Bundanya dalam bahaya. Tapi kursi rodanya tidak mau bergerak, entah apa yang dilakukan Samuel, hingga membuat kursi roda itu macet.“Lihat Key, Zahra akan melihat semuanya begitu aku mengirim video ini,” Samuel berkata sinis.“Sam, lepaskan!”Keyra berusaha melepaskan diri dari dari cengkraman tangan Samuel. Dan berusaha merebut ponsel Samuel.Terjadi pergaulatan antara Keyar dan Samuel, memperebutkan ponsel di tangan Samuel, mereka berada di pinggiran rooptof yang hanya sebatas pinggang.“Bunda,
“Untuk Zahra, kita jalan-jalannya memakai kursi roda, ya,” suruh perawat, dan meraih kursi roda di sudut kamar.“Tidak mau, Zahra bosan, Zahra ingin jalan saja,” sahut Zahra ia terus mencoba turun, tapi ia merasakan ada yang aneh dengan kedua kakinya.“Bunda, kenapa kaki Zahra?”Keyra menatap sendu. ”Zahra, dengar sayang, kaki Zahra sakit dan perlu beberapa waktu untuk bisa sembuh. ”Keyra berusaha tersenyum seraya menjelaskan keadaan Zahra sekarang.“Tapi kak Sean, sudah bisa jalan Bunda, kenapa Zahra belum bisa?” Bocah itu terus mencerca pertanyaan, wajahnya seakan protes dengan kondisi yang sedang dihadapi.Keyra memeluk putri kecilnya yang mulai terisak, karena menyadari jika kedua kakinya melemah.“Bunda akan bersama Zahra, Bunda dan Abi serta Kak Sean, akan membatu Zahra menghadapi ujian ini, kita bersama-sama menghadapinya.”Sean, terlihat mendekat, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, lalu menetes, Sean menyadari jika pengorbanan Zahra justru berakibat buruk bagi Zahra.
Beberapa minggu berlalu Zahra dan Sean, menjalani serangkaian pemeriksaan. Dan sudah dijadwalkan operasi untuk mereka berdua. Keyra dan Afnan mengadakan doa bersama untuk kelancaran operasi kedua buah hatinya.Di pondok pesantren juga di adakan doa bersama yang dipimpin Kyai Damarjati. Dukungan doa dari para pekerja dan karyawan, turun bersimpati atas ujian yang dihadapi Afnan dan Keyra.Dan saat ini Afnan, Keyra dan Bu Azizah, Safira dan Prambudi berada di ruang tunggu operasi. Hampir lima jam pintu operasi tertutup rapat, Keyra dan Afnan sejak tadi berpegangan tangan saling menguatkan.Tujuh jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi dibuka, seorang dokter keluar, lalu meminta Afnan dan Keyra untuk berbicara. Mereka menuju ruang dokter, Keyra cemas menunggu informasi dari dokter.“Silahkan duduk Bapak Afnan dan Ibu Keyra,” suruh dokter.“Terima kasih dokter,” sahut Afnan.Lalu Afnan dan Keyra duduk dan menunggu dokter menjelaskan keadaan Sean dan Zahra.“Operasi donor sumsum tulang b
Afnan tahu Keyra tidak bercanda, tatapan beralih penuh menatap ke arah Sean, pucat dan tampak lelah, jantung Afnan mulai berdetak nyeri, hingga tak tak terasa air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, sementara di seberang ponsel, Keyra masih terisak.“Aku dan Sean akan kembali, tunggulah Key,” Afnan menutup ponsel, ia keluar dari dalam mobil dan meluapkan tangisannya diluar. Hingga panggilan membuatnya menghapus air matanya.“Abi...”“Iya Sean, Abi istirahat sebentar,” jawab Afnan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil.“Rumah Nenek Azizah masih lama ‘kan Bi?”“Kita kembali ke Jakarta, kita kembali ke Bunda dan Zahra.”“Benarkah, Abi akan bawa Sean, kembali ke rumah, kita berkumpul lagi bersama Bunda dan Zahra.” Sean bahagia, saking senangnya ia memeluk Abinya dan mencium pipinya berkali-kali.“Terima kasih Abi, Sean janji mulai sekarang tidak bandel, ngalah sama Zahra, dan nurut sama Bunda dan Abi,” cerocos bocah berusia enam tahun itu.Afnan meraup wajah Sean. ”Kita semua sayang
Keyra duduk di tepi ranjang, ia mulai terisak air mata yang ditahannya waktu dibawah, kini lolos membasahi pipinya. Kenapa semua orang menyudutkannya, dan tidak disangka suaminya setuju untuk menyerahkan hak asuh Sean, pada Bu Azizah.Afnan mendekati Keyra, kemudian duduk di sebelahnya, sesaat hening, hanya tangisan Keyra yang masih terdengar, lalu perlahan Afnan membuka suara.“Keyra, aku tahu ini berat bagimu, bagiku juga.”“Berat? Lalu kenapa jika Kak Afnan berat, kenapa setuju memenuhi permintaan Bu Azizah ada apa kak?” Keyra menguncang lengan Afnan meminta penjelasan.“Ini juga kemauan Kakek Damar, kamu tahu sendiri jika sudah menyangkut permintaan Kakek, aku sulit untuk membantahnya, apalagi kesehatan Kakek menurun, aku juga mengkhawatirkan kesehatannya, Key.”“Apa ini semua karena kecelakaan Sean, kenapa satu kesalahanku dijadikan alasan untuk menjauhkanku dari Sean, apa kalian tidak melihat enam tahun ini bagaimana aku menyanyangi Sean.” Keyra mencoba membuka hati Afnan, sup
Samuel tertawa melihat berita kecelakaan di depan sekolah bertaraf internasional, tiba-tiba pintu apartemen dibuka kasar.“Elsa, bisa ‘kan lebih sopan sedikit!” gertak Samuel seraya mematikan televisi.“Kecelakaaan itu ulahmu ‘kan Sam?” tanya Elsa geram.“Aku tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu, jika ada hubungannya, pastilah aku sudah tertangkap, pengemudi mobil itu sudah menyerahkan diri ke kantor polisi,” jawab Samuel santai.Elsa menghela napas lega, lalu duduk di kursi. ”Aku sudah mencetak undangan pernikahan kita, jadi mulai sekarang seriuslah dalam menjalani hidup, kita fokus pada bisnis property.”“Kenapa buru-buru Elsa, aku baru saja menikmati kebebasanku dari penjara, dan kini kamu akan memenjarakan aku dalam pernikahan.”“Jadi maksudmu, kamu belum siap untuk menikah?”“Tunggulah, satu atau dua tahun lagi Elsa.”“Haah dasar pecundang!” umpat Elsa.Elsa bersungut, ia keluar dari apartemen Samuel setelah meletakan undangan pernikahan.“Dasar wanita, apa dia pikir dia
Keyra melajukan mobilnya menuju rumah, setelah memasuki gerbang ia memarkirkan mobilnya, terlihat mobil Afnan juga sudah terparkir, dan terdengar dari arah depan, Afnan sedang bercanda dan bermain dengan Sean dan Zahra, ketiganya tertawa.“Assalamu’alaikum,”salam Keyra.“Waalaikumsalam,” jawab ketiganya, lalu Sean dan Zahra menghambur memeluk Keyra.”Bunda,” ucap keduannya.“Kalian bermain dulu ya, tapi ingat jangan keluar pagar,” pinta Keyra pada kedua anaknya.Keyra mencium satu persatu Sean dan Zahra, lalu menatap Afnan. ”Tumben Kak pulang sore?”“Iya Key, ada sesuatu yang aku khawatirkan, dan aku teringat pada Sean dan Zahra.”“Apa karena Samuel?”“Kamu tahu Key, dia telah bebas.” Keyra dan Afnan berbicara sambil melangkah menaiki tangga.“Sam, menemuiku tadi siang, ah aku cemas jika ia keluar dari penjara, aku masih teringat apa yang dilakukan Amara, bagaimana jika Sam, berbuat sama, balas dendam pada kita, aku saat ini mencemaskan Sean dan Zahra,” ungkap Keyra.“Sama Key, aku j
Hari-hari terus berjalan, baik Keyra dan Afnan di sibukan dengan mengasuh dan mendidik Sean dan Zahra, selain itu pekerjaan juga menguras aktivitas keduanya, tapi Keyra sangat berkomitmen bahwa keluarganya adalah yang terpenting.Pertengkaran Sean dan Zahra kadang membuat Keyra bingung, Sean sebagai anak laki-laki dan usianya lebih tua, kadang memilki sifat egois yang besar, tidak mau kalah, dan permintaannya harus dituruti.Seperti sore itu, sepulang dari Rumah Sakit Praja Hospitaly, terlihat Sean sedang bersitegang dengan Zahra, dan mereka memperebutkan sebuah skyboard, terlihat keduanya sedang bermain di halaman samping.“Kak Sean, kembalikan punyaku, Kakak ambil punya Kakak sendiri,” rengek Zahra.Tarik menarikipun terjadi, tangan mereka saling kuat menarik. ”Kakak pinjam Zahra,” sarkas Sean, semakin kuat menarik.Tiba-tiba Sean melepas, hal hasil Zahra terjengkang dan terpelanting jatuh, melihat hal itu Sean tertawa.“Sean, minta maaf pada Zahra,” suruh Keyra yang melihat kejadia