“Bagaimana kabar Papi, sehat?” Keyra menanyakan kabar Papinya lewat sambungan video call.“Sehat sayang,” jawab Praja, yang duduk di atas brankar sebuah kamar rumah sakit.“Tapi wajah Papi terlihat pucat, apa perlu Keyra kesana menemani Papi?”“Tidak perlu sayang, bagaimana kabarmu dan Afnan?” Praja balik bertanya pada Keyra.“Kami baik-baik saja, Keyra sekarang betah Pi, tinggal di vila tengah perkebunan.”“Alhamdulillah, Key. Papi harap kamu dan Afnan dapat terus mempertahankan pernikahan yang di awali perjodohan ini.”Keyra terdiam, tapi senyum kecil terbit di bibir ranumnya. Itulah percakapan terakhir Keyra dengan Praja, karena 5 jam setelah itu, rumah sakit tempat Praja dirawat mengabarkan, jika Praja Dinata meninggal dunia karena gagal jantung.Keyra masih menangis sesenggukan di pojok kamar milik sang ayah, kenangan masih terlihat jelas di setiap sudut kamar itu. Tangis Keyra pecah kembali, ia menenggelamkan kepalanya di antara lututnya, hingga sentuhan tangan membuatnya menen
Sekarang ini keyra sudah berada di ruang meeting, ia duduk di kursi yang telah disiapkan, kursi untuk CEO Star Supermarket. Semua staff sudah duduk di kursi.“Dimana Pak Raka, manager keuangan kita?” tanya Keyra ketika mendapati salah satu staff terpenting tidak ada di kursinya.“Pak Raka, sudah resign tiga minggu yang lalu,” ucap devisi HRD.“Resign, dengan alasan apa?”“Pak Raka mengatakan jika ia dan keluarganya akan kembali ke kampung halaman.”Keyra memicingkan matanya, Pak Raka tergolong karyawan yang paling lama, usianya sudah 55 tahun, ini berarti 5 tahun lagi ia pensiun, kenapa tidak menunggu sampai masa purna tiba, bukankah lebih baik seperti itu? ia akan mendapatkan uang pensiun dari perusahaan.”Semua terdiam, memang sangat di sayangkan kenapa Pak Raka resign dengan alasan yang begitu tidak bisa diterima.“Lalu siapa yang bertangung jawab setelah Pak Raka resign, belum ada penggantinya ‘kan?”“Aku yang bertanggung jawab,” sahut Samuel, dengan tegas.”Dan ini laporan keuan
Afnan meraih ponsel, dari saku celananya, kemudian tampak serius berbicara dengan seseorang di seberang ponsel.“Assalamu’alaikum Pak, Aku ingin, pembanguan proyek pabrik di batalkan, aku membutuhkan dana untuk Star Supermarket, milik istriku.”Afnan menutup ponselnya, dan bernapas lega, rasanya bahagia bisa membuat Keyra bahagia.***Sayup-sayup adzan subuh terdengar, Afnan, perlahan bangkit dari tidurnya, dengan segera ia mengambil wudhu, setelahnya ia melaksanakan shalat, beberapa menit kemudian setelah shalat, Afnan memanjatkan doa pada Sang Maha Pencipta. “Rabbana hab lana min azwajina wa dzurrriyatina qurrata a’yun, waja’alna lil muttaqina imama.”“Anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati dan jadikanlah kami imam {pemimpim} bagi orang–orang yang bertaqwa.”Keyra diam-diam mendengar doa yang dipanjatkan oleh suaminya di akhir shalatnya, titik embun menetes di kedua sudut netranya, ia teringat dengan tuduhan Samuel terhadap papinya, bahw
Tiga bulan sudah Keyra dan Afnan menjalani pernikahan yang belum sempurna itu. Siang itu Keyra berada di ruang kerjanya, gadis berusia 20 tahun itu terlihat sibuk di depan laptopnya, angka-angka yang tertera dalam laporan keuangan cukup membuat kepalanya pening. tiba-tiba tanpa mengetuk pintu, Samuel masuk.“Selamat siang Key,” sapa Samuel sambil menutup dan mengunci pintu.“Ketuklah pintu sebelum masuk, dimana adab sopan santunmu,” cicit Keyra.“Jadi sekarang kamu sudah menganggapku pegawai biasa, aku sudah tidak spesial lagi?”“Sam...selain kita rekan kerja, kita tetap berteman, tapi maaf, cara bertemanku denganmu berbeda dengan yang dulu.”“Hah teman? Key, aku selalu menghitung hari demi hari, dan ini sudah 3 bulan pernikahanmu dengan Afnan.” Samuel mendekat ke wajah Keyra, dengan tatapan sinis.”Kamu masih ingat ‘kan, janjimu padaku, aku harap kamu masih mengingatnya!” gertak Samuel dengan kedua tangan mengepal dan di pukulkan di atas meja. Keyra memundurkan kursinya dan menjauh
Keyra dan Afnan baru saja selesai salat subuh berjamah di moshola perkebunan, lalu keduanya berjalan-jalan menikmati sejuknya pagi, berbincangan ringan mewarnai keakraban keduanya, kini Keyra semakin terlihat nyaman dan bahagia bersama Afnan.“Kak Afnan, aku bermaksud memberikan tanah Papi Praja yang 4000 meter untuk Kak Afnan, sebagai ganti uang Kak Afnan, untuk membayar hutang Papi,” ujar Keyra.“Nggak usah Key, kita ‘kan suami istri, sudah kewajibanku untuk menolongmu.”“Tidak Kak, aku dengar Kak Afnan membatalkan pembangunan pabrik minuman kemasan demi mempertahankan Star Supermarket,” timpal Keyra.Afnan berbalik, dan memegang bahu Keyra. ”Bukan membatalkan Key, tapi menunda, nanti jika keadaan Star Supermarket membaik, dan dana kita cukup, pasti, aku akan fokus pada pembangunan pabrik.”“Bagaimana aku akan membalas kebaikan Kak Afnan?”“Key, jadilah istri sepenuhnya, lupakan tentang kesepakatan yang telah kita buat, kamu istriku, bukan tawananku, mau ‘kan Keyra?”Keyra tampak
“Ada masalah apa?” tanya Keyra“Satu bulan yang lalu ada seseorang yang menghibahkan tanahnya kepada panti asuhan, tapi kata pengacara ternyata tanah itu sudah dibeli oleh pengembang dan kami tidak berhak menggunakannya.”“Kenapa bisa begitu, berarti ada dua sertifikat dong?”“Nah itu, Lathisa memintaku untuk mengecek keaslian sertifikat yang diberikan oleh donatur panti. Maaf ya Key, besok aku harus ke Bandung, jadi liburan kita cuma semalam.” Afnan menatap penuh bersalah pada Keyra.“Tidak apa-apa Kak, urusan panti asuhan lebih penting ‘kan, dari sekedar liburan.” Keyra berucap sambil menyembunyikan rasa kecemburuannya.Keyra kadang mengerutuki dirinya sendiri, ia terlalu posesif dengan kedekatan Lathisa dan Afnan, padahal ia sendiri mempunyai masa lalu yang sungguh memalukan, apalagi jika mengingat video ciuman itu, sungguh tidak pantas rasanya ia cemburu pada Afnan dan Lathisa yang jelas-jelas tidak punya hubungan apa-apa dan mereka berdua tahu batasannya.“Key..” sapa Afnan mem
Tangan kekar milik Afnan masih memeluk tubuh Keyra, hingga suara azan subuh membangunkan keduanya, Afnan mengecup kening Keyra lalu berbisik lembut di telinga istrinya yang masih sangat lelap itu.“Key, bangun kita salat subuh berjamaah.”Keyra mengeliat dengan mata mengerjap-ngerjab, tubuh polosnya masih tertutup selimut tebal, kini wajahnya memerah menahan malu, mengingat kejadian semalam.“Oh sebentar Kak, aku mandi dulu.” Keyra bergegas bangkit dan berlari kecil ke kamar mandi membuat Afnan tersenyum.Kini keduanya telah membersikan diri dan mengenakan baju yang bersih dan rapi bersiap melaksanakan salat subuh.Keyra dengan hikmat mengikuti gerakan salat yang dilakukan Afnan, selesai salat, Afnan selalu melantunkan ayat suci dengan hikmat.Keyra hanya mendengarkan suara merdu nan sahdu milik Afnan, tanpa tahu artinya, tapi merasakan kesejukan dalam hatinya, ketika ayat demi ayat dibacakan, kembali rasa kagum hadir di hati Keyra, suami tampannya bukan hanya lihai mengurusi perke
Keyra sangat sedih, mendengar penuturan Gus Rafif. Keyra pergi menjauh dari kantor Gus Rafif, langkah kakinya terus menyusuri jalan setapak pondok, hingga tanpa disadari ia sampai di sebuah danau buatan kecil yang sangat memukau, disana tampak beberapa santri putri duduk berkelompok, sedangkan di ujung lainnya santri laki-laki juga duduk berkelompok, sambil membawa perlengkapan alat tulis.Keyra memilih tempat yang agak sepi, di bawah sebuah pohon rindang, ia pun duduk di rerumputan hijau. Keyra duduk termangu menatap nanar warna emerald danau, sunguh tempat yang nyaman untuk lari dari berbagai masalah yang menghimpitnya.Hampir satu jam Keyra masih betah duduk bersandar di pohon, sambil sesekali menyeka titik embun yang sudut netranya, kerudung warna hitam terlepas dari kepalanya tersapu buaian angin lembut.Tiba-tiba sebuah tangan membetulkan kerudungnya.“Ternyata kamu disini,” ucap Afnan, seraya membetulkan kerudung Keyra, lalu duduk di samping Keyra.“Kak Afnan..”“Kata Anisa ka