Tiga bulan sudah Keyra dan Afnan menjalani pernikahan yang belum sempurna itu. Siang itu Keyra berada di ruang kerjanya, gadis berusia 20 tahun itu terlihat sibuk di depan laptopnya, angka-angka yang tertera dalam laporan keuangan cukup membuat kepalanya pening. tiba-tiba tanpa mengetuk pintu, Samuel masuk.“Selamat siang Key,” sapa Samuel sambil menutup dan mengunci pintu.“Ketuklah pintu sebelum masuk, dimana adab sopan santunmu,” cicit Keyra.“Jadi sekarang kamu sudah menganggapku pegawai biasa, aku sudah tidak spesial lagi?”“Sam...selain kita rekan kerja, kita tetap berteman, tapi maaf, cara bertemanku denganmu berbeda dengan yang dulu.”“Hah teman? Key, aku selalu menghitung hari demi hari, dan ini sudah 3 bulan pernikahanmu dengan Afnan.” Samuel mendekat ke wajah Keyra, dengan tatapan sinis.”Kamu masih ingat ‘kan, janjimu padaku, aku harap kamu masih mengingatnya!” gertak Samuel dengan kedua tangan mengepal dan di pukulkan di atas meja. Keyra memundurkan kursinya dan menjauh
Keyra dan Afnan baru saja selesai salat subuh berjamah di moshola perkebunan, lalu keduanya berjalan-jalan menikmati sejuknya pagi, berbincangan ringan mewarnai keakraban keduanya, kini Keyra semakin terlihat nyaman dan bahagia bersama Afnan.“Kak Afnan, aku bermaksud memberikan tanah Papi Praja yang 4000 meter untuk Kak Afnan, sebagai ganti uang Kak Afnan, untuk membayar hutang Papi,” ujar Keyra.“Nggak usah Key, kita ‘kan suami istri, sudah kewajibanku untuk menolongmu.”“Tidak Kak, aku dengar Kak Afnan membatalkan pembangunan pabrik minuman kemasan demi mempertahankan Star Supermarket,” timpal Keyra.Afnan berbalik, dan memegang bahu Keyra. ”Bukan membatalkan Key, tapi menunda, nanti jika keadaan Star Supermarket membaik, dan dana kita cukup, pasti, aku akan fokus pada pembangunan pabrik.”“Bagaimana aku akan membalas kebaikan Kak Afnan?”“Key, jadilah istri sepenuhnya, lupakan tentang kesepakatan yang telah kita buat, kamu istriku, bukan tawananku, mau ‘kan Keyra?”Keyra tampak
“Ada masalah apa?” tanya Keyra“Satu bulan yang lalu ada seseorang yang menghibahkan tanahnya kepada panti asuhan, tapi kata pengacara ternyata tanah itu sudah dibeli oleh pengembang dan kami tidak berhak menggunakannya.”“Kenapa bisa begitu, berarti ada dua sertifikat dong?”“Nah itu, Lathisa memintaku untuk mengecek keaslian sertifikat yang diberikan oleh donatur panti. Maaf ya Key, besok aku harus ke Bandung, jadi liburan kita cuma semalam.” Afnan menatap penuh bersalah pada Keyra.“Tidak apa-apa Kak, urusan panti asuhan lebih penting ‘kan, dari sekedar liburan.” Keyra berucap sambil menyembunyikan rasa kecemburuannya.Keyra kadang mengerutuki dirinya sendiri, ia terlalu posesif dengan kedekatan Lathisa dan Afnan, padahal ia sendiri mempunyai masa lalu yang sungguh memalukan, apalagi jika mengingat video ciuman itu, sungguh tidak pantas rasanya ia cemburu pada Afnan dan Lathisa yang jelas-jelas tidak punya hubungan apa-apa dan mereka berdua tahu batasannya.“Key..” sapa Afnan mem
Tangan kekar milik Afnan masih memeluk tubuh Keyra, hingga suara azan subuh membangunkan keduanya, Afnan mengecup kening Keyra lalu berbisik lembut di telinga istrinya yang masih sangat lelap itu.“Key, bangun kita salat subuh berjamaah.”Keyra mengeliat dengan mata mengerjap-ngerjab, tubuh polosnya masih tertutup selimut tebal, kini wajahnya memerah menahan malu, mengingat kejadian semalam.“Oh sebentar Kak, aku mandi dulu.” Keyra bergegas bangkit dan berlari kecil ke kamar mandi membuat Afnan tersenyum.Kini keduanya telah membersikan diri dan mengenakan baju yang bersih dan rapi bersiap melaksanakan salat subuh.Keyra dengan hikmat mengikuti gerakan salat yang dilakukan Afnan, selesai salat, Afnan selalu melantunkan ayat suci dengan hikmat.Keyra hanya mendengarkan suara merdu nan sahdu milik Afnan, tanpa tahu artinya, tapi merasakan kesejukan dalam hatinya, ketika ayat demi ayat dibacakan, kembali rasa kagum hadir di hati Keyra, suami tampannya bukan hanya lihai mengurusi perke
Keyra sangat sedih, mendengar penuturan Gus Rafif. Keyra pergi menjauh dari kantor Gus Rafif, langkah kakinya terus menyusuri jalan setapak pondok, hingga tanpa disadari ia sampai di sebuah danau buatan kecil yang sangat memukau, disana tampak beberapa santri putri duduk berkelompok, sedangkan di ujung lainnya santri laki-laki juga duduk berkelompok, sambil membawa perlengkapan alat tulis.Keyra memilih tempat yang agak sepi, di bawah sebuah pohon rindang, ia pun duduk di rerumputan hijau. Keyra duduk termangu menatap nanar warna emerald danau, sunguh tempat yang nyaman untuk lari dari berbagai masalah yang menghimpitnya.Hampir satu jam Keyra masih betah duduk bersandar di pohon, sambil sesekali menyeka titik embun yang sudut netranya, kerudung warna hitam terlepas dari kepalanya tersapu buaian angin lembut.Tiba-tiba sebuah tangan membetulkan kerudungnya.“Ternyata kamu disini,” ucap Afnan, seraya membetulkan kerudung Keyra, lalu duduk di samping Keyra.“Kak Afnan..”“Kata Anisa ka
Afnan menarik napas kesal, kedua telapak tangannya mengepal dengan tatapan tajam, seperti sebilah pedang yang siap dihujamkan di tubuh lawannya.“Jangan bawa masalah pribadi dalam bisnis Pak Samuel, ini antara aku dan kamu, antara Panti Asuhan Amanah dan Samuel construction. Keyra tidak ada hubungannya dengan ini,” tegas Afnan, diiringi dengan bangkit berdiri kedua telapak tangannya yang mengepal bertumpu pada meja kerja.Samuel tak mau kalah, ia pun berdiri dengan posisi sama seperti Afnan.”Tapi sayangnya, aku senang mencampur adukan masalah pribadi dan bisnis, Pak Afnan,” sarkas Samuel.Kedua mata pria itu saling menusuk, seperti dua belah pedang yang siap bertarung.“Jika kamu tidak setuju, dengan kesepakatan yang aku berikan, silahkan pergi dari kantorku, dan bongkar bangunanmu di lahan milikku dalam waktu 3 hari ini,” ancam Samuel.Tanpa berkata apapun Afnan pergi dengan membawa amarah. Selama berkelut di dalam organisasi maupun bisnis, Afnan sama sekali tidak pernah menemui o
Keyra sebenarnya merasa mual, melihat dua orang yang sangat dikenal, melakukan berbuatan hina seperti itu, tapi ini tidak disia-siakan oleh Keyra, sekitar dua menit, ia berhasil merekam aksi syur mereka. “Keyra!”Teriakan Elsa membuat Keyra terkejut, lalu dengan segera ia berlari keluar, Elsa berusaha mengejar Keyra, tapi karena ia bertelanjang, Elsa pun tak berani keluar pintu.“Ayo kejar aku,” tantang Keyra yang sudah berdiri di luar pintu dengan senyum sinis.Keyra segera berlari ketika terlihat Samuel, sudah keluar kamar dan siap mengejarnya. Terjadilah kejar-kejaran antara Keyra dan Samuel, di sepanjang lorong apartemen.Keyra semakin terkejar oleh Samuel, ketika akan memasuki lift, ditariknya kasar tangan Keyra.“Sam, lepaskan, ada cctv kamu tidak bisa berbuat semaumu,” gertak Keyra.“Kurang ajar kamu merekamku, berikan ponselmu!” bentak Samuel, lebih keras mencengkram lengan Keyra.“Kamu yang kurang ajar, tapi aku senang dengan begitu aku tahu, jika cinta yang kamu banggakan i
Afnan dan Keyra sudah ada di dalam kamar, entah mengapa dari tadi perasaan Keyra menjadi sensitif sejak bertemu dengan Amara.“Kak Afnan, ceritakan padaku, bagaimana bisa Kak Afnan berteman dengan Amara, karena menurut pengamatanku, Amara tidak satu kampus ‘kan dengan Kakak?” pertanyaan Keyra mirip dengan seorang polisi yang melakukan interograsi pada tersangka kejahatan.Afnan menghempaskan pantatnya sambil melepas kancing kemejanya, “Duduklah Key, lebih enak, jika bicara sambil duduk,” pinta Afnan, menarik tangan isrtinya supaya duduk di sampingnya.Keyra menatap penuh selidik, kini matanya beralih pada tubuh Afnan.“Aku mengenal Amara, waktu di Mesir. Saat itu Amar mencoba melompat dari atas gedung, ia tidak tahu kalau aku berada di atas gedung itu, ia frustasi dengan pacarnya waktu itu, hingga mencoba mengakhiri hidupnya, untunglah aku bisa menggagalkan rencananya, dan saat itu juga ia memutuskan menjadi mualaf, dan sering bertanya tentang agama padaku.”“Tapi Kak, jika dilihat