Sekarang ini keyra sudah berada di ruang meeting, ia duduk di kursi yang telah disiapkan, kursi untuk CEO Star Supermarket. Semua staff sudah duduk di kursi.“Dimana Pak Raka, manager keuangan kita?” tanya Keyra ketika mendapati salah satu staff terpenting tidak ada di kursinya.“Pak Raka, sudah resign tiga minggu yang lalu,” ucap devisi HRD.“Resign, dengan alasan apa?”“Pak Raka mengatakan jika ia dan keluarganya akan kembali ke kampung halaman.”Keyra memicingkan matanya, Pak Raka tergolong karyawan yang paling lama, usianya sudah 55 tahun, ini berarti 5 tahun lagi ia pensiun, kenapa tidak menunggu sampai masa purna tiba, bukankah lebih baik seperti itu? ia akan mendapatkan uang pensiun dari perusahaan.”Semua terdiam, memang sangat di sayangkan kenapa Pak Raka resign dengan alasan yang begitu tidak bisa diterima.“Lalu siapa yang bertangung jawab setelah Pak Raka resign, belum ada penggantinya ‘kan?”“Aku yang bertanggung jawab,” sahut Samuel, dengan tegas.”Dan ini laporan keuan
Afnan meraih ponsel, dari saku celananya, kemudian tampak serius berbicara dengan seseorang di seberang ponsel.“Assalamu’alaikum Pak, Aku ingin, pembanguan proyek pabrik di batalkan, aku membutuhkan dana untuk Star Supermarket, milik istriku.”Afnan menutup ponselnya, dan bernapas lega, rasanya bahagia bisa membuat Keyra bahagia.***Sayup-sayup adzan subuh terdengar, Afnan, perlahan bangkit dari tidurnya, dengan segera ia mengambil wudhu, setelahnya ia melaksanakan shalat, beberapa menit kemudian setelah shalat, Afnan memanjatkan doa pada Sang Maha Pencipta. “Rabbana hab lana min azwajina wa dzurrriyatina qurrata a’yun, waja’alna lil muttaqina imama.”“Anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati dan jadikanlah kami imam {pemimpim} bagi orang–orang yang bertaqwa.”Keyra diam-diam mendengar doa yang dipanjatkan oleh suaminya di akhir shalatnya, titik embun menetes di kedua sudut netranya, ia teringat dengan tuduhan Samuel terhadap papinya, bahw
Tiga bulan sudah Keyra dan Afnan menjalani pernikahan yang belum sempurna itu. Siang itu Keyra berada di ruang kerjanya, gadis berusia 20 tahun itu terlihat sibuk di depan laptopnya, angka-angka yang tertera dalam laporan keuangan cukup membuat kepalanya pening. tiba-tiba tanpa mengetuk pintu, Samuel masuk.“Selamat siang Key,” sapa Samuel sambil menutup dan mengunci pintu.“Ketuklah pintu sebelum masuk, dimana adab sopan santunmu,” cicit Keyra.“Jadi sekarang kamu sudah menganggapku pegawai biasa, aku sudah tidak spesial lagi?”“Sam...selain kita rekan kerja, kita tetap berteman, tapi maaf, cara bertemanku denganmu berbeda dengan yang dulu.”“Hah teman? Key, aku selalu menghitung hari demi hari, dan ini sudah 3 bulan pernikahanmu dengan Afnan.” Samuel mendekat ke wajah Keyra, dengan tatapan sinis.”Kamu masih ingat ‘kan, janjimu padaku, aku harap kamu masih mengingatnya!” gertak Samuel dengan kedua tangan mengepal dan di pukulkan di atas meja. Keyra memundurkan kursinya dan menjauh
Keyra dan Afnan baru saja selesai salat subuh berjamah di moshola perkebunan, lalu keduanya berjalan-jalan menikmati sejuknya pagi, berbincangan ringan mewarnai keakraban keduanya, kini Keyra semakin terlihat nyaman dan bahagia bersama Afnan.“Kak Afnan, aku bermaksud memberikan tanah Papi Praja yang 4000 meter untuk Kak Afnan, sebagai ganti uang Kak Afnan, untuk membayar hutang Papi,” ujar Keyra.“Nggak usah Key, kita ‘kan suami istri, sudah kewajibanku untuk menolongmu.”“Tidak Kak, aku dengar Kak Afnan membatalkan pembangunan pabrik minuman kemasan demi mempertahankan Star Supermarket,” timpal Keyra.Afnan berbalik, dan memegang bahu Keyra. ”Bukan membatalkan Key, tapi menunda, nanti jika keadaan Star Supermarket membaik, dan dana kita cukup, pasti, aku akan fokus pada pembangunan pabrik.”“Bagaimana aku akan membalas kebaikan Kak Afnan?”“Key, jadilah istri sepenuhnya, lupakan tentang kesepakatan yang telah kita buat, kamu istriku, bukan tawananku, mau ‘kan Keyra?”Keyra tampak
“Ada masalah apa?” tanya Keyra“Satu bulan yang lalu ada seseorang yang menghibahkan tanahnya kepada panti asuhan, tapi kata pengacara ternyata tanah itu sudah dibeli oleh pengembang dan kami tidak berhak menggunakannya.”“Kenapa bisa begitu, berarti ada dua sertifikat dong?”“Nah itu, Lathisa memintaku untuk mengecek keaslian sertifikat yang diberikan oleh donatur panti. Maaf ya Key, besok aku harus ke Bandung, jadi liburan kita cuma semalam.” Afnan menatap penuh bersalah pada Keyra.“Tidak apa-apa Kak, urusan panti asuhan lebih penting ‘kan, dari sekedar liburan.” Keyra berucap sambil menyembunyikan rasa kecemburuannya.Keyra kadang mengerutuki dirinya sendiri, ia terlalu posesif dengan kedekatan Lathisa dan Afnan, padahal ia sendiri mempunyai masa lalu yang sungguh memalukan, apalagi jika mengingat video ciuman itu, sungguh tidak pantas rasanya ia cemburu pada Afnan dan Lathisa yang jelas-jelas tidak punya hubungan apa-apa dan mereka berdua tahu batasannya.“Key..” sapa Afnan mem
Tangan kekar milik Afnan masih memeluk tubuh Keyra, hingga suara azan subuh membangunkan keduanya, Afnan mengecup kening Keyra lalu berbisik lembut di telinga istrinya yang masih sangat lelap itu.“Key, bangun kita salat subuh berjamaah.”Keyra mengeliat dengan mata mengerjap-ngerjab, tubuh polosnya masih tertutup selimut tebal, kini wajahnya memerah menahan malu, mengingat kejadian semalam.“Oh sebentar Kak, aku mandi dulu.” Keyra bergegas bangkit dan berlari kecil ke kamar mandi membuat Afnan tersenyum.Kini keduanya telah membersikan diri dan mengenakan baju yang bersih dan rapi bersiap melaksanakan salat subuh.Keyra dengan hikmat mengikuti gerakan salat yang dilakukan Afnan, selesai salat, Afnan selalu melantunkan ayat suci dengan hikmat.Keyra hanya mendengarkan suara merdu nan sahdu milik Afnan, tanpa tahu artinya, tapi merasakan kesejukan dalam hatinya, ketika ayat demi ayat dibacakan, kembali rasa kagum hadir di hati Keyra, suami tampannya bukan hanya lihai mengurusi perke
Keyra sangat sedih, mendengar penuturan Gus Rafif. Keyra pergi menjauh dari kantor Gus Rafif, langkah kakinya terus menyusuri jalan setapak pondok, hingga tanpa disadari ia sampai di sebuah danau buatan kecil yang sangat memukau, disana tampak beberapa santri putri duduk berkelompok, sedangkan di ujung lainnya santri laki-laki juga duduk berkelompok, sambil membawa perlengkapan alat tulis.Keyra memilih tempat yang agak sepi, di bawah sebuah pohon rindang, ia pun duduk di rerumputan hijau. Keyra duduk termangu menatap nanar warna emerald danau, sunguh tempat yang nyaman untuk lari dari berbagai masalah yang menghimpitnya.Hampir satu jam Keyra masih betah duduk bersandar di pohon, sambil sesekali menyeka titik embun yang sudut netranya, kerudung warna hitam terlepas dari kepalanya tersapu buaian angin lembut.Tiba-tiba sebuah tangan membetulkan kerudungnya.“Ternyata kamu disini,” ucap Afnan, seraya membetulkan kerudung Keyra, lalu duduk di samping Keyra.“Kak Afnan..”“Kata Anisa ka
Afnan menarik napas kesal, kedua telapak tangannya mengepal dengan tatapan tajam, seperti sebilah pedang yang siap dihujamkan di tubuh lawannya.“Jangan bawa masalah pribadi dalam bisnis Pak Samuel, ini antara aku dan kamu, antara Panti Asuhan Amanah dan Samuel construction. Keyra tidak ada hubungannya dengan ini,” tegas Afnan, diiringi dengan bangkit berdiri kedua telapak tangannya yang mengepal bertumpu pada meja kerja.Samuel tak mau kalah, ia pun berdiri dengan posisi sama seperti Afnan.”Tapi sayangnya, aku senang mencampur adukan masalah pribadi dan bisnis, Pak Afnan,” sarkas Samuel.Kedua mata pria itu saling menusuk, seperti dua belah pedang yang siap bertarung.“Jika kamu tidak setuju, dengan kesepakatan yang aku berikan, silahkan pergi dari kantorku, dan bongkar bangunanmu di lahan milikku dalam waktu 3 hari ini,” ancam Samuel.Tanpa berkata apapun Afnan pergi dengan membawa amarah. Selama berkelut di dalam organisasi maupun bisnis, Afnan sama sekali tidak pernah menemui o
Pengakuan Samuel, membuat Keyra saat ini berstatus terdakwa, hukuman minimal 5 tahun akan menantinya.Afnan menatap Keyra yang duduk di depannya dengan tertunduk, semakin hari wajah Keyra terlihat pucat.“Kamu sakit?”“Tidak, aku baik-baik saja, bagaimana kabar anak-anak?”“Untuk sementara aku melarangnya sekolah, dan melihat televisi, mereka belum tahu keadannu Key,” jawab Afnan.“Maafkan aku, Kak Afnan.”“Kenapa kamu lakukan itu, aku sudah bilang jangan bertindak apapun biar aku yang menangani Samuel jika ia berulah.”“Maaf,” jawab Keyra datar.Di tempat lain Raka berada di rumah Keyra tanpa sepengetahuan Afnan, Raka berbicara dengan Zahra.“Hai Zahra, kenalkan aku teman Bundamu,” sapa Raka.Zahra ketakutan, ia sempat menolak kehadiran Raka, tapi ketika mengatakan jika ia tahu kejadian sebenarnya diroop tof akhirnya bocah itu terdiam.“Ini punyamu ‘kan?” Raka menunjukkan jepit rambut.Zahra mengangguk. ”Kamu bisa berjalan?”Zahra menggeleng, ia ingat jika Keyra menyuruhnya tetap lu
menghalaunya.“Tidak bisa Keyra, kesabaranku menantikanmu telah habis, sudah aku beri kamu waktu satu tahun, ternyata ancamanku kamu abaikan, dan saat ini lihatlah kehancuranmu di mata Zahra, putri kandungmu, gadis itu akan merekam perbuatan bundanya yang menjijikan,” sarkas Samuel.“Zahra buang benda itu!” Keyra terus menyuruh Zahra untuk membuang ponsel, tapi Zahra seakan sudah termakan omongan Samuel. Samuel membawa Keyra ke sudut rooptof, dan menekannya, disaat itulah Zahra sadar jika Bundanya dalam bahaya. Tapi kursi rodanya tidak mau bergerak, entah apa yang dilakukan Samuel, hingga membuat kursi roda itu macet.“Lihat Key, Zahra akan melihat semuanya begitu aku mengirim video ini,” Samuel berkata sinis.“Sam, lepaskan!”Keyra berusaha melepaskan diri dari dari cengkraman tangan Samuel. Dan berusaha merebut ponsel Samuel.Terjadi pergaulatan antara Keyar dan Samuel, memperebutkan ponsel di tangan Samuel, mereka berada di pinggiran rooptof yang hanya sebatas pinggang.“Bunda,
“Untuk Zahra, kita jalan-jalannya memakai kursi roda, ya,” suruh perawat, dan meraih kursi roda di sudut kamar.“Tidak mau, Zahra bosan, Zahra ingin jalan saja,” sahut Zahra ia terus mencoba turun, tapi ia merasakan ada yang aneh dengan kedua kakinya.“Bunda, kenapa kaki Zahra?”Keyra menatap sendu. ”Zahra, dengar sayang, kaki Zahra sakit dan perlu beberapa waktu untuk bisa sembuh. ”Keyra berusaha tersenyum seraya menjelaskan keadaan Zahra sekarang.“Tapi kak Sean, sudah bisa jalan Bunda, kenapa Zahra belum bisa?” Bocah itu terus mencerca pertanyaan, wajahnya seakan protes dengan kondisi yang sedang dihadapi.Keyra memeluk putri kecilnya yang mulai terisak, karena menyadari jika kedua kakinya melemah.“Bunda akan bersama Zahra, Bunda dan Abi serta Kak Sean, akan membatu Zahra menghadapi ujian ini, kita bersama-sama menghadapinya.”Sean, terlihat mendekat, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, lalu menetes, Sean menyadari jika pengorbanan Zahra justru berakibat buruk bagi Zahra.
Beberapa minggu berlalu Zahra dan Sean, menjalani serangkaian pemeriksaan. Dan sudah dijadwalkan operasi untuk mereka berdua. Keyra dan Afnan mengadakan doa bersama untuk kelancaran operasi kedua buah hatinya.Di pondok pesantren juga di adakan doa bersama yang dipimpin Kyai Damarjati. Dukungan doa dari para pekerja dan karyawan, turun bersimpati atas ujian yang dihadapi Afnan dan Keyra.Dan saat ini Afnan, Keyra dan Bu Azizah, Safira dan Prambudi berada di ruang tunggu operasi. Hampir lima jam pintu operasi tertutup rapat, Keyra dan Afnan sejak tadi berpegangan tangan saling menguatkan.Tujuh jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi dibuka, seorang dokter keluar, lalu meminta Afnan dan Keyra untuk berbicara. Mereka menuju ruang dokter, Keyra cemas menunggu informasi dari dokter.“Silahkan duduk Bapak Afnan dan Ibu Keyra,” suruh dokter.“Terima kasih dokter,” sahut Afnan.Lalu Afnan dan Keyra duduk dan menunggu dokter menjelaskan keadaan Sean dan Zahra.“Operasi donor sumsum tulang b
Afnan tahu Keyra tidak bercanda, tatapan beralih penuh menatap ke arah Sean, pucat dan tampak lelah, jantung Afnan mulai berdetak nyeri, hingga tak tak terasa air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, sementara di seberang ponsel, Keyra masih terisak.“Aku dan Sean akan kembali, tunggulah Key,” Afnan menutup ponsel, ia keluar dari dalam mobil dan meluapkan tangisannya diluar. Hingga panggilan membuatnya menghapus air matanya.“Abi...”“Iya Sean, Abi istirahat sebentar,” jawab Afnan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil.“Rumah Nenek Azizah masih lama ‘kan Bi?”“Kita kembali ke Jakarta, kita kembali ke Bunda dan Zahra.”“Benarkah, Abi akan bawa Sean, kembali ke rumah, kita berkumpul lagi bersama Bunda dan Zahra.” Sean bahagia, saking senangnya ia memeluk Abinya dan mencium pipinya berkali-kali.“Terima kasih Abi, Sean janji mulai sekarang tidak bandel, ngalah sama Zahra, dan nurut sama Bunda dan Abi,” cerocos bocah berusia enam tahun itu.Afnan meraup wajah Sean. ”Kita semua sayang
Keyra duduk di tepi ranjang, ia mulai terisak air mata yang ditahannya waktu dibawah, kini lolos membasahi pipinya. Kenapa semua orang menyudutkannya, dan tidak disangka suaminya setuju untuk menyerahkan hak asuh Sean, pada Bu Azizah.Afnan mendekati Keyra, kemudian duduk di sebelahnya, sesaat hening, hanya tangisan Keyra yang masih terdengar, lalu perlahan Afnan membuka suara.“Keyra, aku tahu ini berat bagimu, bagiku juga.”“Berat? Lalu kenapa jika Kak Afnan berat, kenapa setuju memenuhi permintaan Bu Azizah ada apa kak?” Keyra menguncang lengan Afnan meminta penjelasan.“Ini juga kemauan Kakek Damar, kamu tahu sendiri jika sudah menyangkut permintaan Kakek, aku sulit untuk membantahnya, apalagi kesehatan Kakek menurun, aku juga mengkhawatirkan kesehatannya, Key.”“Apa ini semua karena kecelakaan Sean, kenapa satu kesalahanku dijadikan alasan untuk menjauhkanku dari Sean, apa kalian tidak melihat enam tahun ini bagaimana aku menyanyangi Sean.” Keyra mencoba membuka hati Afnan, sup
Samuel tertawa melihat berita kecelakaan di depan sekolah bertaraf internasional, tiba-tiba pintu apartemen dibuka kasar.“Elsa, bisa ‘kan lebih sopan sedikit!” gertak Samuel seraya mematikan televisi.“Kecelakaaan itu ulahmu ‘kan Sam?” tanya Elsa geram.“Aku tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu, jika ada hubungannya, pastilah aku sudah tertangkap, pengemudi mobil itu sudah menyerahkan diri ke kantor polisi,” jawab Samuel santai.Elsa menghela napas lega, lalu duduk di kursi. ”Aku sudah mencetak undangan pernikahan kita, jadi mulai sekarang seriuslah dalam menjalani hidup, kita fokus pada bisnis property.”“Kenapa buru-buru Elsa, aku baru saja menikmati kebebasanku dari penjara, dan kini kamu akan memenjarakan aku dalam pernikahan.”“Jadi maksudmu, kamu belum siap untuk menikah?”“Tunggulah, satu atau dua tahun lagi Elsa.”“Haah dasar pecundang!” umpat Elsa.Elsa bersungut, ia keluar dari apartemen Samuel setelah meletakan undangan pernikahan.“Dasar wanita, apa dia pikir dia
Keyra melajukan mobilnya menuju rumah, setelah memasuki gerbang ia memarkirkan mobilnya, terlihat mobil Afnan juga sudah terparkir, dan terdengar dari arah depan, Afnan sedang bercanda dan bermain dengan Sean dan Zahra, ketiganya tertawa.“Assalamu’alaikum,”salam Keyra.“Waalaikumsalam,” jawab ketiganya, lalu Sean dan Zahra menghambur memeluk Keyra.”Bunda,” ucap keduannya.“Kalian bermain dulu ya, tapi ingat jangan keluar pagar,” pinta Keyra pada kedua anaknya.Keyra mencium satu persatu Sean dan Zahra, lalu menatap Afnan. ”Tumben Kak pulang sore?”“Iya Key, ada sesuatu yang aku khawatirkan, dan aku teringat pada Sean dan Zahra.”“Apa karena Samuel?”“Kamu tahu Key, dia telah bebas.” Keyra dan Afnan berbicara sambil melangkah menaiki tangga.“Sam, menemuiku tadi siang, ah aku cemas jika ia keluar dari penjara, aku masih teringat apa yang dilakukan Amara, bagaimana jika Sam, berbuat sama, balas dendam pada kita, aku saat ini mencemaskan Sean dan Zahra,” ungkap Keyra.“Sama Key, aku j
Hari-hari terus berjalan, baik Keyra dan Afnan di sibukan dengan mengasuh dan mendidik Sean dan Zahra, selain itu pekerjaan juga menguras aktivitas keduanya, tapi Keyra sangat berkomitmen bahwa keluarganya adalah yang terpenting.Pertengkaran Sean dan Zahra kadang membuat Keyra bingung, Sean sebagai anak laki-laki dan usianya lebih tua, kadang memilki sifat egois yang besar, tidak mau kalah, dan permintaannya harus dituruti.Seperti sore itu, sepulang dari Rumah Sakit Praja Hospitaly, terlihat Sean sedang bersitegang dengan Zahra, dan mereka memperebutkan sebuah skyboard, terlihat keduanya sedang bermain di halaman samping.“Kak Sean, kembalikan punyaku, Kakak ambil punya Kakak sendiri,” rengek Zahra.Tarik menarikipun terjadi, tangan mereka saling kuat menarik. ”Kakak pinjam Zahra,” sarkas Sean, semakin kuat menarik.Tiba-tiba Sean melepas, hal hasil Zahra terjengkang dan terpelanting jatuh, melihat hal itu Sean tertawa.“Sean, minta maaf pada Zahra,” suruh Keyra yang melihat kejadia