Ketiganya turun dari mobil ketika Afnan memarkirkan kendarananya, terlihat Mbok Ratmi sudah berdiri di depan pintu menyambut pemilik Vila.
“Assalamu’alikum, Mbok,” sapa Latisha dan Afnan bersamaan.“Waalaikumsalam, ayo bersihkan tangan kalian dulu, lalu makan siang,” titah Mbok Ratmi.Kini ketiganya sudah duduk di kursi makan, di atas meja sudah tersaji menu makan siang.“Wah, hari ini Mbok Ratmi, memasak spesial, ayam goreng krispi kesukaan aku dan Gus Afnan,” celoteh Latisha senyum mengembang di bibirnya.“Kamu juga pintar memasak, oleh karena itu Nyai Rukmini sangat sayang padamu,” tukas Ratmi.“Ah Mbok, mengingatkan tentang almarhumah, aku jadi sedih.” Lathisa mengusap titik embun di sudut netranya.“Sudah jangan terlalu dalam mengingat masalalu, sekarang makanlah,” sela Afnan mulai menyuap menu diatas piringnya.Diam-diam Keyra menatap intens Latisha, gadis itu bukan hanya cantik ternyata juga pandai memasak, seakan dirinya kalah talak sebagai seorang wanita.Hari beranjak sore, Lathisa terlihat duduk di taman, netranya menatap kosong hamparan bunga mawar yang bermekaran.“Apa yang kamu lamunkan Tisha?”“Oh...Mbok Ratmi, siapa lagi jika bukan Gus Afnan, aku tidak menyangka ia begitu cepat menerima Keyra sebagai istrinya, aku pikir Keyra gadis religius dengan baju khimar, yang menutup tubuhnya, tapi dugaanku salah.”“Itulah namanya jodoh Tisha, kita tidak akan menduga dengan siapa kita berjodoh.” Ratmi menghempaskan pelan pantatnya di kursi taman, disamping Lathisa. ”Apa kamu menyesali sesuatu?”“Maksud Mbok? Gadis bermata teduh itu menoleh kerah Ratmi.“Maksudku, kamu dulu menolak lamaran Nyai Rukmini untuk Gus Afnan, kenapa?”“Itu salah paham Mbok. Aku tidak bermaksud menolak lamaran Gus Afnan. Aku pikir lamaran untuk Gus Rafif tapi...”“Jadi waktu itu kamu mengira kamu akan dijodohkan dengan Gus Rafif..”Lathisa hanya mengangguk sedih.”Semuanya sudah terlambat, sekarang Gus Afnan sudah menikah.”“Berarti Gus Afnan menikahi Keyra itu mungkin karena ia patah hati, makanya ketika lamaran datang ia langsung menerima,”tebak Ratmi.“Bukan itu Mbok, tapi karena Gus Afnan menginginkan tanah 1000 hektar yang dihibahkan Pak Praja, jika Afnan dan Keyra menikah.”“Apa..jadi Papa memberikan 1000 meter untuk Afnan.” Suara Keyra meninggi.Latisha dan Mbok Ratmi seketika menoleh ke belakang, disana Keyra sudah berdiri.“Non Keyra...menguping pembicaraan kami,” Ratmi bangkit berdiri.“Aku tidak sengaja mendengarkan pembicaran kalian, sudahlah aku akan bicara dengan Kak Afnan,” Keyra menjawab sambil berbalik menuju kamar.Pintu dibuka dengan kasar. Brak!...Terlihat Afnan sedang salat ashar. Keyra terpaksa menunggu suaminya selesai salat. Ia duduk di tepi ranjang, dengan wajah yang penuh amarah.Beberapa menit kemudian, Afnan selesai salat, ia melipat sajadahnya sambil menatap Keyra.“Belajarlah mambuka pintu dengan benar Key,” ucap Afnan datar.“Aku sedang marah, itu sebabnya aku tidak bisa membuka pintu dengan benar,” sarkas Keyra tatapannya menajam kearah Afnan.Afnan tersenyum, lalu mendekati Keyra dan duduk di sampingnya.“Apa yang membuatmu marah?”“Kamu menikahiku hanya ingin tanah 1000 meter dari Papi ‘kan?”Bukanya Afnan menjawab, tuduhan Keyra, tapi ia tersenyum. Papi Praja menghibahkan tanah itu pada pesantren, jadi bukan untuk keperluanku, makanya aku menerimanya, tapi percayalah bukan itu alasanku menikahimu,” ungkap Afnan, meraih telapak tangan Keyra.“Jangan bilang, jika kamu mencintaiku,” Keyra menyipitkan matanya.“Tidak juga mencintaimu, satu–satunya alasan aku menikah adalah karena ingin menyempurnakan ibadahku, dan kebetulan aku berjodoh denganmu.”“Ah itu alasan yang biasa diucapkan oleh lelaki sepertimu, alasan yang tidak bisa aku terima, tapi penilaianku padamu, kamu sama dengan pria lainnya ambisius pada harta dan kekuasaanya yang menjadi perioritasmu.” Keyra melepaskan gengaman tangan Afnan. Lalu gadis itu pergi.Afnan hanya menghela napas panjang dan menghembuskannya pelan. Sekali lagi ia memahami Keyra.Keyra masih merajuk hingga malam tiba, bahkan ia tidak keluar untuk makan malam. Akhirnya Afnan membawakan makan malam ke kamar.“Key, kasihan Mbok Ratmi sudah masak begitu banyak, tidak baik menyia-nyiakan makanan, mubazir,”ucap Afnan seraya meletakan sebuah nampan berisi sepiring nasi dan beberapa lauk, tidak lupa segelas air mineral melengkapi hidangan makan malam.Keyra tidak bergeming dari tempat duduknya, makanan itu hanya dipandanginya saja, tapi cacing diperutnya mulai meronta-ronta, hingga mengeluarkan bunyi.“Cacing di perutmu itu sudah berteriak, ayolah makan, setelah itu aku akan mengajakmu belanja,” ujar Afnan lagi.“Tidak perlu, aku malas keluar rumah,” balas Keyra, sambil meraih piring dan mulai menyuap makan malam.“Jika kamu tidak mau, aku akan mengajak Lathisa, besok akan ada syukuran kecil untuk pernikahan kita. aku hanya mengundang karyawan perkebunan dan anak pondok, serta kerabat dekat, jadi aku memerlukan banyak hal untuk acara besok.”“Terserah, aku tidak perduli.”“Baiklah, aku pergi dulu.” Afnan berpamitan lalu meraih kunci mobil dan dompetnya dan bergegas pergi.Diam-diam dari balik jendela kamar, Keyra melihat keluar terlihat Lathisa dan Afnan sudah rapi dan menaiki mobil bak terbuka.“Sial, kenapa aku cemburu melihat Afnan bersama Lathisa,” umpat Keyra lirih.Setelah menyelesaikan makan malam, Keyra berniat pergi ke taman, hawa dingin, mulai membelai kulit putihnya, apalagi ia mengenakan dres berlengan pendek.“Pakai sweter Non, kalau malam disini dingin,” seloroh Ratmi.“Nggak usah Mbok, aku memang sengaja ingin merasakan hawa dingin ini.”“Apa Mbok, buatkan secangkir teh hangat?”“Boleh.”“Baiklah, sebentar ya.”Keyra mengangguk, lalu menghempaskan pantatnya di kursi taman. Matanya menerawang jauh menatap situasi perkebunan, di balik pagar yang sangat gelap, hanya ada beberapa lampu untuk menerangi jalan setapak.“Semoga betah ya Non tinggal disini?”“Siapa juga Mbok yang akan tinggal disini,” Keyra bernapas kasar, lalu menyerutup secangkir teh di tangannya. ”Biasanya jika malam cerah seperti ini, aku pergi ke kafe, jika tidak, aku akan pergi nonton ke bioskop, minimal, jalan-jalanlah di mall, ahh... sudah lama aku tidak jalan-jalan keliling Jakarta,” keluhnya, sambil tersenyum tipis.“Kenapa tadi tidak ikut Gus Afnan, belanja, ‘kan bisa sekalian jalan-jalan,” sela Ratmi.“Sudah jangan tanya soal itu, aku menyesal membiarkan Kak Afnan pergi bersama Lathisa.”Ratmi hanya tertawa kecil, seraya menutup mulutnya. ”Non cemburu ya?”“Hush...jaga ucapan Mbok Ratmi, cemburu, cinta saja tidak, bagaimana aku bisa cemburu,” bantah Keyra, tapi terlihat pipinya bersemu merah.“Nah itu pipi Non Keyra berubah merah,” ledek wanita sepuh itu sambil telunjuknya menunjuk wajah Keyra.“Mbok...” Keyra mendelik ke arah Mbok Ratmi.Ratmi bergegas berlari kecil, sambil tertawa, sementara Keyra kesal pada dirinya sendiri, dalam hati kecilnya ia juga mempertanyakan perasaannya, benarkah ia cemburu pada suami yang tidak pernah dicintainya itu?Jam di dinding kamar menunjukan pukul 10 malam,tapi Afhan dan Lathisa tak kunjung datang. Keyra semakin kesal, walaupun sejak tadi ia menyibukan diri dengan ponselnya, tatapi pikirannya masih melayang pada dua sosok Afnan dan Latisha.Kenapa mereka lama sekali, jangan-jangan mereka selingkuh, baguslah bisa kujadikan alasan untuk mengugat cerai batin Keyra, sambil tersenyum tipis.Keyra merebahkan tubuhnya ke ranjang yang berukuran sangat besar, dan berusaha memejamkan matanya, waktu terus berjalan, jarum jam menunjukan pukul sebelas malam, tapi pria yang ditunggunya belum juga datang. Tak lama kemudian terdengar suara mobil berhenti di halaman vila. Keyra pura-pura tidur, ia merasa malas melihat Afnan, setidaknya untuk malam ini. Walaupun ia kesal, tapi kekesalannya bisa ia luapkan esok hari. Terdengar pintu kamar dibuka pelan, langkah kaki mendekat ke arahnya, lalu tangan Afnan meraih selimut dan menutupi tubuh Keyra sampai sebatas leher, setelah itu Afnan merebahkan tubuhnya di sofa samping ranjang.***kabut tipis masih betah bersemayam di area perkebunan. Setelah melaksanakan salat subuh di moshola perkebunan, Afnan berolah raga ringan, ia biasanya jogging disekitar perkebunan, sambil melihat beberapa karyawan sudah mulai bekerja.Keringat mulai membasahi kening Afnan, Setibanya di vila, Lathisa menyambut dengan senyum hangat.“Gus Afnan, aku sudah siapk
“Kemana mereka membawanya, Pak ?”“Rumah sakit terdekat yang berada 100 meter dari kampus.”Tanpa berpikir panjang, Afnan segera berjalan ke tempat parkir dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, jantungnya berdetak cepat dan terus merapalkan doa-doa, ia begitu khawatir dengan keadaan Keyra.“Ya Allah, semoga Keyra baik-baik saja,” gumamnya. Sambil fokus menyetir.Afnan terus berdoa dan berzikir selama perjalanan, terlihat dengan jelas pria berwajah tampan itu sangat cemas. Sesampainya di rumah sakit, ia segera menuju loby dan menanyakan keberadaan pasien korban kecelakaan.“Oh pasien korban kecelakaan di depan kampus, ada di ruang IGD.”Segera Afnan menuju ruang IGD, sampai disana terlihat dokter sangat serius, ”Siapa keluarga pasien?”“Saya, Pak,” balas Afnan dengan cemas.“Tanda tangani berkas ini, operasi harus segera dilaksanakan, setelah itu kebagian Administrasi!” pinta dokter.Tanpa berpikir panjang, Afnan menandatangani berkas, karena situasi darurat. Lalu Afnan, p
Pagi buta Afnan sudah bangun dari tidurnya, ia terlihat sibuk di ruang loundry room.“Kak Afnan mencuci baju?” sapa Keyra sambil mengusap netranya memastikan jika suaminya sedang mencuci baju.“Iya.. asisten paruh waktu sedang izin tidak masuk, daripada pakaian menumpuk jadi aku cuci, sekalian punyamu juga aku cuci,”“Ih...dibawa ke loundry ‘kan bisa Kak?”“Sekalian olahraga Key, membakar lemak, nanti setelah ini aku akan mengajakmu olahraga, supaya berkeringat sedikit, mau ya Key,” ajak Afnan menatap penuh arti.“Jangan macam-macam ya Kak, ingat ‘kan, perjanjian kita, jangan sentuh aku selama aku tidak menginginkannya.”Afnan tertawa lebar, ”Keyra Aninda, makanya otaknya jangan traveling, cepatlah ganti baju yang sopan, jangan lupa kerudung, aku tunggu kamu di depan!” suruh Afnan, senyum masih mengantung di bibirnya.Keyra memicingkan matanya, tapi ia menuruti kemauan Afnan, tak selang berapa lama, Keyra sudah memakai baju gamis hijau tosca dan kerudung dengan warna senada, gadis ya
Siang itu Keyra menikmati makan siangnya bersama Afnan, sepasang suami istri itu kini semakin akrab, berbincangan ringan seputar perkebunan, bisnis dan juga agama semakin membuat Keyra nyaman bersama Afnan.“Kak Afnan, kita sudah menikah selama satu bulan, tapi belum pernah sekalipun kakak mengajak aku ke pondok pesantren,” ucap Keyra“Kamu ingin kesana?”“Iya, kapan-kapan ajaklah aku.”“Bagaimana jika akhir pekan ini.”“Okay.”Tanpa mereka sadari sepasang mata nyalang menyaksikan keakraban Afnan dan Keyra, siapa lagi jika bukan Samuel, yang sejak tadi mengikuti Keyra.“Key...Key...ternyata kamu memang berpaling dariku, ingat Key, janjimu harus kamu tepati, dua bulan lagi kamu harus menyerahkan dirimu padaku,” gerutu kesal Samuel.***Akhir pekan tiba, Keyra begitu antusias mengunjungi pondok pesantren dan yayasan panti asuhan milik Afnan, mobil sedan putih milik Keyra melaju sedang menuju sebuah pondok pesantren.Begitu tiba, sejumlah santri sudah menyambut kedatangan mereka, terli
Afnan terkejut, dan sedikit kecewa, melihat kenyataan masa lalu Keyra, ia memang tahu, jika Keyra mempunyai latar belakang kehidupan yang bebas, apalagi sebelum menjadi mualaf, tapi ia tidak menyangka Keyra sudah mengkomsumsi barang haram itu, di saat berusia 16 tahun.Afnan menarik napas dalam, kemudian menutup ponselnya dan di saat bersamaan Keyra sudah ada di depannya.“Kak, kita lanjut ke panti asuhan yuk,” ajak Keyra.“Benar kamu ingin kesana?”“Iya, kenapa?”“Disana hanya ada anak–anak kecil, pasti itu membuatmu bosan.”“Kamu tahu Kak, dulu waktu aku berusia 7 tahun, aku pernah merengek minta adik pada Papi dan Mami, lalu mereka mengajaku ke panti asuan dan melihat beberapa bayi, tapi ketika salah seorang anak kecil disana merebut boneka yang aku bawa, aku membatalkan keinginanku untuk mempunyai adik,” Keyra mengenang itu sambil tertawa kecil.“Kamu tidak suka barangmu diminta oleh orang lain, Key?”“Tentu saja aku tidak suka.”“Bagaimana dengan tiga bulan ke depan, apa kamu
“Memangnya Kak Afnan tidak pernah menjalin persahabatan dengan orang-orang yang bisa disebut menjurus ke hal kriminal?”Afnan menggeleng. ”Sejak kecil aku ada di lingkungan pondok pesantren, dan saat aku usia 19 tahun, aku memperdalam ilmu agama di universitas yang ternama di mesir.”Keyra dalam hati berdecak kagum, adakah orang yang kehidupannya dari kecil hingga dewasa hanya menghabiskan waktunya demi belajar agama?“Dan disaat aku mulai keluar pondok dan belajar di Mesir, aku selalu ingat nasihat Umi, tentang menjalin pertemanan,” jelas Afnan.“Seperti apa?”“Sebagai perumpamaan, berteman dengan penjual minyak wangi akan memberi manfaat padamu, karena kamu akan ikut merasakan bau harum dari minyak wangi itu, tapi jika kamu berteman dengan pande besi, kamu pasti akan terkena percikan dari api itu, pahamkan dengan perumpamaan itu?”Keyra manggut-manggut tanda mengerti. ”Aku paham, jika kita berteman dengan orang baik, kita akan mendapatkan kebaikannya pula, tapi sebaliknya jika kita
Tok!..tok!..“Masuk,” suruh Afnan pada si pengetuk pintu.Pintu pun dibuka pelan, wajah Keyra terlihat sendu, sinar matanya tampak cemas.“Assalamu’alaikum, Key,” sapa Afnan sambil melempar senyum.“Seharusnya aku yang bilang salam dulu ya Kak, sebentar aku ulangi ya..” Keyra tampak canggung, kemudian berucap, ”Assalamu’alaikum, Kak Afnan,” salam Keyra.Afnan tersenyum. ”Waalaikumsalam, silahkan duduk Key”Keyra berjalan pelan, kemudian duduk di sofa depan meja kerja Afnan.“Ini baru jam sebelas.” Afnan sekilas menatap jam yang melingkar di tangannya. “Kamu tidak ke kampus? tidak ke Star Supermarket?” cerca Afnan sembari berjalan ke arah sofa dan duduk di dekat Keyra.“Aku tidak mood mengikuti jam kuliah ataupun kerja, aku ingin bicara dengan Kak Afnan,” mata Keyra memberanikan diri menatap mata Afnan, mata pria yang akhir-akhir ini selalu masuk dalam pikirannya.“Bicaralah, aku siap mendengarkan?”“Hemmm ..” Keyra ragu.“Jika kamu masih ragu, jangan dipaksakan Key.”“Maaf Kak ..aku
“Bagaimana kabar Papi, sehat?” Keyra menanyakan kabar Papinya lewat sambungan video call.“Sehat sayang,” jawab Praja, yang duduk di atas brankar sebuah kamar rumah sakit.“Tapi wajah Papi terlihat pucat, apa perlu Keyra kesana menemani Papi?”“Tidak perlu sayang, bagaimana kabarmu dan Afnan?” Praja balik bertanya pada Keyra.“Kami baik-baik saja, Keyra sekarang betah Pi, tinggal di vila tengah perkebunan.”“Alhamdulillah, Key. Papi harap kamu dan Afnan dapat terus mempertahankan pernikahan yang di awali perjodohan ini.”Keyra terdiam, tapi senyum kecil terbit di bibir ranumnya. Itulah percakapan terakhir Keyra dengan Praja, karena 5 jam setelah itu, rumah sakit tempat Praja dirawat mengabarkan, jika Praja Dinata meninggal dunia karena gagal jantung.Keyra masih menangis sesenggukan di pojok kamar milik sang ayah, kenangan masih terlihat jelas di setiap sudut kamar itu. Tangis Keyra pecah kembali, ia menenggelamkan kepalanya di antara lututnya, hingga sentuhan tangan membuatnya menen