“Key,” sapaan barito tapi lembut membuyarkan lamuan Keyra dengan netra yang tak lepas mengagumi ketampanan yang nyaris sempurna, wajah tegas tapi bermata teduh, dan memliki hidung bangir, ditambah kulit putih yang bersih.
“Heum... jadi kamu suamiku, Afnan Noor Malik.”“Mulai sekarang jangan panggil aku dengan sebutan ‘kamu’ setuju,” pinta Afnan.“Lalu aku harus panggil apa?”“Bisa abang, mas, atau kakak, kedengarannya lebih manis dan romantis.” Afnan mengulum senyum pada gadis belia yang cantik dan berstatus istrinya.“Kak Afnan, aku akan memanggilmu ‘kak’ okey.” Keyra menjawab sambil bangkit berdiri.Keyra membaui dirinya yang beraroma minyak urut yang menyengat, dan ia rasanya mau muntah.“Mandilah, Key, jika kamu sendiri mual, dengan aroma badanmu, apalagi orang lain,” ejek Afnan.Keyra hanya mencelos kesal, tapi tak bisa dipungkuri, ia sudah tidak tahan dengan aroma tubuhnya. Tanpa membalas celotehan Afnan, Keyra bergegas masuk ke kamar mandi. Seusai membersihkan diri dari ujung rambut sampai ujung kaki yang telah ternoda bau minyak urut, tubuh Keyra tercium wangi, aroma vanilla lembut sudah menguar di seluruh tubuhnya, lalu dengan segera Keyra berganti baju.Kini gadis itu sudah keluar dari kamar mandi dengan mengeringkan rambut basahnya dengan handuk.“Jangan manatapku seperti itu, aku tidak bernapsu denganmu walau wajahmu setampan pangeran dalam dongeng,”oceh Keyra seraya tajam menatap Afnan yang masih berdiri di balkon.“Aku suamimu, jangankan menatap, jika aku mencium dan memelukmu itu bukan perbuatan dosa, malah akan mendatangkan pahala,” Afnan berbicara sambil tersenyum.“Jangan harap aku akan bersedia kamu sentuh, aku menyetujui pernikahan ini karena memenuhi keinginan Papiku yang sedang sakit, aku tidak ingin kesehatannya menurun, paham!” bentak Keyra memperlihatkan wajah ketusnya.Walau terlihat garang, tapi wajah Keyra tetaplah cantik, mata cokelat dan bulu lentiknya adalah sesuatu yag membuat wajah gadis keturunan indo Jepang itu terlihat menawan dengan tubuh mungilnya.“Sudahlah, aku tidak mau berdebat denganmu di pagi hari, aku akan ke bawah, perutku sudah minta diisi makanan daripada ocehanmu yang tidak bermanfaat,” balas Afnan.Keyra mendelik tapi Afnan acuh, dan berjalan keluar setelah berganti baju.“Dasar pria bodoh, masih mau di jodoh-jodohkan di jaman semodern ini,” gerutu kesal KeyraTok!...tok!...“Masuk,” perintah Keyra pada si pengetuk pintu.Ceklek!... “Maaf Non Keyra, Nona sudah ditunggu tuan besar dan Tuan muda di ruang makan, Oh ya non, minyak urut mana? Gara-gara Non Key pinjam semalam Mbok nggak bisa tidur,” ucap wanita paruh baya itu.“Iya, sebentar, minyak urut bikin perut mual,” balas Keyra, seraya meraih botol kecil di atas nakas.“Siapa yang suruh pakai Non, ini mah minyak orang tua,” sela Mbok Sum sambil berlalu pergi.Keyra melangkah menuruni tangga, menuju ruang makan, disana ia melihat Afnan sudah duduk sambil menyerutup secangkir teh, tapi tidak di dapati Papinya.“Mana Papi?”“Papi sudah berangkat ke kantor Key, makanlah, aku menunggumu untuk sarapan bareng, setelah sarapan, aku juga akan pergi bekerja,” balas Afnan“Kakak bekerja dimana?”“Di kebun.”“Kak Afnan tukang kebun?”Afnan tersenyum, iya begitulah, aku mengurusi kebun buah, kamu mau ikut?”“Nggak ahh, kotor bergelut dengan tanah.” Keyra menjawab sambil bergedik jijik membayangkan, pekerjaan Afnan yang bergelut dengan tanah dan pupuk kotoran hewan.“Baiklah, aku akan pulang sore, jaga diri di rumah ya,” Afnan menyuap sepiring nasi goreng hingga tandas.“Assalamu’alaikum, Key, aku pergi dulu,” pamit Afnan sambil mengulurkan tangannya.Keyra hanya menatap uluran tangan Afnan dan tak mengerti dengan tingkah Afnan yang menurutnya aneh. Ia menatap pria itu dengan bingung.“Cium tangan dong Non, ‘kan suami mau pergi bekerja,” sela Mbok Sum.“Ohhh cium tangan,” balas Keyra tampak ragu meraih tangan Afnan, lalu dengan terpaksa diciumnya punggung tangan suaminya.“Lalu jawab, Waalaikumsalam,” sela Mbok Sum lagi.“Waalaikumsalam,” ucap Keyra pelan, mengikuti perkataan Mbok Sum.Afnan tersenyum, lalu melangkahkan kaki menuju halaman rumah, diam-diam Keyra mengintipnya dari jendela ruang makan. Terlihat Afnan memasuki mobil bak terbuka miliknya, yang sudah tua.“Hemmm... sayang ganteng kayak begitu, ternyata hanya tukang kebun,” gerutu Keyra, sambil melipatkan kedua tanganya di dada.“Siapa yang tukang kebun Non?”“Itu, suami pilihan Papi, dia hanya tukang kebun, benar-benar tidak selevel denganku.”“Masak sih Non, Tuan Afnan tukang kebun,” gerutu Mbok Sum, sambil jarinya menempel di pelipisnya.“Lihat saja waktu pergi tadi, hanya kaos dan celana jeans, memang penampilan seperti itu seperti eksekutif muda, pria impianku,” sahut Keyra dengan nada ketus.“Tidak ada yang bisa aku banggakan darinya, kecuali wajah tampannya saja,” gerutu kesal Keyra lagi seraya menghempaskan patat kasar di kursi makan.Mbok Sum hanya bisa tersenyum simpul, menyaksikan nona mudanya terlihat kesal.Sementara itu, kemarahan terlihat di tempat lain, di sebuah apartemen, Samuel, terlihat kesal, mendengar pernikahan Keyra, yang sudah berlangsung. Wajah tegas kian memerah mengingat, jika dia sudah 3 tahun menjalin kasih dengan Keyra.Dan merasa di khianati oleh Keyra.“Key, kamu tega Key, meninggalkanku begitu saja,” gerutunya sambil mengepalkan telapak tanganya dan dipukulnya di dinding apartemen.Dug!...Bunyi pesan masuk terdengar, membuat Samuel menghentikan kemarahnnya.{Ha...ha... niatmu untuk menikahi Keyra, sudah hancur, cita-ciatmu untuk menjadi CEO Star Supermarket, sudah hancur}Sebuah pesan yang dikirim dari temannya, membuat kemarahan Samuel semakin membuncah. Tidak bisa dipungkiri awal mula mendekati Keyra yang waktu itu masih sekolah menengah atas, adalah untuk menjadi menantu pewaris Star Supermarket, tempat orang tuanya ikut andil dalam mendirikan Star Supermarket.Dengan ketampanan wajah yang ia miliki dan perhatian Samuel sebagai kakak kelas di sekolah yang sama, akhirnya Keyra terpikat, dan sudah 3 tahun ini menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.{jangan tertawa seperti itu, perjuanganku mendapatkan Keyra belum berakhir, Dia berjanji akan tetep berhubungan denganku meskipun sudah menikah, dan jika aku berhasil mendapatkan jandanya, kamu orang pertama yang aku singkirkan dari Star supermarket}Samuel membalas chat disertai emoticon marah.{Ha..ha... semoga berhasil}Balas sang pengirim chat, kembali dengan tawa jahatnya, menertawakan Samuel.Samuel membanting ponselnya di sofa, ia mengacak rambutnya berkali-kali. Setelah itu meraih ponselnya kembali dan berusaha menghubungi Keyra, tapi ponsel gadis yang dicintai itu tidak aktif sejak kemarin. Samuel dengan sangat kecewa pergi ke kantor.Dengan langkah gontai Samuel memasuki ruangan Praja, kerena sekretaris Praja menyuruhnya untuk bertemu dengan pemilik Star Supermaket. “Bekerjalah dengan baik, seandainya aku tidak mengingat jasa ayahmu, mungkin aku sudah mengeluarkanmu dari sini!” ancam Praja dengan wajah menegang“Maaf Pak Praja, atas kejadian berbeberapa hari yang lalu, saya tidak berniat untuk menodai Keyra, Anda tahu ‘kan, kami sudah lama menjalin hubungan dekat dan aku selalu menjaga Keyra.”“Kamu itu sebatas kekasihnya bukan suaminya, apapun alasanmu kamu tidak berhak menyentuh wanita yang bukan mukrimmu.” Praja mengepalkan telapak tangannya diatas meja.”Keyra sekarang sudah menikah, jangan kamu anggap kekasihmu lagi!” bentaknya pada Samuel.“Baik Pak Praja.” Samuel menunduk, tapi dalam hatinya memendam kemarahan yang teramat sangat.Samuel keluar ruangan, tepat ketika ia membuka pintu, ia mendapati Keyra sudah berdiri di balik pintu dengan tangan siap mengetuk.“Sam...”panggilnya“Hallo Key, selamat atas pernikahanmu,” ucap Samuel tampak wajahnya kecewa.“Sam, kita harus bicara,” ajak Keyra sambil menarik tangan Samuel dan membawanya menjauh dari ruangan Praja.Keduanya sampai di atas roof top dan berdiri di pinggiran pagar pembatas.“Sam ...aku minta maaf,” ucap Keyra lirih.“Hanya minta maaf dan semuanya selesai.” Samuel terlihat kesal, tak di tatapnya Keyra.“Tunggulah selama 3 bulan. Aku akan segerai bercerai dengan Kak Afnan, Papiku sudah berjanji, selepas 3 bulan ini, ia tidak akan mencampuri keputusanku dan disaat itulah aku akan minta cerai dari suamiku.”Samuel tampak ragu, lalu ditatapnya wajah Keyra, dan kemudian ia tesenyum. ”Akan aku pegang janjimu Keyra Aninda Dinata.”“Aku berjanji padamu Sam..” Keyra meraih tangan Samuel dan menatap penuh arti.“Hemmm” deheman seseorang di ujung pintu masuk, mengagetkan Samuel dan Keyra, membuat Keyra segera melepaskan genggaman tangannya.“Kak Afnan, kenapa kakak kesini?”“Aku ada urusan pekerjaan dengan Papi Praja, dan kebetulan kita bertemu disini, bisakah kita bicara berdua saja,” pinta Afnan, ekor matanya melirik pada Samuel.“Key, aku pergi dulu,” pamit Samuel, lalu melangkah meninggalkan Afnan dan Keyra.“Tidak pantas wanita yang sudah menikah memegang tangan seorang laki-laki yang bukan mukrimnya.”“Ini diriku, terimalah aku seperti ini,” timpal Keyra, tanpa menunjukkan rasa bersalah.“Tidak Key, kamu istriku, aku berhak penuh atas dirimu, termasuk mengaturmu.”“Baiklah Kak Afnan, aku akan menjadi istrimu selama 3 bulan ini, tapi selepas itu kita bercerai.”Afnan terkejut dengan permintaan Keyra, tapi pria yang berusia 27 tahun itu, berusaha menahan amarah dan tampak tenang.“Baiklah, tapi berjanjilah selama 3 bulan itu, jadilah istri yang sholehah, jangan keluar rumah tanpa izin dariku, bagaimana Key, apa kamu setuju.”“Baiklah, aku juga akan mengajukan persyaratan, selama tiga bulan, jangan menyentuhku karena aku tidak menginginkanmu.”Afnan hanya tersenyum, untuk membalas keinginan Keyra, baginya Keyra masih seorang gadis kecil yang perlu dibimbing, ia juga memaklumi jika pengetahuan Keyra tentang ajaran agama nol besar, karena Keyra seorang mualaf yang perlu banyak bimbingan.“Sekarang ikut aku ke perkebunan, sekalian kita akan melihat tempat tinggal kita yang baru,” ajak Afnan tanpa ragu menggandeng Keyra.“Tempat yang baru, maksudmu kita akan keluar dari rumah Papi Praja?”“Iya Key, aku ‘kan suami, sudah kewajibanku memberimu tempat tinggal, ya walaupun tidak semewah rumah Papi Praja.”Keyra mulai mencemaskan dirinya, dalam benaknya sudah tergambar rumah sederhana tipe 21 yang kecil dan sesak.Tiga bulan, Key hanya 3 bulan , batinnya sambil mengerucutkan bibirnya.Keduanya sudah berada di dalam mobil pick up, Afnan melajukan mobilnya menuju pinggiran kota Jakarta. Mobilnya berhenti di area parkir sebuah perkebunan, yang mendominasi perkebuan itu adalah buah mangga dan buah pepaya, juga banyak buah lainnya .“Woow sejuk sekali perkebunan ini, Kak Afnan bekerja disini?”“Iya..”Keduannya turun dari dalam mobil. Seoarang security datang menyambut Afnan.“Assalamu’alikum, Pak,” sapa salamnya dengan penuh hormat.“Waalailkumsalam, Pak, tolong antar istri saya ke gazebo samping, saya akan menyelesaikan pekerjaan dulu,” pinta Afnan.“Siap Pak Afnan,” jawab security.“Key, tunggu aku di gazebo, ada perkerjaan yang harus aku selesaikan.”Keyra mengangguk pelan, kemudian melangkah mengikuti security.“Sehormat itu bapak pada tukang kebun,” tukas Keyra merasa heran akan sikap seorang penjaga perkebunan yang begitu terlihat menghormati Afnan.“Tukang kebun? Siapa?”“Kak Afnan.”Tawa kecil terdengar dari security, ketika mendengar pertanyaan Keyra.“Oh Pak Afnan bukan tukang kebun, ia pemilik perkebunan ini...”“Apa! Kak Afnan pemilik perkebunan ini.” Keyra terkejut kakinya mendadak lemas.“Silahkan Nyonya, duduklah, sebentar lagi minuman akan segera diantar,” ujar security.Keyra hanya mengangguk, ia masih shock dengan kenyataan tentang pria yang menikahinya, dugaanya selama ini salah. Wajah rupawan yang terlihat sempurna dengan kulit putih bersih, hidung mancung dan alis tebal, adalah pahatan sang pencipta yang sangat sempurna. Ditambah lagi dugaan jika pria pilihan Papinya adalah pria miskin yang tak berguna juga salah. “Assalamu’alikum Non,” sapaan wanita tua tiba-tiba terdengar, membuat Keyra langsung menoleh ke arah suara.“Iya, ibu siapa?”“Saya Ratmi, pengasuh Gus Afnan sejak kecil. Tadi Gus Afnan meminta saya untuk menemani Non Keyra.” Wanita tua itu berjalan dan duduk di gazebo, sambil menaruh nampan makanan yang berisi makanan kecil dan minuman dingin.“Ayo Non, jangan dipandang saja, cicipi, ini buatan Mbok sendiri.”“Siapa sebenarnya Kak Afnan Mbok. Tolong ceritakan pada saya?” tanya Keyra begitu sangat penasaran.Dari tadi pagi saat membuka matanya hingga
Ketiganya turun dari mobil ketika Afnan memarkirkan kendarananya, terlihat Mbok Ratmi sudah berdiri di depan pintu menyambut pemilik Vila.“Assalamu’alikum, Mbok,” sapa Latisha dan Afnan bersamaan.“Waalaikumsalam, ayo bersihkan tangan kalian dulu, lalu makan siang,” titah Mbok Ratmi.Kini ketiganya sudah duduk di kursi makan, di atas meja sudah tersaji menu makan siang.“Wah, hari ini Mbok Ratmi, memasak spesial, ayam goreng krispi kesukaan aku dan Gus Afnan,” celoteh Latisha senyum mengembang di bibirnya.“Kamu juga pintar memasak, oleh karena itu Nyai Rukmini sangat sayang padamu,” tukas Ratmi.“Ah Mbok, mengingatkan tentang almarhumah, aku jadi sedih.” Lathisa mengusap titik embun di sudut netranya.“Sudah jangan terlalu dalam mengingat masalalu, sekarang makanlah,” sela Afnan mulai menyuap menu diatas piringnya.Diam-diam Keyra menatap intens Latisha, gadis itu bukan hanya cantik ternyata juga pandai memasak, seakan dirinya kalah talak sebagai seorang wanita.Hari beranjak sore, L
Keyra merebahkan tubuhnya ke ranjang yang berukuran sangat besar, dan berusaha memejamkan matanya, waktu terus berjalan, jarum jam menunjukan pukul sebelas malam, tapi pria yang ditunggunya belum juga datang. Tak lama kemudian terdengar suara mobil berhenti di halaman vila. Keyra pura-pura tidur, ia merasa malas melihat Afnan, setidaknya untuk malam ini. Walaupun ia kesal, tapi kekesalannya bisa ia luapkan esok hari. Terdengar pintu kamar dibuka pelan, langkah kaki mendekat ke arahnya, lalu tangan Afnan meraih selimut dan menutupi tubuh Keyra sampai sebatas leher, setelah itu Afnan merebahkan tubuhnya di sofa samping ranjang.***kabut tipis masih betah bersemayam di area perkebunan. Setelah melaksanakan salat subuh di moshola perkebunan, Afnan berolah raga ringan, ia biasanya jogging disekitar perkebunan, sambil melihat beberapa karyawan sudah mulai bekerja.Keringat mulai membasahi kening Afnan, Setibanya di vila, Lathisa menyambut dengan senyum hangat.“Gus Afnan, aku sudah siapk
“Kemana mereka membawanya, Pak ?”“Rumah sakit terdekat yang berada 100 meter dari kampus.”Tanpa berpikir panjang, Afnan segera berjalan ke tempat parkir dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, jantungnya berdetak cepat dan terus merapalkan doa-doa, ia begitu khawatir dengan keadaan Keyra.“Ya Allah, semoga Keyra baik-baik saja,” gumamnya. Sambil fokus menyetir.Afnan terus berdoa dan berzikir selama perjalanan, terlihat dengan jelas pria berwajah tampan itu sangat cemas. Sesampainya di rumah sakit, ia segera menuju loby dan menanyakan keberadaan pasien korban kecelakaan.“Oh pasien korban kecelakaan di depan kampus, ada di ruang IGD.”Segera Afnan menuju ruang IGD, sampai disana terlihat dokter sangat serius, ”Siapa keluarga pasien?”“Saya, Pak,” balas Afnan dengan cemas.“Tanda tangani berkas ini, operasi harus segera dilaksanakan, setelah itu kebagian Administrasi!” pinta dokter.Tanpa berpikir panjang, Afnan menandatangani berkas, karena situasi darurat. Lalu Afnan, p
Pagi buta Afnan sudah bangun dari tidurnya, ia terlihat sibuk di ruang loundry room.“Kak Afnan mencuci baju?” sapa Keyra sambil mengusap netranya memastikan jika suaminya sedang mencuci baju.“Iya.. asisten paruh waktu sedang izin tidak masuk, daripada pakaian menumpuk jadi aku cuci, sekalian punyamu juga aku cuci,”“Ih...dibawa ke loundry ‘kan bisa Kak?”“Sekalian olahraga Key, membakar lemak, nanti setelah ini aku akan mengajakmu olahraga, supaya berkeringat sedikit, mau ya Key,” ajak Afnan menatap penuh arti.“Jangan macam-macam ya Kak, ingat ‘kan, perjanjian kita, jangan sentuh aku selama aku tidak menginginkannya.”Afnan tertawa lebar, ”Keyra Aninda, makanya otaknya jangan traveling, cepatlah ganti baju yang sopan, jangan lupa kerudung, aku tunggu kamu di depan!” suruh Afnan, senyum masih mengantung di bibirnya.Keyra memicingkan matanya, tapi ia menuruti kemauan Afnan, tak selang berapa lama, Keyra sudah memakai baju gamis hijau tosca dan kerudung dengan warna senada, gadis ya
Siang itu Keyra menikmati makan siangnya bersama Afnan, sepasang suami istri itu kini semakin akrab, berbincangan ringan seputar perkebunan, bisnis dan juga agama semakin membuat Keyra nyaman bersama Afnan.“Kak Afnan, kita sudah menikah selama satu bulan, tapi belum pernah sekalipun kakak mengajak aku ke pondok pesantren,” ucap Keyra“Kamu ingin kesana?”“Iya, kapan-kapan ajaklah aku.”“Bagaimana jika akhir pekan ini.”“Okay.”Tanpa mereka sadari sepasang mata nyalang menyaksikan keakraban Afnan dan Keyra, siapa lagi jika bukan Samuel, yang sejak tadi mengikuti Keyra.“Key...Key...ternyata kamu memang berpaling dariku, ingat Key, janjimu harus kamu tepati, dua bulan lagi kamu harus menyerahkan dirimu padaku,” gerutu kesal Samuel.***Akhir pekan tiba, Keyra begitu antusias mengunjungi pondok pesantren dan yayasan panti asuhan milik Afnan, mobil sedan putih milik Keyra melaju sedang menuju sebuah pondok pesantren.Begitu tiba, sejumlah santri sudah menyambut kedatangan mereka, terli
Afnan terkejut, dan sedikit kecewa, melihat kenyataan masa lalu Keyra, ia memang tahu, jika Keyra mempunyai latar belakang kehidupan yang bebas, apalagi sebelum menjadi mualaf, tapi ia tidak menyangka Keyra sudah mengkomsumsi barang haram itu, di saat berusia 16 tahun.Afnan menarik napas dalam, kemudian menutup ponselnya dan di saat bersamaan Keyra sudah ada di depannya.“Kak, kita lanjut ke panti asuhan yuk,” ajak Keyra.“Benar kamu ingin kesana?”“Iya, kenapa?”“Disana hanya ada anak–anak kecil, pasti itu membuatmu bosan.”“Kamu tahu Kak, dulu waktu aku berusia 7 tahun, aku pernah merengek minta adik pada Papi dan Mami, lalu mereka mengajaku ke panti asuan dan melihat beberapa bayi, tapi ketika salah seorang anak kecil disana merebut boneka yang aku bawa, aku membatalkan keinginanku untuk mempunyai adik,” Keyra mengenang itu sambil tertawa kecil.“Kamu tidak suka barangmu diminta oleh orang lain, Key?”“Tentu saja aku tidak suka.”“Bagaimana dengan tiga bulan ke depan, apa kamu
“Memangnya Kak Afnan tidak pernah menjalin persahabatan dengan orang-orang yang bisa disebut menjurus ke hal kriminal?”Afnan menggeleng. ”Sejak kecil aku ada di lingkungan pondok pesantren, dan saat aku usia 19 tahun, aku memperdalam ilmu agama di universitas yang ternama di mesir.”Keyra dalam hati berdecak kagum, adakah orang yang kehidupannya dari kecil hingga dewasa hanya menghabiskan waktunya demi belajar agama?“Dan disaat aku mulai keluar pondok dan belajar di Mesir, aku selalu ingat nasihat Umi, tentang menjalin pertemanan,” jelas Afnan.“Seperti apa?”“Sebagai perumpamaan, berteman dengan penjual minyak wangi akan memberi manfaat padamu, karena kamu akan ikut merasakan bau harum dari minyak wangi itu, tapi jika kamu berteman dengan pande besi, kamu pasti akan terkena percikan dari api itu, pahamkan dengan perumpamaan itu?”Keyra manggut-manggut tanda mengerti. ”Aku paham, jika kita berteman dengan orang baik, kita akan mendapatkan kebaikannya pula, tapi sebaliknya jika kita
Pengakuan Samuel, membuat Keyra saat ini berstatus terdakwa, hukuman minimal 5 tahun akan menantinya.Afnan menatap Keyra yang duduk di depannya dengan tertunduk, semakin hari wajah Keyra terlihat pucat.“Kamu sakit?”“Tidak, aku baik-baik saja, bagaimana kabar anak-anak?”“Untuk sementara aku melarangnya sekolah, dan melihat televisi, mereka belum tahu keadannu Key,” jawab Afnan.“Maafkan aku, Kak Afnan.”“Kenapa kamu lakukan itu, aku sudah bilang jangan bertindak apapun biar aku yang menangani Samuel jika ia berulah.”“Maaf,” jawab Keyra datar.Di tempat lain Raka berada di rumah Keyra tanpa sepengetahuan Afnan, Raka berbicara dengan Zahra.“Hai Zahra, kenalkan aku teman Bundamu,” sapa Raka.Zahra ketakutan, ia sempat menolak kehadiran Raka, tapi ketika mengatakan jika ia tahu kejadian sebenarnya diroop tof akhirnya bocah itu terdiam.“Ini punyamu ‘kan?” Raka menunjukkan jepit rambut.Zahra mengangguk. ”Kamu bisa berjalan?”Zahra menggeleng, ia ingat jika Keyra menyuruhnya tetap lu
menghalaunya.“Tidak bisa Keyra, kesabaranku menantikanmu telah habis, sudah aku beri kamu waktu satu tahun, ternyata ancamanku kamu abaikan, dan saat ini lihatlah kehancuranmu di mata Zahra, putri kandungmu, gadis itu akan merekam perbuatan bundanya yang menjijikan,” sarkas Samuel.“Zahra buang benda itu!” Keyra terus menyuruh Zahra untuk membuang ponsel, tapi Zahra seakan sudah termakan omongan Samuel. Samuel membawa Keyra ke sudut rooptof, dan menekannya, disaat itulah Zahra sadar jika Bundanya dalam bahaya. Tapi kursi rodanya tidak mau bergerak, entah apa yang dilakukan Samuel, hingga membuat kursi roda itu macet.“Lihat Key, Zahra akan melihat semuanya begitu aku mengirim video ini,” Samuel berkata sinis.“Sam, lepaskan!”Keyra berusaha melepaskan diri dari dari cengkraman tangan Samuel. Dan berusaha merebut ponsel Samuel.Terjadi pergaulatan antara Keyar dan Samuel, memperebutkan ponsel di tangan Samuel, mereka berada di pinggiran rooptof yang hanya sebatas pinggang.“Bunda,
“Untuk Zahra, kita jalan-jalannya memakai kursi roda, ya,” suruh perawat, dan meraih kursi roda di sudut kamar.“Tidak mau, Zahra bosan, Zahra ingin jalan saja,” sahut Zahra ia terus mencoba turun, tapi ia merasakan ada yang aneh dengan kedua kakinya.“Bunda, kenapa kaki Zahra?”Keyra menatap sendu. ”Zahra, dengar sayang, kaki Zahra sakit dan perlu beberapa waktu untuk bisa sembuh. ”Keyra berusaha tersenyum seraya menjelaskan keadaan Zahra sekarang.“Tapi kak Sean, sudah bisa jalan Bunda, kenapa Zahra belum bisa?” Bocah itu terus mencerca pertanyaan, wajahnya seakan protes dengan kondisi yang sedang dihadapi.Keyra memeluk putri kecilnya yang mulai terisak, karena menyadari jika kedua kakinya melemah.“Bunda akan bersama Zahra, Bunda dan Abi serta Kak Sean, akan membatu Zahra menghadapi ujian ini, kita bersama-sama menghadapinya.”Sean, terlihat mendekat, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, lalu menetes, Sean menyadari jika pengorbanan Zahra justru berakibat buruk bagi Zahra.
Beberapa minggu berlalu Zahra dan Sean, menjalani serangkaian pemeriksaan. Dan sudah dijadwalkan operasi untuk mereka berdua. Keyra dan Afnan mengadakan doa bersama untuk kelancaran operasi kedua buah hatinya.Di pondok pesantren juga di adakan doa bersama yang dipimpin Kyai Damarjati. Dukungan doa dari para pekerja dan karyawan, turun bersimpati atas ujian yang dihadapi Afnan dan Keyra.Dan saat ini Afnan, Keyra dan Bu Azizah, Safira dan Prambudi berada di ruang tunggu operasi. Hampir lima jam pintu operasi tertutup rapat, Keyra dan Afnan sejak tadi berpegangan tangan saling menguatkan.Tujuh jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi dibuka, seorang dokter keluar, lalu meminta Afnan dan Keyra untuk berbicara. Mereka menuju ruang dokter, Keyra cemas menunggu informasi dari dokter.“Silahkan duduk Bapak Afnan dan Ibu Keyra,” suruh dokter.“Terima kasih dokter,” sahut Afnan.Lalu Afnan dan Keyra duduk dan menunggu dokter menjelaskan keadaan Sean dan Zahra.“Operasi donor sumsum tulang b
Afnan tahu Keyra tidak bercanda, tatapan beralih penuh menatap ke arah Sean, pucat dan tampak lelah, jantung Afnan mulai berdetak nyeri, hingga tak tak terasa air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, sementara di seberang ponsel, Keyra masih terisak.“Aku dan Sean akan kembali, tunggulah Key,” Afnan menutup ponsel, ia keluar dari dalam mobil dan meluapkan tangisannya diluar. Hingga panggilan membuatnya menghapus air matanya.“Abi...”“Iya Sean, Abi istirahat sebentar,” jawab Afnan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil.“Rumah Nenek Azizah masih lama ‘kan Bi?”“Kita kembali ke Jakarta, kita kembali ke Bunda dan Zahra.”“Benarkah, Abi akan bawa Sean, kembali ke rumah, kita berkumpul lagi bersama Bunda dan Zahra.” Sean bahagia, saking senangnya ia memeluk Abinya dan mencium pipinya berkali-kali.“Terima kasih Abi, Sean janji mulai sekarang tidak bandel, ngalah sama Zahra, dan nurut sama Bunda dan Abi,” cerocos bocah berusia enam tahun itu.Afnan meraup wajah Sean. ”Kita semua sayang
Keyra duduk di tepi ranjang, ia mulai terisak air mata yang ditahannya waktu dibawah, kini lolos membasahi pipinya. Kenapa semua orang menyudutkannya, dan tidak disangka suaminya setuju untuk menyerahkan hak asuh Sean, pada Bu Azizah.Afnan mendekati Keyra, kemudian duduk di sebelahnya, sesaat hening, hanya tangisan Keyra yang masih terdengar, lalu perlahan Afnan membuka suara.“Keyra, aku tahu ini berat bagimu, bagiku juga.”“Berat? Lalu kenapa jika Kak Afnan berat, kenapa setuju memenuhi permintaan Bu Azizah ada apa kak?” Keyra menguncang lengan Afnan meminta penjelasan.“Ini juga kemauan Kakek Damar, kamu tahu sendiri jika sudah menyangkut permintaan Kakek, aku sulit untuk membantahnya, apalagi kesehatan Kakek menurun, aku juga mengkhawatirkan kesehatannya, Key.”“Apa ini semua karena kecelakaan Sean, kenapa satu kesalahanku dijadikan alasan untuk menjauhkanku dari Sean, apa kalian tidak melihat enam tahun ini bagaimana aku menyanyangi Sean.” Keyra mencoba membuka hati Afnan, sup
Samuel tertawa melihat berita kecelakaan di depan sekolah bertaraf internasional, tiba-tiba pintu apartemen dibuka kasar.“Elsa, bisa ‘kan lebih sopan sedikit!” gertak Samuel seraya mematikan televisi.“Kecelakaaan itu ulahmu ‘kan Sam?” tanya Elsa geram.“Aku tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu, jika ada hubungannya, pastilah aku sudah tertangkap, pengemudi mobil itu sudah menyerahkan diri ke kantor polisi,” jawab Samuel santai.Elsa menghela napas lega, lalu duduk di kursi. ”Aku sudah mencetak undangan pernikahan kita, jadi mulai sekarang seriuslah dalam menjalani hidup, kita fokus pada bisnis property.”“Kenapa buru-buru Elsa, aku baru saja menikmati kebebasanku dari penjara, dan kini kamu akan memenjarakan aku dalam pernikahan.”“Jadi maksudmu, kamu belum siap untuk menikah?”“Tunggulah, satu atau dua tahun lagi Elsa.”“Haah dasar pecundang!” umpat Elsa.Elsa bersungut, ia keluar dari apartemen Samuel setelah meletakan undangan pernikahan.“Dasar wanita, apa dia pikir dia
Keyra melajukan mobilnya menuju rumah, setelah memasuki gerbang ia memarkirkan mobilnya, terlihat mobil Afnan juga sudah terparkir, dan terdengar dari arah depan, Afnan sedang bercanda dan bermain dengan Sean dan Zahra, ketiganya tertawa.“Assalamu’alaikum,”salam Keyra.“Waalaikumsalam,” jawab ketiganya, lalu Sean dan Zahra menghambur memeluk Keyra.”Bunda,” ucap keduannya.“Kalian bermain dulu ya, tapi ingat jangan keluar pagar,” pinta Keyra pada kedua anaknya.Keyra mencium satu persatu Sean dan Zahra, lalu menatap Afnan. ”Tumben Kak pulang sore?”“Iya Key, ada sesuatu yang aku khawatirkan, dan aku teringat pada Sean dan Zahra.”“Apa karena Samuel?”“Kamu tahu Key, dia telah bebas.” Keyra dan Afnan berbicara sambil melangkah menaiki tangga.“Sam, menemuiku tadi siang, ah aku cemas jika ia keluar dari penjara, aku masih teringat apa yang dilakukan Amara, bagaimana jika Sam, berbuat sama, balas dendam pada kita, aku saat ini mencemaskan Sean dan Zahra,” ungkap Keyra.“Sama Key, aku j
Hari-hari terus berjalan, baik Keyra dan Afnan di sibukan dengan mengasuh dan mendidik Sean dan Zahra, selain itu pekerjaan juga menguras aktivitas keduanya, tapi Keyra sangat berkomitmen bahwa keluarganya adalah yang terpenting.Pertengkaran Sean dan Zahra kadang membuat Keyra bingung, Sean sebagai anak laki-laki dan usianya lebih tua, kadang memilki sifat egois yang besar, tidak mau kalah, dan permintaannya harus dituruti.Seperti sore itu, sepulang dari Rumah Sakit Praja Hospitaly, terlihat Sean sedang bersitegang dengan Zahra, dan mereka memperebutkan sebuah skyboard, terlihat keduanya sedang bermain di halaman samping.“Kak Sean, kembalikan punyaku, Kakak ambil punya Kakak sendiri,” rengek Zahra.Tarik menarikipun terjadi, tangan mereka saling kuat menarik. ”Kakak pinjam Zahra,” sarkas Sean, semakin kuat menarik.Tiba-tiba Sean melepas, hal hasil Zahra terjengkang dan terpelanting jatuh, melihat hal itu Sean tertawa.“Sean, minta maaf pada Zahra,” suruh Keyra yang melihat kejadia