“Gila juga kamu ini Di nekat nggak tanggung-tanggung. Eh bukankah uang cash yang kamu taruh itu hanya 10 juta dolar amerika dan sudah kamu donasikan semuanya, bahkan total donasi kamu kan hampir 15 juta dolar. Terus kenapa kamu ambil lagi yang 10 juta itu?”Yasmin bertanya keheranan tapi tetap konsen ke setiran, apalagi RPM sudah menunjukan lebih dari 170/perjam di jalan bebas hambatan yang lumayan ramai.“Aku lupa cerita, uang ini totalnya hampir 30 juta dolar, tapi saat itu campur dengan mata uang Palestina dan Yordania, so…ku ambil hanya 10 juta dolar, anggap bunganya selama 3 tahunan ini,” sahut Aldi cuek, hingga Yasmi langsung tertawa.Sepanjang jalan keduanya tak bosan-bosannya saling bercerita. Aldi yang biasanya cool, kini makin sering tertawa terbahak. Dunia jadi indah berada di samping si agen jelita ini.Akhirnya setelah lebih 7 jam menggeber mobil, mereka sampai juga di perbatasan Yordania-Arab Saudi.Saat santai di kafe yang buka 24 jam, karena ini sudah tengah malam, ked
Dengan suara terbata Aldi mengisahkan tragedi yang menimpa Bianti istrinya di Pangkalan Bun. Ada rasa penyesalan mendalam saat Aldi ceritakan tragedi Bianti.Yasmin sampai terdiam tak bisa berkata-kata. Tak terasa hampir 10 bulanan di Timur Tengah, Aldi tak tahu sama sekali kalau istrinya sudah berpulang dengan tragis.“Sabar…ini sudah takdir…!” Yasmin memeluk pemuda ini yang menahan tangisnya, kecuali airmatanya yang meleleh.Kembali Aldi harus kehilangan seorang istri dengan cara yang sama, di bunuh!“Aku….putuskan pulang ke Indonesia Yasmin, aku harus cari pembunuh Bianti sampai dapat, dan mencari anak kami yang dibawa kerabat Paman Atui” Aldi menggertakan giginya, terasa sekali aroma dendam tak bisa di tahan pemuda ini.“Hmm…ya sudahlah, tapi jangan bawa hati panas, tetap gunakan akal sehat. Musuh yang kamu hadapi pasti sudah perhitungkan resikonya, hingga nekat membunuh Bianti,” Yasmi langsung nasehati Aldi.Yasmin memang lebih dewasa dna matang dari Aldi, apalagi usianya dua tah
Aldi kini mendengarkan semua cerita dari Paman Atui dan anaknya, tentang musibah yang menimpa Bianti, kali ini tentu aja lebih komplet.Sejak mendarat di bandara perintis dan di jemput anak Paman Atui, pemuda ini tak mau berleha-leha, dia lalu temui Paman Atui dan menyimak kisah kakek tua ini. “Maafkan paman, yang tak bisa cegah pembunuhan itu,” Paman Atui menghela nafas, menyesali ketidak mampuannya jaga Bianti. Sambil memandang kakinya yang pincang dan kecil sebelah.“Di mana sekarang anak kami paman?” Aldi kini alihkan pembicaraan, dia tak menyalahkan kakek ini. Dirinya sadar, Paman Atui bukan seperti dirinya yang masih muda dan ganas.Walaupun paman Atui punya ilmu kebal dan lihai menembak, tapi usia tua tak mungkin di lawan, ditambah fisiknya yang tak pagi seperti saat muda.“Anak kalian di pelihara kerabat paman, cuman mereka pindah ke Palembang, suaminya pindah kerja ke sana. Tapi tak usah khawatir, paman jamin keselamatannya terjaga!” Paman Atui buru-buru menenangkan pemuda
Perjalanan menuju ke tempat dugaan persembunyian Jalak benar-benar medan yang sulit. Apalagi saat ini musim penghujan.Namun dendam membara membuat Aldi tetap nekat terobos jalanan di hutan yang becek dan penuh lumpur.Aldi sengaja tak mau gunakan helikopter perusahaan ayahnya. Bila itu digunakan, bisa jadi musuh besarku makin bersembunyi, batinnya.Padahal kalau Aldi mau, hitungan jam sudah sampai ke lokasi yang di tuju.“Sepanjang jalan aku bisa bertanya-tanya dengan warga, manusia begitu pasti sangat licin dan miliki muslihat,” pikirnya lagi, sambil tancap gas melibas jalanan.Awalnya perjalanan memang enak dan nyaman, tapi setelah lebih 50 kiloan dan sudah masuk daerah hutan, Aldi pun mulai merasakan apa yang dikatakan Kapolres dan Paman Atui.Selain becek, juga kadang dia terjebak di jalan penuh lumpur, butuh tenaga ekstra dan kelihaian sebagai joke kendalikan trailnya ini.“Betul-betul kepala daerah tak berguna, anggaran besar, tapi bangun jalan layak tak mampu,” batin Aldi samb
Kakek Gabar mulai ramah setelah Aldi berikan 1 slop rokok, yang dia beli di desa sebelumnya. Aldi paham, benda seperti rokok adalah alat untuk buka komunikasi dengan warga lokal. Dan kali ini terbukti…!“Daerah itu tak aman lagi semenjak ditemukannya tambang emas di sana. Warga luar berbondong-bondong ke sana, lalu timbul bentrok dengan warga Lembah Kurau!” Gabar pun mulai buka-bukaan.“Pantas, itu masalahnya ya pak, bahaya juga kalau terjadi bentrok, bisa menimbulkan korban,” gumam Aldi, sambil merapatkan jaketnya, karena hawa mulai menusuk tulang.“Sudah banyak yang tewas, di sana seolah tak ada hukum anak muda, yang ada hanya hukum rimba, siapa kuat dia yang selamat,” sahut kakek Gabar apa adanya, lalu merem melek menikmati rokok ‘mahal’ yang Aldi berikan.Aldi terdiam sesaat, ia lalu ingat peringatan Kapolres, kalau daerah yang dirinya datangi amat rawan dan kini terbukti, tak mungkin kakek Gabar berbohong.Kakek Gabar juga sebut, hampir separu warganya ikut ke sana ikut menambang
Aldi putuskan tak buru-buru ke Lembah Kurau, dari kakek Gabar dia dapat informasi lagi ada jalan potong kompas yang lebih dekat.“Tapi kamu harus jalan kaki, sekitar 4 sampai 5 jam, kalau kamu naik motor bisa jadi dua hari lebih lagi baru sampai. Jalan tak bisa dilewati kalau musim hujan begini. Apakah kamu kuat jalan kaki sampai berjam-jam?” pancing si kakek, Aldi pun tersenyum mengiyakan.Siangnya Aldi kaget, saat kakek Gabar berikan minuman yang di rendam sejenis akar-akaran.“Ini namanya akar pasak bumi dan akar sembilu, kamu minum setelah di rendam di air ini, rasanya cukup pahit. Tapi khasiatnya bagus, menguatkan tulang dan pinggang, dan bikin kamu jos sama wanita he-he!” canda si kakek perlihatkan giginya yang tinggal 2 di depan dan geraham doank.Mau tak mau Aldi ikutan tertawa, tanpa buang waktu dia minum segelas akar yang sebelumnya sudah di rendam kakek Gabar ini, pahit sekali rasanya.“Ntar sore khasiatnya mulai terasa hingga 1 bulan ke depan. Jangan main hantam urang utan
Tanpa banyak bicara lagi ke empatnya langsung menyerbu, tapi pemuda yang mereka keroyok bukannya menghindar, tapi balik menghajar ke 4 nya tanpa ampun.Bakkk bughh….auchh…!” terdengar bunyi keras dan teriakan kesakitan, saat Aldi lakukan tendangan dan pukulan keras pada 4 orang ini.Ke 3 orang ini baru nyadar tapi terlambat, kalau musuh yang mereka hadapi kebal bacok dan lihai beladiri.Dalam waktu kurang dari 10 menitan ke 4 nya sudah terkapar dengan wajah bersimbah darah, bahkan kaki atau tangan terkilir.Aldi benar-benar tidak beri ampun dan hajar ke 5 nya tanpa belas kasihan.“Ading-ading (adik) semua, silahkan pulang, sudah aman, para begundal ini sudah aku bereskan!” Aldi berbalik dan lempar senyum pada ketiganya, yang melongo melihat penolongnya sangat tampan dan kebal bacok.Senyum Aldi mengandung arti…bayangan ke 3 nya mandi sambil telanjang bulat, masih membayang di wajahnya.Walaupun aslinya Aldi tak nakal, tapi siapa yang tak ‘pusing pala birbie’ melihat kemulusan gadis de
Pembicaraan keduanya yang awalnya kaku mulai mencair, saat Seria bilang kekasihnya ikut pergi dan mengadu nasib ke Lembah Kurau sudah 6 bulan, tapi belum pulang sampai kini.“Padahal kami mau menikah awal bulan depan, tapi sampai kini dia tak ada kabar berita.” Keluh Seria, sambil hela nafas panjang, sambil sebutkan nama kekasihnya.“Sabar Seria, aku yakin dia akan pulang, kelak bila aku ke sana, aku akan cari Jofo, kekasihmu itu dan minta dia segera pulang, penuhi janjinya untuk nikahi kamu,” sela Aldi.“Terima kasih Bang Aldi, apa mau tambah lagi kopinya?” Seria melihat gelas Aldi yang sudah habis kopinya. Seria kini panggil Abang, tak lagi tuan.“Udah cukup Seria, aku bisa nggak tidur satu malaman, kalau minum kopi terus,” seloroh Aldi, Seria tertawa kecil.Semakin sering Aldi tertawa, dia tak sadar pesonanya makin membuat Seria klepek-klepek.Keduanya lalu kompak menatap ke pintu, melihat hujan yang makin deras saja, kadang diselingi kilat dan petir yang menggelegar.Cuaca seolah
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam