Aldi kini mendengarkan semua cerita dari Paman Atui dan anaknya, tentang musibah yang menimpa Bianti, kali ini tentu aja lebih komplet.Sejak mendarat di bandara perintis dan di jemput anak Paman Atui, pemuda ini tak mau berleha-leha, dia lalu temui Paman Atui dan menyimak kisah kakek tua ini. “Maafkan paman, yang tak bisa cegah pembunuhan itu,” Paman Atui menghela nafas, menyesali ketidak mampuannya jaga Bianti. Sambil memandang kakinya yang pincang dan kecil sebelah.“Di mana sekarang anak kami paman?” Aldi kini alihkan pembicaraan, dia tak menyalahkan kakek ini. Dirinya sadar, Paman Atui bukan seperti dirinya yang masih muda dan ganas.Walaupun paman Atui punya ilmu kebal dan lihai menembak, tapi usia tua tak mungkin di lawan, ditambah fisiknya yang tak pagi seperti saat muda.“Anak kalian di pelihara kerabat paman, cuman mereka pindah ke Palembang, suaminya pindah kerja ke sana. Tapi tak usah khawatir, paman jamin keselamatannya terjaga!” Paman Atui buru-buru menenangkan pemuda
Perjalanan menuju ke tempat dugaan persembunyian Jalak benar-benar medan yang sulit. Apalagi saat ini musim penghujan.Namun dendam membara membuat Aldi tetap nekat terobos jalanan di hutan yang becek dan penuh lumpur.Aldi sengaja tak mau gunakan helikopter perusahaan ayahnya. Bila itu digunakan, bisa jadi musuh besarku makin bersembunyi, batinnya.Padahal kalau Aldi mau, hitungan jam sudah sampai ke lokasi yang di tuju.“Sepanjang jalan aku bisa bertanya-tanya dengan warga, manusia begitu pasti sangat licin dan miliki muslihat,” pikirnya lagi, sambil tancap gas melibas jalanan.Awalnya perjalanan memang enak dan nyaman, tapi setelah lebih 50 kiloan dan sudah masuk daerah hutan, Aldi pun mulai merasakan apa yang dikatakan Kapolres dan Paman Atui.Selain becek, juga kadang dia terjebak di jalan penuh lumpur, butuh tenaga ekstra dan kelihaian sebagai joke kendalikan trailnya ini.“Betul-betul kepala daerah tak berguna, anggaran besar, tapi bangun jalan layak tak mampu,” batin Aldi samb
Kakek Gabar mulai ramah setelah Aldi berikan 1 slop rokok, yang dia beli di desa sebelumnya. Aldi paham, benda seperti rokok adalah alat untuk buka komunikasi dengan warga lokal. Dan kali ini terbukti…!“Daerah itu tak aman lagi semenjak ditemukannya tambang emas di sana. Warga luar berbondong-bondong ke sana, lalu timbul bentrok dengan warga Lembah Kurau!” Gabar pun mulai buka-bukaan.“Pantas, itu masalahnya ya pak, bahaya juga kalau terjadi bentrok, bisa menimbulkan korban,” gumam Aldi, sambil merapatkan jaketnya, karena hawa mulai menusuk tulang.“Sudah banyak yang tewas, di sana seolah tak ada hukum anak muda, yang ada hanya hukum rimba, siapa kuat dia yang selamat,” sahut kakek Gabar apa adanya, lalu merem melek menikmati rokok ‘mahal’ yang Aldi berikan.Aldi terdiam sesaat, ia lalu ingat peringatan Kapolres, kalau daerah yang dirinya datangi amat rawan dan kini terbukti, tak mungkin kakek Gabar berbohong.Kakek Gabar juga sebut, hampir separu warganya ikut ke sana ikut menambang
Aldi putuskan tak buru-buru ke Lembah Kurau, dari kakek Gabar dia dapat informasi lagi ada jalan potong kompas yang lebih dekat.“Tapi kamu harus jalan kaki, sekitar 4 sampai 5 jam, kalau kamu naik motor bisa jadi dua hari lebih lagi baru sampai. Jalan tak bisa dilewati kalau musim hujan begini. Apakah kamu kuat jalan kaki sampai berjam-jam?” pancing si kakek, Aldi pun tersenyum mengiyakan.Siangnya Aldi kaget, saat kakek Gabar berikan minuman yang di rendam sejenis akar-akaran.“Ini namanya akar pasak bumi dan akar sembilu, kamu minum setelah di rendam di air ini, rasanya cukup pahit. Tapi khasiatnya bagus, menguatkan tulang dan pinggang, dan bikin kamu jos sama wanita he-he!” canda si kakek perlihatkan giginya yang tinggal 2 di depan dan geraham doank.Mau tak mau Aldi ikutan tertawa, tanpa buang waktu dia minum segelas akar yang sebelumnya sudah di rendam kakek Gabar ini, pahit sekali rasanya.“Ntar sore khasiatnya mulai terasa hingga 1 bulan ke depan. Jangan main hantam urang utan
Tanpa banyak bicara lagi ke empatnya langsung menyerbu, tapi pemuda yang mereka keroyok bukannya menghindar, tapi balik menghajar ke 4 nya tanpa ampun.Bakkk bughh….auchh…!” terdengar bunyi keras dan teriakan kesakitan, saat Aldi lakukan tendangan dan pukulan keras pada 4 orang ini.Ke 3 orang ini baru nyadar tapi terlambat, kalau musuh yang mereka hadapi kebal bacok dan lihai beladiri.Dalam waktu kurang dari 10 menitan ke 4 nya sudah terkapar dengan wajah bersimbah darah, bahkan kaki atau tangan terkilir.Aldi benar-benar tidak beri ampun dan hajar ke 5 nya tanpa belas kasihan.“Ading-ading (adik) semua, silahkan pulang, sudah aman, para begundal ini sudah aku bereskan!” Aldi berbalik dan lempar senyum pada ketiganya, yang melongo melihat penolongnya sangat tampan dan kebal bacok.Senyum Aldi mengandung arti…bayangan ke 3 nya mandi sambil telanjang bulat, masih membayang di wajahnya.Walaupun aslinya Aldi tak nakal, tapi siapa yang tak ‘pusing pala birbie’ melihat kemulusan gadis de
Pembicaraan keduanya yang awalnya kaku mulai mencair, saat Seria bilang kekasihnya ikut pergi dan mengadu nasib ke Lembah Kurau sudah 6 bulan, tapi belum pulang sampai kini.“Padahal kami mau menikah awal bulan depan, tapi sampai kini dia tak ada kabar berita.” Keluh Seria, sambil hela nafas panjang, sambil sebutkan nama kekasihnya.“Sabar Seria, aku yakin dia akan pulang, kelak bila aku ke sana, aku akan cari Jofo, kekasihmu itu dan minta dia segera pulang, penuhi janjinya untuk nikahi kamu,” sela Aldi.“Terima kasih Bang Aldi, apa mau tambah lagi kopinya?” Seria melihat gelas Aldi yang sudah habis kopinya. Seria kini panggil Abang, tak lagi tuan.“Udah cukup Seria, aku bisa nggak tidur satu malaman, kalau minum kopi terus,” seloroh Aldi, Seria tertawa kecil.Semakin sering Aldi tertawa, dia tak sadar pesonanya makin membuat Seria klepek-klepek.Keduanya lalu kompak menatap ke pintu, melihat hujan yang makin deras saja, kadang diselingi kilat dan petir yang menggelegar.Cuaca seolah
Seria merebahkan tubuh polosnya di samping Aldi.”Makasih ya Bang, aku benar-benar puas, baru kali ini bisa klimaks berkali-kali,” bisik Seria, sambil mengecup bibir Aldi.Seria pun tanpa malu menceritakan perawannya sudah di ambil Jofo kekasihnya, saat mereka memutuskan jadi kekasih.Seria tanpa tedeng aling-aling juga cerita, Jofo beberapa kali nginap di sini. Ortunya tak pernah menegur ulah mereka.Aldi baru tahu, keluarga Seria anut animisme, sehingga kalau sudah suka sama, soal asusila tak danggap pelanggaran lagi.Toh di kepercayaan mereka, menikah hanya adat kecil, cukup upacara sederhana di depan kepala suku, maka semua beres.“Yang utama, suka sama suka, tidak menikah juga tak apa!” ceplos Seria enteng.Seria lalu sebut dua temannya yang di tolong Aldi juga tak perawan lagi. "Kalau Abang mau, nanti aku kabari mereka," cetus Seria, Aldi sampai membulat matanya saking kagetnya. "M-masa sih...jadi...mereka juga sudah melakukan dengan kekasih masing-masing?"Dengan tertawa kecil
Aldi tentu saja menuju di mana Jalak berada, dia tak punya urusan soal tambang emas yang ramai di tambang warga tersebut.Dia menuju ke bagian Selatan lembah Kurau ini. Aldi mulai waspada, tempat ini agak ramai dengan warga, yang sengaja bikin kampung dadakan.Hutan lebat yang asalnya sunyi dan hanya ada suara binatang seperti monyet, burung atau binatang lainnya, berubah jadi hiruk pikuk manusia.Sudah jamak di mana-mana, bila ada emas, maka berbondong-bondonglah warga dari segala penjuru berdatangan untuk adu nasib.Lalu berdiriah warung-warung dadakan…harganya tentu 2 sampai 3X lipat dari harga normal. Tak ketinggalan ada wanita penjaja cintanya juga, yang kadang pasang tarif selangit. Apalagi kini malam menjelang, warung-warung dadakan tadi seakan berubah jadi kafe dadakan, yang ramai di datangi para penambang emas, yang kalau malam memang sengaja cari hiburan di sini.Pelayannya sengaja berbaju aduhai dan kalau cocok, bisa bergeser ke belakang untuk lepas sahwat. Ada kamar kecil