Aldi putuskan tak buru-buru ke Lembah Kurau, dari kakek Gabar dia dapat informasi lagi ada jalan potong kompas yang lebih dekat.“Tapi kamu harus jalan kaki, sekitar 4 sampai 5 jam, kalau kamu naik motor bisa jadi dua hari lebih lagi baru sampai. Jalan tak bisa dilewati kalau musim hujan begini. Apakah kamu kuat jalan kaki sampai berjam-jam?” pancing si kakek, Aldi pun tersenyum mengiyakan.Siangnya Aldi kaget, saat kakek Gabar berikan minuman yang di rendam sejenis akar-akaran.“Ini namanya akar pasak bumi dan akar sembilu, kamu minum setelah di rendam di air ini, rasanya cukup pahit. Tapi khasiatnya bagus, menguatkan tulang dan pinggang, dan bikin kamu jos sama wanita he-he!” canda si kakek perlihatkan giginya yang tinggal 2 di depan dan geraham doank.Mau tak mau Aldi ikutan tertawa, tanpa buang waktu dia minum segelas akar yang sebelumnya sudah di rendam kakek Gabar ini, pahit sekali rasanya.“Ntar sore khasiatnya mulai terasa hingga 1 bulan ke depan. Jangan main hantam urang utan
Tanpa banyak bicara lagi ke empatnya langsung menyerbu, tapi pemuda yang mereka keroyok bukannya menghindar, tapi balik menghajar ke 4 nya tanpa ampun.Bakkk bughh….auchh…!” terdengar bunyi keras dan teriakan kesakitan, saat Aldi lakukan tendangan dan pukulan keras pada 4 orang ini.Ke 3 orang ini baru nyadar tapi terlambat, kalau musuh yang mereka hadapi kebal bacok dan lihai beladiri.Dalam waktu kurang dari 10 menitan ke 4 nya sudah terkapar dengan wajah bersimbah darah, bahkan kaki atau tangan terkilir.Aldi benar-benar tidak beri ampun dan hajar ke 5 nya tanpa belas kasihan.“Ading-ading (adik) semua, silahkan pulang, sudah aman, para begundal ini sudah aku bereskan!” Aldi berbalik dan lempar senyum pada ketiganya, yang melongo melihat penolongnya sangat tampan dan kebal bacok.Senyum Aldi mengandung arti…bayangan ke 3 nya mandi sambil telanjang bulat, masih membayang di wajahnya.Walaupun aslinya Aldi tak nakal, tapi siapa yang tak ‘pusing pala birbie’ melihat kemulusan gadis de
Pembicaraan keduanya yang awalnya kaku mulai mencair, saat Seria bilang kekasihnya ikut pergi dan mengadu nasib ke Lembah Kurau sudah 6 bulan, tapi belum pulang sampai kini.“Padahal kami mau menikah awal bulan depan, tapi sampai kini dia tak ada kabar berita.” Keluh Seria, sambil hela nafas panjang, sambil sebutkan nama kekasihnya.“Sabar Seria, aku yakin dia akan pulang, kelak bila aku ke sana, aku akan cari Jofo, kekasihmu itu dan minta dia segera pulang, penuhi janjinya untuk nikahi kamu,” sela Aldi.“Terima kasih Bang Aldi, apa mau tambah lagi kopinya?” Seria melihat gelas Aldi yang sudah habis kopinya. Seria kini panggil Abang, tak lagi tuan.“Udah cukup Seria, aku bisa nggak tidur satu malaman, kalau minum kopi terus,” seloroh Aldi, Seria tertawa kecil.Semakin sering Aldi tertawa, dia tak sadar pesonanya makin membuat Seria klepek-klepek.Keduanya lalu kompak menatap ke pintu, melihat hujan yang makin deras saja, kadang diselingi kilat dan petir yang menggelegar.Cuaca seolah
Seria merebahkan tubuh polosnya di samping Aldi.”Makasih ya Bang, aku benar-benar puas, baru kali ini bisa klimaks berkali-kali,” bisik Seria, sambil mengecup bibir Aldi.Seria pun tanpa malu menceritakan perawannya sudah di ambil Jofo kekasihnya, saat mereka memutuskan jadi kekasih.Seria tanpa tedeng aling-aling juga cerita, Jofo beberapa kali nginap di sini. Ortunya tak pernah menegur ulah mereka.Aldi baru tahu, keluarga Seria anut animisme, sehingga kalau sudah suka sama, soal asusila tak danggap pelanggaran lagi.Toh di kepercayaan mereka, menikah hanya adat kecil, cukup upacara sederhana di depan kepala suku, maka semua beres.“Yang utama, suka sama suka, tidak menikah juga tak apa!” ceplos Seria enteng.Seria lalu sebut dua temannya yang di tolong Aldi juga tak perawan lagi. "Kalau Abang mau, nanti aku kabari mereka," cetus Seria, Aldi sampai membulat matanya saking kagetnya. "M-masa sih...jadi...mereka juga sudah melakukan dengan kekasih masing-masing?"Dengan tertawa kecil
Aldi tentu saja menuju di mana Jalak berada, dia tak punya urusan soal tambang emas yang ramai di tambang warga tersebut.Dia menuju ke bagian Selatan lembah Kurau ini. Aldi mulai waspada, tempat ini agak ramai dengan warga, yang sengaja bikin kampung dadakan.Hutan lebat yang asalnya sunyi dan hanya ada suara binatang seperti monyet, burung atau binatang lainnya, berubah jadi hiruk pikuk manusia.Sudah jamak di mana-mana, bila ada emas, maka berbondong-bondonglah warga dari segala penjuru berdatangan untuk adu nasib.Lalu berdiriah warung-warung dadakan…harganya tentu 2 sampai 3X lipat dari harga normal. Tak ketinggalan ada wanita penjaja cintanya juga, yang kadang pasang tarif selangit. Apalagi kini malam menjelang, warung-warung dadakan tadi seakan berubah jadi kafe dadakan, yang ramai di datangi para penambang emas, yang kalau malam memang sengaja cari hiburan di sini.Pelayannya sengaja berbaju aduhai dan kalau cocok, bisa bergeser ke belakang untuk lepas sahwat. Ada kamar kecil
Bughh… Loan terjengkang, Aldi memburunya, lalu menjambak kepala Loan, krekkk…dengan ganas dan berdarah dingin, sekali putar, leher Loan patah dan tewas seketika.Loan lah juga yang menemani Jalak, saat menyatroni Biani, lalu dengan kejam Jalak tusuk istri Aldi ini tepat di dadanya.Dendam membara membuat Aldi tak beri ampun pada musuh-musuhnya.3 Orang lainnnya kaget bukan main, tapi satu orang terlambat, belum sempat ambil golok, dia sudah terjengkang.Aldi secepat kilat menendang wajahnya, saking keras nya tendangan itu, kepala orang ini terputar 180 derajat dan tewas seketika, juga dengan leher patah.Berbarengan dengan datangnya tebasan golok yang dilepaskan dua orang ke punggung Aldi. Brasss…!Keduanya melongo, baju Aldi sobek besar, tapi punggung itu tak apa-apa. Aldi berbalik cepat dan dua kali pukulan keras membuat keduanya terjungkal ke lantai dan klenger.Dengan kemarahan yang meluap-luap Aldi pelintir leher keduanya bergantian, kini ke empat orang ini tewas semuanya.Aldi s
Kehebohan tentu saja terjadi besoknya, tapi seperti yang Kakek Gabar ceritakan, di sini tak ada hukum, yang berlaku hukum rimba.Aldi menyaksikan banyak orang berkerumun di rumah Jalak. Tapi dia melongo, bukannya menolong, mereka malah menjarah rumah itu.Tak lama kemudian api berkobar di rumah tersebut. Dalam waktu singkat bangunan ini rata dengan tanah.“Gila, benar-benar bar-bar, mungkin mereka kesal selama ini pinjam duit, lalu dikenakan bunga mencekik, akhirnya lampiaskan kemarahannya dengan menjarah dan membakar,” pikir Aldi menduga-duga. Aldi sengaja belum pergi saja dari sini, ia sudah berjanji dengan Seria, untuk mencari Jofo, kekasihnya itu.“Walaupun kamu tampan dan hebat memuaskanku, tapi cintaku hanya buat Jofo. Lagian aku tau diri, kamu orang kota dan pasti kelak pulang lagi!” kata Seria ketika mereka bercinta. Aldi pun mulai bertanya-tanya, di mana orang yang bernama Jofo pada beberapa warga yang heran melihat ada ‘orang kota’ berkeliaran di tempat yang sangat raw
Lebih kaget Aldi, ternyata Suhai tahu soal harta Jalak yang kini sengaja dia sembunyikan, dan mereka berdua ternyata rekanan bisnis.Aldi tak tahu, Suhai ini tak beda jauh dengan Jalak.Bedanya Suhai menggaji anak buahnya untuk menambang, sedangkan Jalak pembeli.Tapi Jalak lebih cerdik, dia sengaja beri pinjaman dengan bunga mencekik pada para penambang.Sedangkan Suhai menggaji anak buahnya dengan rendah, walaupun soal makan dan minum juga tempat tinggal dia jamin. Tapi anak buahnya bekerja penuh tekanan dan ancaman.Suhai seolah menjadikan pekerjanya tak ubahnya budak. Suhai dan Jalak sama-sama cari untung dengan gaya berbeda.Aldi mulai menduga Suhai makin curiga dengannya.“Hmm…apa misi kamu ke sini tuan Aldi, tak mungkin kamu hanya mencari Jofo bukan? Asal kamu tahu, Jofo itu anak buahku!” kali ini Suhai agaknya mulai tunjukan kecurigaannya secara terang-terangan. Saat itu keluar seorang wanita yang lumayan cantik dari kamar, di mana Suhai tadi keluar, Suhai mendelik apalagi s