Aldi lalu keluar dari pintu belakang dan sengaja ingin jebak orang yang memata-matainya tersebut. Orang ini celingak-celinguk memantau situasi.Punya pengalaman sebagai ‘pejuang’ di Timur Tengah, membuat Aldi paham cara-cara menjebak musuh. Kini ilmu itu dia pakai saat ini.Orang ini terus terlhat celingak-celinguk, seakan takut aksinya ketahuan.Dan yang membuat Aldi gemas bukan main, di tangan orang itu ada botol minuman ukuran sedang, dan di tangan satunya ada korek api gas.Dengaan berindap-indap, dia pun mendekati kos sewaan Aldi, lalu mulai menyiramkan sesuatu dari botol mineral yang dia bawa.Bangunan kos sewaan Aldi ini tersendiri, di buat bak bungalow saja. Tapi tentu saja sederhana, hanya dinding papan dan beratap daun nipah, yang memang banyak terdapat di daerah ini.Belum habis botol itu dia tumpah, orang ini langsung jatuh terjerembab, pukulan Aldi gunakan balok kayu sebesar lengan membuatnya klenger.Aldi lalu menyeret orang ini dengan menjambak rambutnya. Setelah tiba
Malamnya, Aldi terpaksa membatalkan menuju rumah Suhai, sejak senja hujan melanda kawasan ini. Awalnya biasa saja, tapi lama-lama makin lebat disertai angin deras.Kos Aldi yang terbuat dari kayu saja sampai bergoyang dan atapnya hampir copot, saking derasnya angin dan hujan yang bak di tumpahkan dari langit.Aldi sama sekali tak tahu, terjadi bencana di kawasan tambang emas ilegal ini. Hujan lebat di sertai kilat dan petir membuat beberapa titik tambang emas itu banjir besar…terjadi erusi dan longsoran lumpur hebat.Saat itu ada ratusan orang yang terjebak dan tertimbun longsoran mengerikan ini. Ratusan lainnya sempat menyelamatkan diri, kawasan Lembah Kurau bak kiamat saja.Hiruk pikuk terdengar di hutan yang hancur lebur akibat aktivitas pertambangan emas ilegal ini.Jarak antara tambang dan kos ini agak jauh, sehingga tragedi itu tak terdengar sampai di tempat yang kini jadi perkampungan tersebut.Aldi yang asyik ngopi pun sampai tegang sendiri, kalau-kalau kosnya ini roboh.“Kaya
Aldi membuka gorden kosnya sedikit, dia pun hanya menghela nafas panjang, hujan masih sangat lebat, walaupun kini angin agak berkurang derasnya.Tapi suaranya tetap menggemuruh, hingga menimbulkan suara seram. “Ini baru pertama kali loh hujan badai disertai hujan deras begini mas!” terdengar suara Mba Inui.“Apakah bakal terjadi banjir..?” Aldi berpaling dan kini duduk di sisi kasur tanpa ranjang, di mana Mba Inui asyik baringan.Agak was-was juga Aldi kalau itu yang terjadi. Bingung kemana ngungsi, mana malam hari lagi. Apalagi kalau sampau banjir bandang, air yang tiba-tiba datang dengan derasnya.“Nggak sih, pokoknya di sini aman, karena di daerah di sini agak tinggi, justru yang ngeri itu kalau terjadi erusi atau longsoran.” Sahut Mba Inui sambil menggeliat, hingga ketiaknya yang mulus terlihat.Aldi senyum juga melihat kelakuan wanita semok ini, sebagai pemuda berpengalaman, dia paham, Mba Inui seolah mulai buka pintu buatnya.Tapi masa iya…dia main gila dengan bini orang…?Namun
“Aku harus istirahat lama ini, kamu kok hyper banget sih,” canda Mba Inui lalu bergegas keluar dari kos ini, takut kembali di permak pemuda ini.Dia merasa seolah masih ada di sela pahanya, sesuatu yang keras dan besar mengganjal.Aldi hanya tertawa kecil, kini dia menikmati kopi yang barusan dibuatkan Mba Inui sebelum pergi dan sempat dia peluk dari belakang. Tapi niatnya langsung di tepis si semok dan bilang masih perih.“Gara-gara ramuan kakek Gabar, aku jadi begini,” gumam Aldi senyum-senyum sendiri, yang aslinya masih belum puas. Padahal malam tadi 2X dan pagi ini 1X bergelut dengan Mba Inui.Setelah mandi, Aldi pun sengaja memanfaatkan jalan-jalan di kawasan ini, dia lagi-lagi tersenyum-senyum sendiri menatap rumah Mba Inui yang terlihat sepi.“Kecapekan banget dia, setelahku genjot 3 ronde,” gumam Aldi lalu tertawa kecil. Petualangan lucu baginya, tak jauh-jauh dari wanita.Kini, barulah Aldi terperanjat tak kepalang, saat mengetahui tragedi memilukan ini, dia melihat kesibuka
Aldi terpaksa menyingkir, saat dua warga mengangkat jasad Tamara. Untuk dikumpulkan dengan jasad-jasad yang jadi korban lainnya, termasuk di sana ada jasad kekasihnya bos Suhai.“Maafkan aku kakek Olly, anakmu Tamara sudah meninggal dunia…Tissa…anaknya dengan Om Masri…berarti Tissa sepupuku…tinggal di Surabaya!” batin Aldi termenung sendiri.Setelah mengambil nafas panjang, Aldi pun berlalu dari sana dan tidak menggubris lagi kesibukan luar biasa di Lembah Kurau ini.Hari itu juga Aldi memutuskan kembali ke Desa Punai, misinya sudah selesai. Bertemu dan selesaikan Jalak, lalu tak di sangka-sangka bertemu Tamara dan ada pesan khusus dari wanita cantik ini.Juga dia sudah bertemu Jofo, kekasih Seria yang untungnya pulang duluan, sebelum tragedi itu.Andai masih bertahan di sini, bisa jadi Jofo akan jadi korban longsoran maut di musibah maut Lembah Kurau ini.Aldi tak ingin menyolok dan kehadirannya jadi pusat perhatian, apalagi dia pernah mengamuk dan membunuh Jalak.Dia pun memutuskan
Walaupun tidak selebar dan semulus jalan tol, tapi akses jalan dan jembatan ini akan membuka isolasi hampir 25 desa terpencil, termasuk kelak ke Lembah Kurau.Kontraktor langsung bangun mess perusahaan di Desa Punai. Dia juga bilang pekerjaan akan dilakukan dari ujung ke ujung agar cepat kelar.“Mumpung lagi mau memasuki musim kemarau, kita kebut pembangunannya,” sebut sang kontraktor.Suatu hari, Aldi yang baru mandi dan bermaksud melihat langsung megaproyek jalan tersenyum saat melihat tamunya hari ini.Si cantik Seria dan dua temannya yang dulu dia intip saat mandi, tiba-tiba datang berkunjung.“Tumben datang berkunjung Seria, ini siapa?” Aldi sengaja berbasa-basi dan persilahkan ketiganya masuk ke mess-nya.“Ih Abang masa lupa, ini Inaya dan Elita, teman aku yang dulu Abang tolong!” sungut Seria pura-pura mangkel, hingga Aldi tertawa dan sengaja nepuk jidat.Seria bilang, 2 bulan lagi dia dan Jofo akan menikah, termasuk Inaya dan Elita, sekaligus undang Aldi datang.Dan inilah ya
Di saat pembangunan jalan makin jauh dan kini sudah hampir terbuka akses hingga 20 kilometeran lebih.Aldi pun makin asek tenggelam bersama 3 wanita denok ini, layari nafsu yang tiada habisnya.Kadang mereka datang berdua, kadang ada yang sendiri-sendiri, kadang susul menyusul hingga sampai sore mereka bersama di mess ini.Ketiganya punya kelebihan masing-masing, kalau Seria dan Inaya punya bukit kembar yang indah dan menjulang. Elita beda lagi, bukitnya standar saja, tapi soal goyangan, Elita jawaranya.Hingga Elita punya julukan, kuda binal dari Aldi, sedangkan Seria dan Inaya dapat julukan buah melon. Si binal dan dou melon juga punya julukan buat Aldi, yakni Lion King.Aldi pun tak mengistimewakan salah satunya, karena mereka sama-sama mampu puaskan nafsunya yang makin hebat, sejak kembali minum ramuan kakek Gabar.“Kalau begini terus, ga bisa satu punya bini, harus 3 sekaligus,” pikir Aldi lalu tertawa kecil saat dia sendiri, setelah 3 ‘haremnya’ pulang dan janji besok akan datan
Tak lama mobil jemputan Aldi datang, Aldi lalu mendekati wanita ini. “Kalau jemputannya masih lama, mari ikut saya. Jangan khawatir, saya orang baik-baik kok, namaku Aldi…Aldi Harnady!” Aldi tawarkan jasanya.Gara-gara nama Harandy itulah, wanita cantik yang awalnya manyun dan diam, berubah warna wajahnya.Dia melepas kacamata hitamnya dan menatap tubuh tinggi besar Aldi.“Namaku Atiqah…kamu siapanya tuan Gibran atau Masri Harnady..?” Atiqah bertanya.“Anda kenal…ayah dan om aku…?” Aldi balik bertanya dan kini keduanya sudah masuk ke dalam mobil mewah jemputan Aldi.“Hahh…jadi…kamu anaknya Gibran Harnady, usia kamu berapa sekarang? Maaf aku jadi kepo?” Atiqah balik bertanya.“Baru jalan 26 tahun..! sahut Aldi kalem.“Hmm…seingatku, ayahmu kini baru berusia…!” Atiqah menahan kalimatnya, karena Aldi lah yang menyahut.“40 tahun…papaku memang masih muda dan belum tua, karena papa dan mama menikah saat papa berusia 13 tahun dan setahun kemudian aku lahir,” sahut Aldi kalem, hingga wajah A