Beranda / Romansa / Istriku Teman Anakku / Bab 1: Nyaris Dinodai

Share

Istriku Teman Anakku
Istriku Teman Anakku
Penulis: mrd_bb

Bab 1: Nyaris Dinodai

“Om, aku bukan wanita seperti yang om kira. Aku gadis baik-baik!”

Rachel mengiba sambil berjongkok di ujung ranjang kamar hotel mewah ini. Di hadapannya, seorang pria hidung belang tengah menatapnya dengan mata berkabut gairah.

Kehormatannya dalam bahaya, usai dia dikhianati kekasihnya sendiri. Kekasih yang dia kira akan memberinya pekerjaan, nyatanya malah menjualnya pada pria tambun yang ada di depannya saat ini. 

“Dengar, cantik. Kamu ini sudah dijual kekasihmu pada Om. Lagipula, uang 15 juta bisa kamu bawa pulang setelah ini. Jadi, jangan menolak.”

Setelahnya, tanpa menunggu Rachel menjawab, pria itu bergerak menarik tubuh mungilnya. Dia mencoba melawan, tetapi cengkeraman pria itu di bahunya begitu kuat, hingga kemudian terdengar suara robekan.

Brettt!

Bahu mulus milik Rachel terekspos, membuat tatapan penuh gairah pria itu semakin menjadi, bak serigala yang lapar dan telah menemukan mangsanya. 

Rachel mundur tatkala pria itu terus memangkas jarak. Seringai pria itu, juga tatapannya yang sungguh mesum membuat dia semakin takut. 

“J-jangan, Om–”

“Sudahlah, cantik. Berhenti bermain-main, turuti saja kemauan Om.”

Pria itu membekap mulut Rachel, menghalaunya untuk mengeluarkan suara. Dia bahkan sulit untuk bernapas. Sementara itu, pria itu masih terus berusaha mengungkungnya, juga membawanya ke atas ranjang.

Rachel mencoba memberontak, tetapi tenaga dari tubuh mungilnya tak seberapa jika dibandingkan bobot pria tambun itu. Berpikir sejenak, dia pun teringat satu serangan pamungkas yang sering dia lihat di televisi.

Menghitung dalam hati, Rachel pun segera mengangkat kaki dan diarahkannya dengan sekuat tenaga ke sela-sela kaki pria itu.

Bugh!

“Argh, wanita sialan!!” Si pria tambun itu berteriak. Refleks, belitannya pada tubuh Rachel terlepas. 

Melihat kesempatan emas untuk kabur, Rachel pun bergegas menuju pintu kamar hotel. Namun, pria yang masih kesakitan itu berteriak pada beberapa orang yang tengah berjaga di luar kamarnya. “Halau dia.. Jangan sampai wanita itu lolos!”

Melawan satu pria saja, rasanya Rachel tak akan mungkin menang. Apalagi sekarang, melawan dua pria sekaligus yang memegangi tangannya satu per satu. Tubuhnya yang memberontak tak menghalau mereka menyeretnya kembali ke kamar.

Tak ingin kembali masuk ke kandang pria hidung belang itu, Rachel pun berteriak sekuat tenaga.

“Tolong! Siapa pun tolong saya!” Beruntung, tak berlangsung lama … Rachel melihat ada seorang pria sedang berjalan di lorong kamar hotel ini. Tak pikir panjang, dia pun kembali berteriak dengan lantang. “Pak, tolong, Pak. Saya mau diperkosa!”

Gerakan dua pria yang mencekalnya terasa berhenti sesaat. Terlebih saat Rachel melihat pria yang dia teriaki tolong itu menatap ke arah mereka dengan pandangan curiga. 

Entah karena tak ingin terlihat lebih mencurigakan, kedua penjaga itu memaksa Rachel untuk berdiri dengan tangan yang masih dipegang erat oleh mereka.

“Apa yang kalian lakukan pada gadis itu?”

Saat pria yang diharapkan Rachel bisa menolongnya itu mendekat, tiba-tiba pria hidung belang yang membelinya muncul. “Siapa yang berani ikut campur dengan urusanku?!” ujarnya sambil tertatih-tatih. “Apa kamu tidak tahu kalau aku–” 

Kalimat pria tambun itu tertahan saat melihat siapa yang menegur anak buahnya barusan. 

Rachel pun menyadari perubahan itu. Wajah pria itu yang semula beringas dan penuh amarah mendadak padam. Sebaliknya, si pria tampan penolongnya, justru terlihat mulai paham apa yang terjadi. 

Tak ada raut takut, atau kaget, pria itu justru semakin mendekat dengan langkah dan ekspresi yang tenang. Anehnya, ketenangan pria itu justru membuat pria hidung belang dan kawanannya semakin menciut. 

“Hei, bodoh! Cepat lepaskan dia!” Tiba-tiba, pria tambun yang semula begitu enggan melepas Rachel, justur memerintahkan anak buahnya hal yang bertolak belakang. “T-tuan, ini hanya kesalahpahaman.”

Pria tambun itu bahkan membungkukkan tubuhnya–pertanda hormat, usai berkata demikian, sebelum kemudian pergi tanpa banyak negosiasi lagi.

Entah apa yang membuat om mesum itu mau melepasnya dengan suka rela, dan mudah. Namun, melihat raut ketakutan di wajah om mesum itu saat melihat pria penolongnya, Rachel mengembuskan napas lega. 

“Sekarang, kamu sudah aman.”

Rachel menoleh ke arah pria baik itu. Namun sayang, pria itu telah berbalik hendak meninggalkannya. 

“Om, tunggu.” Dia memberanikan diri mengejar pria itu, kendati rasa malu masih menyergahnya. “S-saya dijebak. Kekasih saya menjual saya pada pria itu.” 

Bahu pria itu terlihat menegang. Dia yang sudah berpaling lantas kembali memutar tubuh dan kembali menatap Rachel.

Tahu kondisi bajunya tak lagi sempurna, dengan kedua tangannya dia lantas menahan robekan bajunya. 

Selama beberapa detik, Rachel dibuat jantungan. Sebab pria itu tak bereaksi selain menatapnya penuh selidik. 

“Pakai ini untuk menutupi bahumu.” Kemudian, pria itu melepas jas yang dikenakannya dan menyerahkannya pada Rachel. "Pakaianmu yang robek bisa mengundang pria hidung belang lainnya, Nona."

Semula, Rachel ingin menolak uluran jas itu. Namun, memikirkan perkataan pria itu ada benarnya … dia pun menerima dan lekas memakainya. "T-terima kasih, Om, karena sudah menyelamatkanku. Aku tidak tahu apa jadinya kalau–”

“Namaku Tommy.” Pria itu menatap ke arah Rachel yang masih menunduk. “Melihatmu, agaknya kamu seusia dengan anak sulungku. Berapa usiamu?” 

Rachel menaikkan pandangan, dan tatapannya bertemu dengan tatapan pria tampan itu. Sesaat, dia agak menyangsikan pengakuan Om Tommy perihal usianya. Sebab, pria yang ada di hadapannya ini masih terlihat begitu muda, tak terlihat seperti om-om yang telah memiliki anak sebesar dirinya.

Namun, tak ingin terlena terlalu lama … Rachel pun memutus pandangan dan kembali menundukkan kepala. "Nama saya Rachel, Om. Saya baru 20-an tahun.”

Pria itu mengangguk, kemudian bersiap memutar kembali tubuhnya. “Mari, kuantar kamu ke bawah. Sudah terlalu malam untuk gadis seusiamu pulang.”

Rachel mengiyakan, dia merasa akan lebih aman jika ‘dikawal’ oleh Om Tommy, karena takut pria hidung belang tadi masih menunggunya di dekat sini.

Sesampainya di lobi, mereka pun berpisah. Tommy melenggang menuju resepsionis, sementara Rachel menghampiri sesosok pria yang menjadi dalang dari kemalangannya malam ini.

PLAK!

Sebuah tamparan melaju dengan cepat dan keras di pipi pria tersebut. Kemarahan Rachel padanya benar-benar tak terbendung lagi.

“Kamu memang pantas dapat tamparan itu, Berengsek!”

mrd_bb

Bersambung....

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rizky
Bagus bagus bagus bagus bagis bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status