Beranda / Romansa / Istriku Teman Anakku / Bab 3: Tak Lagi Perawan

Share

Bab 3: Tak Lagi Perawan

“Tunggu sebentar, aku akan ambilkan uangnya.”

Mata Rachel mengerjap, kemudian mengikuti gerak Tommy yang melangkah menuju brankas yang ada di kamar tersebut.

Pria itu terlihat mengambil satu gepok uang, lalu kembali ke hadapan Rachel dan menyerahkan uang itu pada sang gadis.

“O-om, ini….”

“50 juta. Sisanya, akan kubayar setelah kegiatan kita selesai.”

Rachel meneguk lagi salivanya dengan kasar. Untuk pertama kalinya dia memegang uang sebanyak ini. Namun, dia juga gugup sebab untuk pertama kalinya akan bersentuhan dengan seorang pria.

“Tapi kalau kamu ragu, aku tidak memaksa.” Pria itu kembali berujar. Raut wajah Rachel yang memucat cukup jadi gambaran kalau masih ada keraguan pada gadis itu. “Kamu boleh kembali ke kamarmu.”

“T-tidak, Om.” Rachel menggeleng. Dia memberanikan diri menaikkan pandangan dan menatap Tommy dalam-dalam. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?”

Kemudian, dengan pengalaman yang dimiliki Tommy, pria itu membimbing Rachel melewati hal baru. Perlakuan pria itu yang lembut, sabar, tetapi begitu peka pada gestur tubuh Rachel yang mulai terbiasa akan keberadaan pria itu di dalamnya, membuat gadis itu tidak merasakan sakit.

Alih-alih meraung kesakitan, justru kamar itu dipenuhi dengan lenguhan-lenguhan yang keluar dari dua bibir manusia yang sedang berlomba meraih kepuasan.

Cukup lama Tommy bertahan, sementara Rachel tak terhitung sudah beberapa kali mendapatkan puncaknya. Namun, ketika akhirnya pria itu mendapatkan pelepasan, tak lama pria itu langsung bergulir ke sampingnya dan tertidur dengan pulas.

Dalam cahaya kamar yang temaram, juga suara pendingin udara yang menjadi latar malam itu … Rachel tak kunjung memejamkan mata. Meski tubuhnya lelah, pangkal pahanya juga terasa nyeri sebab kepunyaan Tommy yang begitu perkasa, pikiran gadis itu justru dihantui rasa bersalah.

Ada perasaan tak berdaya, marah, kecewa juga sedih yang dia rasakan. Lelehan air mata bahkan terlihat semakin deras, ketika akhirnya gadis itu memutar tubuh dan memunggungi Tommy yang sudah mengeksplor dunia mimpi.

‘Ya Tuhan, maafkan aku. Aku telah menjadi pelacur.”

**

Pagi harinya, tanpa membangunkan Tommy yang masih lelap dalam tidur, Rachel memutuskan untuk pulang seorang diri.

Tanpa menagih nominal uang sisa pembayaran yang dijanjikan pria itu, gadis itu keluar dari kamar dengan langkah yang tersaruk-saruk. Baru dia sadari, jika kegiatan semalam meninggalkan ‘bekas’ selain noda merah di sekujur tubuhnya yang tersembunyi pakaian. Langkahnya yang semula ringan, kini terasa sedikit berat akibat luka robeknya selaput dara.

Taksi yang ditumpangi Rachel sampai di rumah ketika matahari mulai terang. Dia bergegas mandi, membasuh seluruh tubuhnya dengan kasar, berharap perasaan jijik pada dirinya sendiri menghilang. Namun, nasi telah menjadi bubur. Dirinya tak bisa kembali utuh seperti dulu.

“Aku tidak akan pernah melakukannya lagi.”

Sembari memakai baju di depan cermin kamar, Rachel berjanji pada dirinya sendiri. Uang 50 juta yang diberikan Tommy sudah lebih dari cukup untuk membiayai kuliahnya hingga lulus nanti. Bahkan, ibunya yang hanya berjualan gorengan pun agaknya bisa berhenti berdagang sebab uang itu pasti akan cukup membiayai keseharian mereka hingga nanti dia mendapatkan pekerjaan.

“Kamu habis menangis, Rachel?” tanya ibunya ketika Rachel baru saja duduk di meja makan.

Gadis itu menggeleng, sembari menyendok sarapan sederhana yang telah ibunya buat. “Tidak, Bu. Rachel hanya kurang tidur.”

Kerutan di dahi ibunya–Sumi pun tak terelakkan. Sebagai seorang ibu, tentu ketidakpulangan Rachel semalam menjadi pertanyaan besar, sebab tak biasanya sang putri tidak tidur di rumah.

“Kamu tidur di mana semalam? Kenapa tidak kabarin Ibu?” tanya ibunya lagi. Ada nada khawatir dari suaranya.

Sang anak, setelah tak pulang semalaman … justru pulang dengan mata sembab dan seperti kehilangan gairah.

“Rachel tadi malam belajar di rumah teman Bu, dia meminta aku nginap sekalian.” Rachel terpaksa berdusta, agar ibunya tak curiga.

Ibunya pasti akan marah, bahkan bisa terserang penyakit jantung kalau tahu apa yang sebenarnya dia lakukan semalam.

Salah-salah, jika Rachel berkata jujur … setelah kehilangan ayahnya yang meninggal karena dibegal orang, dia bisa juga kehilangan ibunya karena serangan jantung.

Dan, Rachel tentu tak menginginkan hal buruk itu terjadi.

Sumi menghela napas panjang. Kendati masih menaruh curiga–terlihat dari pancaran matanya yang masih menelisik sang anak, dia tak memperpanjang pertanyaannya. 

“Ya sudah kalau gitu.”

Jika menuruti tubuhnya yang begitu lelah dan sakit seperti orang habis dipukuli massa, Rachel tentu memilih tidur seharian di kamarnya. Namun, hari ini dia sudah punya janji untuk melunasi UKT, sehingga mau tak mau dia harus pergi ke kampus.

Beruntung, pihak kampus tak menggelontorkan pertanyaan dan langsung memproses pembayarannya. Rachel bisa bernapas lega, sebab pengorbanan dirinya yang rela menukar keperawanan dengan uang pangkal kuliah tak sia-sia.

Tak ingin berlama-lama di kampus karena enggan bertemu Doni, Rachel yang hari itu tak ada mata kuliah memutuskan untuk buru-buru pulang lagi. 

Sayangnya, keberuntungan seolah tak berpihak. Saat sedikit lagi dia tiba di rumahnya, seruan seorang pria yang enggan ditemuinya terdengar memanggil, “Rachel!”

“Sial! Kenapa dia ke sini?!” Rachel mengumpat pelan.

Doni datang dengan motornya, persis di depan gang menuju rumahnya. Tak ingin bertemu pria itu, Rachel pun mempercepat langkahnya. Selain masih marah, dia juga sudah tak sudi berhadapan dengan pria bajingan itu.

Namun, pria itu tak gentar dan malah mengikutinya. “Rachel, maafkan aku,”  katanya dengan nada memelas.

Akhirnya, Rachel menghentikan langkahnya dan menatap sang mantan dengan garang. “Kamu masih berani lihatin wajahmu?!!” Gigi wanita itu gemeretak. Raut marah jelas terpancar dari wajahnya. “Pergi kamu! Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi!”

Posisi mereka yang berada di ruang publik menyebabkan mereka jadi perhatian orang-orang di sekitar. Terlebih, wilayah rumah Rachel memang berisikan perumahan padat penduduk. Sudah jelas, pertengkaran ini bisa memancing lebih banyak massa untuk mengerubungi mereka.

Menjadi tontonan sebab Rachel yang menolaknya jelas bukan pilihan Doni. Tak ingin semakin malu, pria itu pun tancap gas meninggalkan Rachel yang langsung lari ke rumahnya dan mengurung diri.

“Benar-benar bajingan kamu, Doni!!”

mrd_bb

Bersambung....

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status