Dia gelagapan liat siapa yang telepon kan?
Aida tadi ingin menjawab tapi getaran handphone yang di dengar suaranya dari saku Reiko membuat pria itu segera mungkin merogoh sakunya saat Aida berbisik di hatinya.
Dan ini membuat Aida seakan-akan mendidih ketika Reiko tak kunjung mengangkat dan fokus ke layar.
Karena itulah...
"Pekerjaan di kantornya Mas Reiko kurasa ndak bisa digantiin sama Mbak Fitri. Karena dia belum di training seperti Mas Seno. Ini namanya gak profesional dan cuman bikin Mas Reiko nanti yang ngikutin aku ke kampus nggak akan pernah tenang karena memikirkan kerjaannya beres apa enggak."
Aida bicara sambil jalan mendekat pada Reiko yang menatapnya namun dia tidak mengangkat handphonenya yang masih bergetar itu. Hanya memencet tombol di sampingnya s
"Mau sampai kapan berdiri di sini?"Sindir seseorang sambil Dia berjalan mengantongi handphone-nya."Nih, pakai untuk hapus air matamu. Atau kau ingin membiarkan semua teman-teman kita melihatnya kalau mereka menengok, hmm?"Aida tak menyadari kalau untuk beberapa detik dia berdiri di belokan itu mematung di sana padahal teman-temannya sudah masuk ke satu restoran yang mereka rencanakan.Aida masih dalam posisi mengintip di belokan itu memandang ke satu arah yang tak disadari oleh orang yang dipandanginya dan teman-temannya.Tapi ada satu orang yang tadi memang sedang berjalan malas di paling belakang dia sepertinya bisa melihat ke mana arah pandangan Aida dan kini sudah berdiri tepat di hadapan Aida mem-block pandangan Aida."Merasa pa
"Hah!"Jelas kaget Aida mendengar suara yang memang masih tertahan dan hanya bisa di dengar olehnya atau mungkin orang yang lewat dengan jarak setengah meter dari seandainya ada.Sungguh dia tidak menyangka di hatinya yang sedang kesal dan penuh dengan emosi sekarang harus berhadapan dengan seorang pria yang ingin sekali Aida remukkan bibirnya."Gak usah malu, kalau emang pengen ngelakuin itu mulai sekarang cepet-cepet deh kumpulin om-om yang kamu kenal. Termasuk si Dimas itu yang gampang dan udah suka kayaknya ama kamu. Duitnya kenceng. Kayaknya hidupmu juga bisa berubah kalau bisa nempel terus sama dia!""Bentar ya."Aida: Mbak Fitri, tunggu saja di mobil. Aku mau ke sana bentar lagi.Tapi Aida tak melanjutkan membela dirinya karena d
"Simpan tissu-mu! Aku tidak mm--"Tidak membutuhkan kan kau ingin bilang begitu? Tapi kau membutuhkan tanganku untuk menyangga tubuhmu yang sekarang pingsan. Cih! Begini kau ingin aku meninggalkanmu? Jatoh di sini ga da yang tau? Itu maumu?Percuma juga Didi mengomel karena Aida sudah pingsan.Didi, dia merasa kesal karena sekarang dia memang memegang tubuh Aida. Sempat tadi saat Aida pas kehilangan kesadaran tangan kanannya ditarik oleh Didi sehingga saat ini dia seperti bersandar pada bahu Didi tapi sebetulnya dia pingsan dan kalau tidak ditarik oleh Didi tadi menggeledak.Untung saja tadi mereka berdebat di pintu basement yang kebetulan sepi makanya hanya CCTV saja yang bisa melihat apa yang terjadi di tempat itu.Harus bilang apa aku sama Fitri? Aida kambu
"Silakan, bisa dibaringkan di sini Nyonya Aida-nya." Sandi dan Didi, mereka lebih dulu masuk ke dalam kamar satu-satunya di apartemen itu, di saat Nada dan Radit sedang berdiskusi di bawah. "Makasih Tuan Sandi." "Kamu bisa kok panggil aku Sandi aja.Nggak perlu pakai embel-embel kayak gitu atau kamu bisa panggil aku, Mas Sandi!" Meski sungkan tapi Didi hanya mengangguk saja. Dia sudah biasa mendengar ayahnya, Padri memanggil Sandi dengan sebutan Tuan Sandi. Sudah berkali-kali diingatkan, tapi Padri kadang memilih tetap menggunakan kata-kata itu apalagi kalau diasedang lupa.
"Oh, enggak usah dokter Sylvi."Aida lalu diam sejenak dan kini menatap lagi pada Nada sebelum pindah pada Sylvi."Sebenarnya aku ke sini nggak ketahuan sama Mas Reiko. Dia nggak akan suka kalau aku datang ke Aurora Mall, tapi karena ada acara dengan teman-teman satu kelompokku dan mereka pergi ke sini semua jadi aku datang ke sini. Tolong ya jangan sampai Mas Reiko tahu, apalagi kalau dia tahu aku ditolong sama Mbak Nada pasti hati Mas Reiko nggak akan enak. Apalagi sampai saat ini hubungan antara suamiku tidak terlalu baik dengan Tuan Raditya."Tentu saja alasan ini sebetulnya tidak bisa diterima oleh Nada. Karena dia merasa yakin sekali Radit tidak mungkin berbohong, apalagi Radit pasti tahu tentang CCTV di tempa
"Aida, kalau nanti kamu ngerasa masih sakit atau sesuatu yang tidak enak, cepat-cepat telepon aku, ya. Aku udah kasih kamu nomor teleponku, kan?"Selepas keluar dari Penthouse milik Radit di dalam lift, Sylvi mencoba mengingatkan dengan rasa khawatir yang terlihat jelas di wajahnya."Oh iya terima kasih Dokter. Aku pasti akan menghubungi kalau tidak enakan. Itu tadi semuanya karena aku memang kecapean. Apalagi besok ini, minggu depan maksudku udah UAS. Tugasnya menumpuk dan banyak banget kerjaannya. Ini yang bikin aku drop kayaknya."Aida memang masih bersembunyi padahal ini yang membuat Sylvi hanya menasehatinya untuk tidak terlalu memforsir dirinya mengerjakan pekerjaan kampus dan harus beristirahat juga.
Fuuuh, alhamdulillah, aku ketemu sama Mbak Nada. Dia nggak banyak bicara kan kalau ada orang lain? Sssh, lega aku.Aida merasa sangat lega. Karena saat dia pingsan masih ada orang baik yang masih menjaganya. Dia tak kebayang kalau hanya bersama dengan Didi. Tentu saat ini Aida belum tahu siapa Didi dan Didi juga tidak tahu banyak informasi tentang Aida. Karena dia sudah menutup diri dan pergi meninggalkan kakaknya tak mau mendengar penjelasan apapun.Itulah yang membuat dirinya jadi tidak tahu apa obrolan antara Sylvi dengan Nada. Sesuatu yang sebenarnya terjadi pada Aida."Mbak Fitri, maaf ya aku membuatmu menunggu lama."Deng
Dengan uang ini, harusnya aku bisa buat ngebiayain kuliah adikku dan aku juga bisa buat ngebantu ibu. Untuk memberikan uang senilai yang sama seperti yang Mas Reiko kirimkan ke ibu, lima puluh juta sebulan aku sanggup. Termasuk memenuhi semua kebutuhan dari adikku Lingga juga aku sanggup. Jadi seharusnya aku tidak usah takut kalau aku ingin bercerai bukan?Ada selentingan pikiran Aida yang mengarah ke sini. Inilah yang membuat dirinya diam dan sedikit banyak Didi juga memperhatikan, ingin tahu apa yang akan dipilih oleh Aida.Dan bukankah bisnis ini benar-benar dari kuliahku murni dan tidak ada hubungannya dari ide Mas Reiko seperti bisnis mie godog yang tentu saja omsetnya puluhan kali dari nilai yang kudapatkan dari keuntungan terrarium.&