"Bisa tidak sih, tidak dekat-dekat denganku terus, kalau lagi sama anak-anak? Risih tahu nggak, sih!"
Aida langsung protes setelah sampai ke dalam kamarnya bersama dengan Reiko.
"Loh, kenapa tanya aku? Kan itu salahmu sendiri!"
"Salahku? Dari mana bisa ini semua salahku? Sudah jelas dari tadi kau yang terus-terusan mendekat padaku! Kenapa jadi aku yang disalahkan lagi?" Aida tak terima.
"Lagian ya, sudah lima hari ini Bapak terus-terusan saja mendekat padaku! Merangkulku, mengecupku, tak henti-hentinya terus saja menggangguku! Bapak menyukaiku, kah?"
"Kamu yang menebar rasa dan sekarang kamu sendiri yang menyalahkanku?"
"Eh ... apa sih, maksudnya Bapak, nih?"
Aida kehabisan akal, dia tidak tahu apa y
"Sudahlah, kamu tidur aja! Kita lanjut ngobrolnya nanti aja. Lagian biasa kamu bangun juga jam tiga, kan?"Reiko tak ingin membebani Aida, tapi senyum yang disuguhkan di bibirnya malah membuat Aida jadi tidak tega."Aku sudah lihat berita. Ada perombakan besar-besaran di mall, kan? Nature Space dihilangkan dan bagian yang harusnya bisa menarik pengunjung, karena di sana mereka bisa menikmati hiburan bersama dengan teman, keluarga ataupun orang terkasih mereka juga sudah dihilangkan. Mall itu berubah dan bentuknya sama seperti pasar sekarang. Terlalu banyak toko dan kesannya setiap orang yang datang hanya disuguhkan tempat untuk berbelanja tanpa ada tempat rileks kecuali di foodcourt! Tapi yang duduk di foodcourt juga tidak boleh duduk tanpa memesan apa pun. Semuanya untuk komersial."Aida sebenarnya tidak mau mencari tahu tentang pekerjaan Reiko
"Bayaran?" Aida malah tersenyum smirk saat mengulang ucapan Reiko barusan."Hmm, kau memberikan ide padaku dan wajar jika aku membayarmu!""Dan setelah itu, Bapak bisa bilang kalau saya mengguna-gunai Bapak sehingga Bapak memberikan saya uang, karena perasaan Bapak dipermainkan oleh saya, begitu?""Ah, kau cukup pandai untuk membolak-balikkan kata! Seharusnya kau menjadi seorang hakim atau pengacara saja!""Harusnya. Supaya saya bisa tahu, apa pasal yang bisa memperberat Bapak saat saya nanti melayangkan gugatan cerai." Senyum Aida kembali terurai dan kata cerai membuat seseorang di sana merasa sakit di dalam hatinya.Tapi dia tidak mau menunjukkannya, justru tersenyum pada Aida sambil bicara:"Berpikir untuk bercerai supaya bisa dekat-
"Oh, Richard—""Aida, aku tahu kau pasti tidak akan pernah mau menerima pemberianku ini. Tapi aku benar-benar ingin memberikan ini padamu, karena kebaikanmu pada putriku!" Richard tidak membiarkan Aida bicara."Aku mohon! Kau harus menerimanya. Kalau kau menolaknya sama saja seperti kau tidak menghargai hubungan persaudaraan kita!" bujuk Richard lagi. "Kau telah merawat dua putriku. Jadi aku tidak tahu apa yang ingin kau beli dan apa yang ingin kau wujudkan dan aku tidak tahu apa rencanamu, jadi tolong terima saja!"Semoga dia tidak menerimanya! Aku berharap dia tidak menerimanya. Reiko di dalam hatinya sungguh tidak menginginkan Aida mengatakan iya. Tapi, apakah pikirannya ini sama dengan pikiran Aida?"Terima kasih, Richard. Pemberianmu ini sangat luar biasa. Aku akan menyimpannya."
"Berapa yang kau butuhkan?""Eh, apa?"Di dalam mobil, setelah mobil melaju meninggalkan kediaman Richard beberapa kilometer, suasana hening dan dingin itu akhirnya dicairkan dengan pertanyaan Reiko yang mengundang Aida untuk meresponnya."Berapa yang kau butuhkan supaya kau tidak akan pernah menggunakan kartu yang diberikan Richard? Dan jangan pura-pura bodoh padaku! Jangan pura-pura polos padaku!"Aida juga tidak ada niat untuk pura-pura bodoh dan polos. Dia bertanya tadi hanya untuk memastikan apa yang ingin diketahui oleh Reiko. Tapi dari balik cadarnya, Aida tersenyum sinis mendengar penjelasan dari Reiko barusan."Itu, di depan sana tolong hentikan mobilnya!""Kau mau apa? Turun dari mobil ini karena merasa sudah kaya dengan kartu
Dia beneran nggak pulang!Reiko yang sudah kembali ke apartemennya, bisa langsung mengecek di monitor dekat pintu masuk, berapa orang yang ada di dalam apartemennya.Di sana sudah jelas ditunjukkan kalau hanya ada dirinya sendiri. Perasaannya jadi makin gundah gulana. Apalagi dari tadi di kantor, dia juga tidak bisa konsen setelah keributannya dengan Aida.Seberapa kuat dirinya berusaha untuk tetap fokus, tapi tetap saja ada yang menjelu di dalam hatinya yang membuat rasa sakit dan tak nyaman. Setiap kali dia berusaha untuk menepis semua tentang Aida tapi telinga, pikiran dan matanya seperti selalu saja melihat Aida dan membayangkan tentang kata-kata Aida dan pikirannya terus saja dirong-rong seakan-akan ingin bertemu dengan wanita yang kini mengganggu benaknya.Semua menyakitkan untuk Reiko. Rasanya
Richard merespon kartu yang kuberikan padanya. Ya, karena kecantikanku tentu saja dia pasti akan terus kepikiran, kan? Dia pasti tidak akan pernah lepas dari pesona dan jeratanku nantinya. Buktinya, dia menghubungiku, loh.Brigita hampir saja putus asa karena ibunya tidak mau membantunya, tapi karena dia sudah terlanjur ada di London dan dia kepikiran juga kalau Camellia akan berusaha mendekat pada Richard, Brigita mulai putar otak.Dia tak rela kalau Camellia akan memenangkan hati Richard. Apalagi itu sudah direncanakan oleh Nicholas dan ucapan Tommy terbayang terus dalam benaknya, sehingga Brigita nekat datang ke pemakaman Phillips Peterson lalu memberikan bunga itu pada Richard.Awalnya memang Brigita kesal sendiri, karena tak kunjung ada pesan balasan dari Richard. Tapi sehari setelah Richard bertemu
"Hai Seno, apa kabar?" (Beberapa hari setelahnya) Di weekend ketika Seno mampir ke tempat Inggrid, Aida yang melihat kedatangannya langsung menyapa dengan sangat ramah karena memang mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Jadi jelas ada rasa kangen juga namanya teman dekat sudah seperti saudara. "Apa kabar, Mbak Aida? Wah senang aku bisa bertemu lagi akhirnya." "Hihi … alhamdulillah, aku baik. Kemarin juga aku habis video call dengan Mbak Fitri. Wah, dia tinggal di Kudus makin gemuk saja. Katanya pekerjaannya ringan dan kebanyakan tidur jadinya. Hehehe." "Iya, Fitri memang makin mbulet aja itu. Aku juga heran apa yang dia makan. Katanya berat badannya naik loh lima kilo," seru Seno yang jelas masih sering bertemu Fitri karena dia kalau pulang
Ah, peduli apa mereka mau pergi bareng atau tidak? Toh, pekerjaanku juga banyak, jadi ngapain juga aku ngurusin mereka? Lebih baik, mereka nggak pulang-pulang sekalian sampai waktu aku harus bercerai dengannya.Kata cerai memang menyakiti hati Aida, tapi seakan-akan semuanya semakin jenuh di dalam otaknya, sehingga tidak ada lagi kata lain yang bisa dipikirkannya soal hubungannya dengan Reiko.Aku lelah. Dan aku tidak tahu alasan apa lagi yang bisa kugunakan untuk mempertahankan rumah tanggaku. Lagian dia bilang, memang sudah batas waktunya sebentar lagi selesaikan? Ini juga sudah satu setengah bulan berlalu dari waktu dia pergi ke Abu Dhabi.Aida tidak tahu apa Reiko bersama dengan Brigita atau tidak. Tapi memang, dia sangat kesal dari hari ke hari dan hatinya makin lama makin merasa perih s