"Bayaran?" Aida malah tersenyum smirk saat mengulang ucapan Reiko barusan.
"Hmm, kau memberikan ide padaku dan wajar jika aku membayarmu!"
"Dan setelah itu, Bapak bisa bilang kalau saya mengguna-gunai Bapak sehingga Bapak memberikan saya uang, karena perasaan Bapak dipermainkan oleh saya, begitu?"
"Ah, kau cukup pandai untuk membolak-balikkan kata! Seharusnya kau menjadi seorang hakim atau pengacara saja!"
"Harusnya. Supaya saya bisa tahu, apa pasal yang bisa memperberat Bapak saat saya nanti melayangkan gugatan cerai." Senyum Aida kembali terurai dan kata cerai membuat seseorang di sana merasa sakit di dalam hatinya.
Tapi dia tidak mau menunjukkannya, justru tersenyum pada Aida sambil bicara:
"Berpikir untuk bercerai supaya bisa dekat-
"Oh, Richard—""Aida, aku tahu kau pasti tidak akan pernah mau menerima pemberianku ini. Tapi aku benar-benar ingin memberikan ini padamu, karena kebaikanmu pada putriku!" Richard tidak membiarkan Aida bicara."Aku mohon! Kau harus menerimanya. Kalau kau menolaknya sama saja seperti kau tidak menghargai hubungan persaudaraan kita!" bujuk Richard lagi. "Kau telah merawat dua putriku. Jadi aku tidak tahu apa yang ingin kau beli dan apa yang ingin kau wujudkan dan aku tidak tahu apa rencanamu, jadi tolong terima saja!"Semoga dia tidak menerimanya! Aku berharap dia tidak menerimanya. Reiko di dalam hatinya sungguh tidak menginginkan Aida mengatakan iya. Tapi, apakah pikirannya ini sama dengan pikiran Aida?"Terima kasih, Richard. Pemberianmu ini sangat luar biasa. Aku akan menyimpannya."
"Berapa yang kau butuhkan?""Eh, apa?"Di dalam mobil, setelah mobil melaju meninggalkan kediaman Richard beberapa kilometer, suasana hening dan dingin itu akhirnya dicairkan dengan pertanyaan Reiko yang mengundang Aida untuk meresponnya."Berapa yang kau butuhkan supaya kau tidak akan pernah menggunakan kartu yang diberikan Richard? Dan jangan pura-pura bodoh padaku! Jangan pura-pura polos padaku!"Aida juga tidak ada niat untuk pura-pura bodoh dan polos. Dia bertanya tadi hanya untuk memastikan apa yang ingin diketahui oleh Reiko. Tapi dari balik cadarnya, Aida tersenyum sinis mendengar penjelasan dari Reiko barusan."Itu, di depan sana tolong hentikan mobilnya!""Kau mau apa? Turun dari mobil ini karena merasa sudah kaya dengan kartu
Dia beneran nggak pulang!Reiko yang sudah kembali ke apartemennya, bisa langsung mengecek di monitor dekat pintu masuk, berapa orang yang ada di dalam apartemennya.Di sana sudah jelas ditunjukkan kalau hanya ada dirinya sendiri. Perasaannya jadi makin gundah gulana. Apalagi dari tadi di kantor, dia juga tidak bisa konsen setelah keributannya dengan Aida.Seberapa kuat dirinya berusaha untuk tetap fokus, tapi tetap saja ada yang menjelu di dalam hatinya yang membuat rasa sakit dan tak nyaman. Setiap kali dia berusaha untuk menepis semua tentang Aida tapi telinga, pikiran dan matanya seperti selalu saja melihat Aida dan membayangkan tentang kata-kata Aida dan pikirannya terus saja dirong-rong seakan-akan ingin bertemu dengan wanita yang kini mengganggu benaknya.Semua menyakitkan untuk Reiko. Rasanya
Richard merespon kartu yang kuberikan padanya. Ya, karena kecantikanku tentu saja dia pasti akan terus kepikiran, kan? Dia pasti tidak akan pernah lepas dari pesona dan jeratanku nantinya. Buktinya, dia menghubungiku, loh.Brigita hampir saja putus asa karena ibunya tidak mau membantunya, tapi karena dia sudah terlanjur ada di London dan dia kepikiran juga kalau Camellia akan berusaha mendekat pada Richard, Brigita mulai putar otak.Dia tak rela kalau Camellia akan memenangkan hati Richard. Apalagi itu sudah direncanakan oleh Nicholas dan ucapan Tommy terbayang terus dalam benaknya, sehingga Brigita nekat datang ke pemakaman Phillips Peterson lalu memberikan bunga itu pada Richard.Awalnya memang Brigita kesal sendiri, karena tak kunjung ada pesan balasan dari Richard. Tapi sehari setelah Richard bertemu
"Hai Seno, apa kabar?" (Beberapa hari setelahnya) Di weekend ketika Seno mampir ke tempat Inggrid, Aida yang melihat kedatangannya langsung menyapa dengan sangat ramah karena memang mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Jadi jelas ada rasa kangen juga namanya teman dekat sudah seperti saudara. "Apa kabar, Mbak Aida? Wah senang aku bisa bertemu lagi akhirnya." "Hihi … alhamdulillah, aku baik. Kemarin juga aku habis video call dengan Mbak Fitri. Wah, dia tinggal di Kudus makin gemuk saja. Katanya pekerjaannya ringan dan kebanyakan tidur jadinya. Hehehe." "Iya, Fitri memang makin mbulet aja itu. Aku juga heran apa yang dia makan. Katanya berat badannya naik loh lima kilo," seru Seno yang jelas masih sering bertemu Fitri karena dia kalau pulang
Ah, peduli apa mereka mau pergi bareng atau tidak? Toh, pekerjaanku juga banyak, jadi ngapain juga aku ngurusin mereka? Lebih baik, mereka nggak pulang-pulang sekalian sampai waktu aku harus bercerai dengannya.Kata cerai memang menyakiti hati Aida, tapi seakan-akan semuanya semakin jenuh di dalam otaknya, sehingga tidak ada lagi kata lain yang bisa dipikirkannya soal hubungannya dengan Reiko.Aku lelah. Dan aku tidak tahu alasan apa lagi yang bisa kugunakan untuk mempertahankan rumah tanggaku. Lagian dia bilang, memang sudah batas waktunya sebentar lagi selesaikan? Ini juga sudah satu setengah bulan berlalu dari waktu dia pergi ke Abu Dhabi.Aida tidak tahu apa Reiko bersama dengan Brigita atau tidak. Tapi memang, dia sangat kesal dari hari ke hari dan hatinya makin lama makin merasa perih s
"Mas Farhan, terima kasih ya, bantuannya selama aku ada di Kairo. Mas Farhan sudah banyak memberikan kemudahan untukku. Benar kata Kakek, kalau aku harus menghubungi Mas Farhan karena Mas Farhan sudah tahu bagaimana harus berhubungan dengan orang-orang di sini termasuk para pejabatnya."Beberapa jam sebelum perasaan Aida timbul, untung saja Reiko sedang tidak mengingat seberapa bencinya dia dengan Farhan. Makanya, dia menuruti perintah kakeknya yang disampaikan pada ayahnya, Endra Adiwijaya supaya Reiko menghubungi menantu dari Waluyo.Hasilnya luar biasa. Dia bisa mengembangkan perusahaan kreteknya lebih mudah daripada Reiko mengembangkan di Abu Dhabi, dilihat dari history grafik perkembangannya."Hahaha … Mas Reiko bisa saja. Ini semua karena memang sudah ada pelanggan di Mesir yang sering membeli produknya perusahaan Mas Reiko, dari ca
"Assalamu'alaikum, Syekh." Reiko cium tangan, sama seperti Farhan."Duduklah.""Iya, terima kasih, Farhan."Reiko menurut, karena dia ingin tahu apa yang terjadi pada dirinya. Dia duduk di hadapan pria yang memiliki janggut lebat tapi wajahnya putih berseri dengan senyum menenangkan.Melihat wajahnya, berasa hatinya juga ikut tenang. Tapi Reiko tetap diam karena memang dia belum ditegur. Entah apa yang dilakukan olehnya, tapi memang pria itu memandang Reiko cukup lama, lalu, kemudian wajahnya terlihat sulit sebelum matanya menatap kembali pada Farhan dan menyuruh mereka berdua minum stok air zam-zam yang dimilikinya, asli dari tanah suci.Mereka bicara apa, ya? Farhan mulai mengobrol dengan Syekh Abdurrahman.Haduh