Richard merespon kartu yang kuberikan padanya. Ya, karena kecantikanku tentu saja dia pasti akan terus kepikiran, kan? Dia pasti tidak akan pernah lepas dari pesona dan jeratanku nantinya. Buktinya, dia menghubungiku, loh.
Brigita hampir saja putus asa karena ibunya tidak mau membantunya, tapi karena dia sudah terlanjur ada di London dan dia kepikiran juga kalau Camellia akan berusaha mendekat pada Richard, Brigita mulai putar otak.
Dia tak rela kalau Camellia akan memenangkan hati Richard. Apalagi itu sudah direncanakan oleh Nicholas dan ucapan Tommy terbayang terus dalam benaknya, sehingga Brigita nekat datang ke pemakaman Phillips Peterson lalu memberikan bunga itu pada Richard.
Awalnya memang Brigita kesal sendiri, karena tak kunjung ada pesan balasan dari Richard. Tapi sehari setelah Richard bertemu
"Hai Seno, apa kabar?" (Beberapa hari setelahnya) Di weekend ketika Seno mampir ke tempat Inggrid, Aida yang melihat kedatangannya langsung menyapa dengan sangat ramah karena memang mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Jadi jelas ada rasa kangen juga namanya teman dekat sudah seperti saudara. "Apa kabar, Mbak Aida? Wah senang aku bisa bertemu lagi akhirnya." "Hihi … alhamdulillah, aku baik. Kemarin juga aku habis video call dengan Mbak Fitri. Wah, dia tinggal di Kudus makin gemuk saja. Katanya pekerjaannya ringan dan kebanyakan tidur jadinya. Hehehe." "Iya, Fitri memang makin mbulet aja itu. Aku juga heran apa yang dia makan. Katanya berat badannya naik loh lima kilo," seru Seno yang jelas masih sering bertemu Fitri karena dia kalau pulang
Ah, peduli apa mereka mau pergi bareng atau tidak? Toh, pekerjaanku juga banyak, jadi ngapain juga aku ngurusin mereka? Lebih baik, mereka nggak pulang-pulang sekalian sampai waktu aku harus bercerai dengannya.Kata cerai memang menyakiti hati Aida, tapi seakan-akan semuanya semakin jenuh di dalam otaknya, sehingga tidak ada lagi kata lain yang bisa dipikirkannya soal hubungannya dengan Reiko.Aku lelah. Dan aku tidak tahu alasan apa lagi yang bisa kugunakan untuk mempertahankan rumah tanggaku. Lagian dia bilang, memang sudah batas waktunya sebentar lagi selesaikan? Ini juga sudah satu setengah bulan berlalu dari waktu dia pergi ke Abu Dhabi.Aida tidak tahu apa Reiko bersama dengan Brigita atau tidak. Tapi memang, dia sangat kesal dari hari ke hari dan hatinya makin lama makin merasa perih s
"Mas Farhan, terima kasih ya, bantuannya selama aku ada di Kairo. Mas Farhan sudah banyak memberikan kemudahan untukku. Benar kata Kakek, kalau aku harus menghubungi Mas Farhan karena Mas Farhan sudah tahu bagaimana harus berhubungan dengan orang-orang di sini termasuk para pejabatnya."Beberapa jam sebelum perasaan Aida timbul, untung saja Reiko sedang tidak mengingat seberapa bencinya dia dengan Farhan. Makanya, dia menuruti perintah kakeknya yang disampaikan pada ayahnya, Endra Adiwijaya supaya Reiko menghubungi menantu dari Waluyo.Hasilnya luar biasa. Dia bisa mengembangkan perusahaan kreteknya lebih mudah daripada Reiko mengembangkan di Abu Dhabi, dilihat dari history grafik perkembangannya."Hahaha … Mas Reiko bisa saja. Ini semua karena memang sudah ada pelanggan di Mesir yang sering membeli produknya perusahaan Mas Reiko, dari ca
"Assalamu'alaikum, Syekh." Reiko cium tangan, sama seperti Farhan."Duduklah.""Iya, terima kasih, Farhan."Reiko menurut, karena dia ingin tahu apa yang terjadi pada dirinya. Dia duduk di hadapan pria yang memiliki janggut lebat tapi wajahnya putih berseri dengan senyum menenangkan.Melihat wajahnya, berasa hatinya juga ikut tenang. Tapi Reiko tetap diam karena memang dia belum ditegur. Entah apa yang dilakukan olehnya, tapi memang pria itu memandang Reiko cukup lama, lalu, kemudian wajahnya terlihat sulit sebelum matanya menatap kembali pada Farhan dan menyuruh mereka berdua minum stok air zam-zam yang dimilikinya, asli dari tanah suci.Mereka bicara apa, ya? Farhan mulai mengobrol dengan Syekh Abdurrahman.Haduh
"Huh, ledakan? Apa yang terjadi di dalam, ya?"Reiko sambil berpikir, dia lari mengikuti orang-orang yang berlari menjauhi ledakan, cari aman. Sampai dikiranya kondisi cukup aman, barulah Reiko mengeluarkan handphone-nya untuk bertanya pada karyawannya apa yang terjadi di sana. Sekaligus ingin memastikan, apakah ada karyawannya yang terjebak di dalam dan apa orang-orang yang akan ditemuinya juga terjebak di dalam.Syukurlah mereka baik-baik saja.Belum diketahui apa penyebab kecelakaan itu. Tapi mereka sudah membuat jadwal baru di hotel di sebelahnya.Karena memang, pertemuan ini cukup penting untuk Reiko, dia pun menuju ke hotel yang bersebelahan dengan hotel di lokasi kebakaran. Agak sedikit rumit pemeriksaan masuk ke dalam hotel itu.Maklum saja, hotel sebelahnya habis kecelakaan, maka security di
"Arrrgh."Bener, mereka bukan manusia. Mereka zombie seperti di film zombie, kah?Reiko yang menyadari bahaya, dia pun mundur beberapa langkah mengikuti instingnya.DOR! DOR! DOR!"Bodoh. Kau tahu lorong ini sepi dan ada seseorang yang sedang dikeroyok, seharusnya kau tidak datang ke sini. Lari sejauh-jauhnya jika kau normal. Untung mereka tak agresif dan langsung menyerangmu!” sentak pria yang masih belum bisa dilihat wajahnya oleh Reiko saat dia menembaki satu per satu mayat hidup yang tadi menyerangnya.Huh, hebat sekali dia. Sekali tembak kepala Zombie itu hancur.Tapi sebenarnya, kehebatan itu tak akan ada guna kalau Reiko tidak datang dan mendistraksi Zombie yang menyerangnya. Tentu saja pria itu tidak akan pernah berhasil menembaki satu persatu musuhnya tadi.Senjatanya tadi terjatuh. Kalau dia menunduk, dia sudah kena tindih oleh manusia setengah hidup itu. Kalau tadi dia tidak mengambil senjatanya, posisinya sudah terpojok. Dan tak tahu lagi bagaimana harus menyelamatkan diri
"Reiko Byakta Adiwijaya. Siapa yang tidak tahu tentang dirimu?""Tidak semua orang di dunia tahu tentang aku. Siapa kau? Dan kenapa zombie ada di sana? Apa yang terjadi sebenarnya?"Seseorang yang ada di hadapan Reiko itu tidak terlihat wajahnya. Dan wajar jika Reiko curiga padanya lalu mulai meninggikan suaranya."Kau memang tidak mengenalku, tapi aku mengenalmu dan itu sudah cukup.""Ini tidak adil. Kau tahu aku, tapi aku tak tahu dirimu siapa.""Tidak penting. Sekarang yang penting, apa yang terjadi pada dirimu ... sampai kau bisa mengendalikan para Android itu?"Nah, pria yang bersama Reiko memang penasaran ini dari tadi. Android itu mengikuti semua yang Reiko katakan. Ini adalah sebuah penemuan yang penting. Jelas saja membuat Reik
"Sudah, aku tidak bisa jelaskan lebih dari ini."Kata-kata ini mendistraksi Reiko dari pikirannya soal Aida."Aku harus mencari temanku. Mungkin dia tertangkap oleh Android, atau mungkin terkena ledakan, aku tidak tahu. Aku mau mencoba berkoordinasi.""Mungkin temanmu yang lain tahu?""Tidak, aku shadow team satu-satunya. Dia sendirian. Aku dikirim untuk mengamankan barang.""Maksudnya?""Kau tak akan mengerti. Ayo, antar aku ke penginapanmu dan aku juga akan menyiapkan penerbanganmu di airportmalam ini juga.""Huh, apa? Aku di sini masih ada urusan bisnis. Kau tidak bisa membuatku pergi dari sini.""Katakan saja apa yang harus kau lakukan. Aku yang akan menggantikanmu.""Kau?"Makin bingung Reiko saat Reizo mengangguk dan menyuruhnya mengikuti."Aku tidak ingin ada yang tahu kau bersama denganku. Cepatlah. Sebelum pengirim android itu beraksi."Dia menarik Reiko pada satu kendaraan yang disembunyikannya di salah satu rumah di pinggir jalan."Tunggu dulu. Aku tidak mengerti ini. Aku t