"Reiko Byakta Adiwijaya. Siapa yang tidak tahu tentang dirimu?""Tidak semua orang di dunia tahu tentang aku. Siapa kau? Dan kenapa zombie ada di sana? Apa yang terjadi sebenarnya?"Seseorang yang ada di hadapan Reiko itu tidak terlihat wajahnya. Dan wajar jika Reiko curiga padanya lalu mulai meninggikan suaranya."Kau memang tidak mengenalku, tapi aku mengenalmu dan itu sudah cukup.""Ini tidak adil. Kau tahu aku, tapi aku tak tahu dirimu siapa.""Tidak penting. Sekarang yang penting, apa yang terjadi pada dirimu ... sampai kau bisa mengendalikan para Android itu?"Nah, pria yang bersama Reiko memang penasaran ini dari tadi. Android itu mengikuti semua yang Reiko katakan. Ini adalah sebuah penemuan yang penting. Jelas saja membuat Reik
"Sudah, aku tidak bisa jelaskan lebih dari ini."Kata-kata ini mendistraksi Reiko dari pikirannya soal Aida."Aku harus mencari temanku. Mungkin dia tertangkap oleh Android, atau mungkin terkena ledakan, aku tidak tahu. Aku mau mencoba berkoordinasi.""Mungkin temanmu yang lain tahu?""Tidak, aku shadow team satu-satunya. Dia sendirian. Aku dikirim untuk mengamankan barang.""Maksudnya?""Kau tak akan mengerti. Ayo, antar aku ke penginapanmu dan aku juga akan menyiapkan penerbanganmu di airportmalam ini juga.""Huh, apa? Aku di sini masih ada urusan bisnis. Kau tidak bisa membuatku pergi dari sini.""Katakan saja apa yang harus kau lakukan. Aku yang akan menggantikanmu.""Kau?"Makin bingung Reiko saat Reizo mengangguk dan menyuruhnya mengikuti."Aku tidak ingin ada yang tahu kau bersama denganku. Cepatlah. Sebelum pengirim android itu beraksi."Dia menarik Reiko pada satu kendaraan yang disembunyikannya di salah satu rumah di pinggir jalan."Tunggu dulu. Aku tidak mengerti ini. Aku t
[Kau ingin ke Amerika?][Ya. Ada yang penting.] Reiko teringat sesuatu. Dia ingin mengingat semua ingatannya itu.Mungkinkah aku hilang ingatan seperti ini karena kecelakaan yang terjadi padaku ini dibuat oleh Reyhan? Dia ingin membunuhku, kah? Dia sangat membenciku dan dari segi bisnis, kami memang bersaing. Dia selalu merendahkanku setiap kali aku bertemu dengannya di kantor Kakek. Aku melihatnya seakan-akan dia ingin menertawaiku.Sungguh, Reiko tidak lagi mengingat tentang obat yang diberikan Brigita juga. Dia sangat terganggu dengan rivalnya yang merupakan anak menantu Pak Leknya itu.[Kau mau apa ke sana?][Aku ingin bertemu dengannya. Papaku menyuruhku bertemu dengannya dan sebenarnya aku mengagendakan ini setelah aku pulang dari Abu Dhabi. Aku sudah menyimpan alamatnya. Papaku sudah mengirimkannya padaku. Boleh aku menemuinya?]Endra Adiwijaya, dia memang ingin sekali putranya datang menemui temannya. Dia sudah memastikan Reiko pergi dengan siapa sebelum memberikan alamat itu.
"Menginap, saya rasa itu ide yang bagus. Tapi saya harus menginfokan pada sopir saya dulu, apakah dia akan kembali atau menunggu saya.""Ah, kalau kau butuh kendaraan, tidak perlu pakai sopir sewaan, kami bisa kok mengakomodasimu.""Saya akan coba bicara dulu, karena ini semua disiapkan oleh teman saya yang ada di Amerika dan mohon maaf,Nyonya Anderson. Apa bisa, Anda tidak menceritakan tentang kedatangan saya pada Papa saya dulu? Karena, dia pasti akan marah pada saya, karena saya kabur dari agenda yang sudah direncanakan di Maroko.""Ah, tentu saja. Kau jangan khawatir. Kami tidak akan bicara apa pun pada Endra sebelum kau mengizinkan."Mereka berdua dokter dan mereka tahu dari Endra, kalau anaknya datang ke sana untuk mengobati penyakitnya. Penyakit yang ayahnya Reiko juga tidak tahu. Karena kode etik dokter, mereka tidak bisa membuka penyakit pasien mereka tanpa izin.Dasar sial, kau. Sopirmu meneleponmu dan menanyakan apa dia harus tetap di sini atau tidak, kau mengangkatnya. Tap
"Tentu saja. Berapa yang Anda butuhkan?"Reiko membuka dari dalam tasnya dan mengeluarkan kapsul dari tabung silindernya."Ah."Duh, lagi-lagi dia menepuk tangannya, bikin kaget saja, seru hati Reiko saat Hendrick memang menepuk tangannya sehingga ada suara seperti satu kali tepuk tangan yang cukup kencang dan mengganggu fokus Reiko."Hmm, boleh kami meminta padamu sesuatu?" Christine bicara sangat berhati-hati sekali."Oh, ya. Apa yang Anda butuhkan, Nyonya?" Lagi-lagi, Reiko terdistraksi tidak memikirkan tentang arti tepukan dari Hendrick barusan."Selama kami melakukan uji klinis untuk obatnya, bisakah kau tidak meminum obatnya dulu?""Aku tahu permintaan kekasihmu ini sulit, karena kau sudah dapat informasi kalau obat itu tidak boleh tidak diminum setiap hari. Apalagi yang mengatakan padamu adalah kekasihmu sendiri. Pasti dia adalah wanita yang sangat baik dan sangat kau percaya, bukan?""Hmm." Reiko membenarkan."Selama ini aku tidak pernah lupa untuk meminumnya. Setiap hari past
"Reiko, apa yang sedang kau pikirkan?"Suara panggilan disertai dengan suara sendok yang berbunyi di piring membuat Reiko kaget dan menatap ke arah sumber suara."Apa ada sesuatu yang mengganggumu? Apa makanannya tidak enak?""Oh, aku tidak tahu, tapi aku hanya heran. Beberapa waktu ini, mungkin sudah sekitar dua bulanan lebih sejak kecelakaan itu, aku memiliki masalah dengan indra pengecapku. Sepertinya ada yang salah, karena aku juga tak tahu apa makanan yang kumakan itu memang tidak enak, tapi aku merasa semua makanan yang dibuat orang itu tidak enak dan hanya masakanku saja yang enak. Seperti tidak ada rasa makanan yang mereka buat.""Begitukah?"Lagi-lagi, suara mengagetkan dari gelas yang beradu membuat Reiko menatap seseorang di sisi lainnya dan dia pun mengangguk."Iya, Nyonya Anderson. Sesuatu yang menggangguku, karena kurasa, seperti aku yang salah atau memang dunia ini memiliki selera rasa yang berbeda denganku.""Oh, mungkin kau bisa memasakkan sesuatu untuk kami? Sesuatu
TING!"Bukan hanya ada masalah."Sebelum bicara, Hendrick membunyikan gelas dengan alat makannya dan dia kembali tersenyum pada Reiko."Kau harus ingat sesuatu yang penting sekali menurutku. Dan masukan ini ada di alam bawah sadarmu.""Hmm, apa itu?""Rasa masakan ini enak sekali, tapi sayangnya ini tidak bagus untuk kesehatan.""Maksud Anda?" Reiko tak paham. Di saat Christine mengambil minum, dia sengaja membunyikan gelasnya berbenturan dengan gelas kosong di sebelahnya, sebelum Hendrick mengutarakan sarannya."Rasa makanan di sini hambar. Kurang garam dan kurang rasa tak seenak buatanmu. Karena itu bagus untuk kesehatan, Reiko.""Ah, begitukah?""Hmm. Bagaimana kalau kau coba membuat sesuatu dengan rasa makanan setengah dari rasa yang menurutmu enak?""Seperti masakan yang dibuat oleh orang-orang? Seperti hambar dan tak ada rasa?""Hmm. Itu bisa memanjangkan umurmu dan kau akan bahagia hidup bersama dengan orang yang kau cintai.""Kalau begitu, boleh aku pinjam dapurmu lagi? Kurasa
DOOOR DOOR DOOOR!Tapi saat wanita itu ingin menyerang ke tempat Reiko dan Anderson Junior bersembunyi, Daniel kembali menembakinya."Jangan masuk!""Apa?" Pria di samping Reiko bertanya saat Reiko bicara sesuatu yang tak dimengertinya dan Reiko seperti fokus pada pikirannya sendiri."Masuk, kubilang!"Tapi Daniel adalah seorang penembak jitu dan dia murid Rafael yang terbaik, selevel dengan Danny. Jadi memang,seseorang yang ingin menjatuhkannya dengan peluru-peluru itu tidak mudah mengalahkan Daniel.Makanya, dia memberikan perintah pada yang di luar, tapi sayangnya ini diblok oleh Reiko."Jangan masuk!" perintah Reiko lagi."Kau, tidak akan pernah bisa membuat mereka mengikutimu. Aku yang didengarnya."Dooor Dooor Doooor!Tapi sayangnya, ada serangan dari luar lagi yang mengganggunya."Samuel, habisi mereka! Di dalam, aku masih bisa meng-covernya," seru Daniel yang memang sedang bicara dengan orang yang berada di luar.Bantuan datang. Ini sedikit memberikan angin segar bagi Daniel d
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku