Oh syukurlah Bang Ibra ini lebih pengertian daripada orang yang ada di sebelahku. Harusnya Romo menjodohkan aku dengan orang sepertinya saja, hueheheh! Ah tapi dia sudah menikah! Dan Mbak Komariah cantik sekali. Aida berbisik dan kini juga sudah berdiri. Dia mengikuti wanita yang tadi akan mengantarnya itu."Berapa, Bang?""Heeeh?"Selepas keduanya pergi, Reiko bertanya begini dan jelas saja Ibra tak tahu maksudnya."Itu loh! Bimbel sama ongkos masukinnya kemarin!"Reiko cukup tau diri lah. Dia tahu sahabatnya ini pasti berjuang untuk memasukkan Aida supaya dapat nomor.Karena itu ada harga yang harus dibayar olehnya."Ah, kau ini!"Bukannya menjawab berapa yang diminta Reiko. Ibra malah mencibirnya."Kalau Abang nggak mau bilang nih terima ya!" Reiko mengeluarkan amplop yang tentu saja isinya tidak sedikit kalau tebalnya bisa dilihat oleh Ibra hampir dua sentimeter. Dan orang seperti Reiko tidak mungkin memberikan receh di dalamnya. Pecahan terbesar yang ada di Indonesia."Masukkan k
"Heish, aku ini kan pria dewasa, Bang!"Lagi-lagi jawaban yang membuat Ibra spaning."Ah kau ini memang dari dulu tidak bisa menjaga dirimu sendiri!"Gemas Ibra mendengar ucapan dari sahabatnya. Dia tadinya sempat berprasangka.Tapi anak ini memang suka bercanda, kan? Tak mungkin kan dia melakukan hal bodoh macam itu dengan wanita diluar nikah?Ibra pikir-pikir ulang, karena memang Reiko bukan orang yang tergila-gila dengan wanita sejak SMA. Punya pacar mungkin saja, tapi tidur dengan wanita?Dia tak terlalu yakin dengan sikap penjagaan Reiko pada setiap wanita yang mendekatinya di SMA."Aida itu anak yang manis loh! Dari caranya berpakaian, dari caranya bersikap, dia bisa jadi surgamu di dunia dan di akhirat bodoh!" keluh Ibra gemas.Heish, dia belum lihat aja pakaian wanita ini dulu seperti apa? Kuno! Aku yang mengganti semua pakaiannya jadi lebih baik sekarang dan sedikit bermode! Dan surga apa tanpa dua keistimewaan? bisik hati Reiko saat bibirnya bicara …."Ya kan aku sudah cerit
"Gak bisa, Bang!""Gak bisa kenapa?" makin bingung Ibra."Karena kau menyukainya?""Bukan itu saja!" Reiko mengelak."Tapi dia gak punya itu, Bang!"Paham sekarang Ibra maksud Reiko."Masya Allah Reiko, picik sekali pikiranmu itu, berburuk sangka pada takdir Rabb-Mu!" Ibra geleng-geleng kepala makin gemas."Kau pikir karena dia gak punya itu maka dia gak pantas dicintai? Gak ada laki-laki yang menyukainya, gitu?"Reiko tak bisa berpikir banyak, tapi dia mengangkat bahunya untuk saat ini."Aku bukan pecinta pentungan, Bang. Aku masih pria normal."Menurutnya itu, yang tak ada adalah segala sesuatu yang membuat hubungan antara dua manusia, laki-laki dan perempuan bisa saling mencintai. Tanpa itu akan sulit karena itu adalah sesuatu yang menggemaskan yang memang ingin selalu dipegang olehnya."Duh, kau ini ya! Ish! Kenapa jadi ke kaum Luth sih nyamain nya?" Ibra makin geregetan."Kita tak pernah tahu, Reiko! Dan kamu lihat tidak, banyak orang cacat di luar sana tapi dia bisa punya suami t
Jangan pikir … aku akan membiarkannya melihat temanku terus! sinis hati Reiko yang mengekang pinggang itu makin dekat dengannya.Suka kau dengan temanku? Awas kau nanti! Hukumanmu akan berat sekali karena tidak bisa mengkondisikan matamu!Lagi senang-senang Aida memperhatikan sesuatu, malah sekarang ada tangan yang merengkuhnya membuat bad mood, tapi Aida masih tetap harus tersenyum.Mau disuruh minggir sulit karena status yang sudah digaungkan Reiko, Aida adalah istrinya.Tapi kalau tidak disuruh menyingkir, Aida juga risih! Jadi serba salah.Bukan sebuah pilihan yang menyenangkan untuknya.Dan Kenapa juga dia terus saja memegang tanganku?Selepas makan bukannya melepaskan tangan Aida, Reiko justru menggenggamnya sangat erat sekali.Risih Aida. Andaikan tangan pria itu memegangnya di bawah meja, dia masih bisa menyentil atau melakukan sesuatu agar dia bisa menjauh.Sayang kenyataannya tidak seperti itu.Tangannya dipegang di atas meja dan jelaslah sulit untuk Aida melepaskannya.Bukan
"Eish, jangan menyusahkanlah, Bang." Sulit untuk negosiasi juga Reiko."Aku tidak bisa, Bang. Lagian juga aku dan Brigita baru melakukan dan aku ehm, mandi itu loh Bang,hmmm, belum maksudku. Aku juga sudah lupa bacaannya dan gak pernah baca.""Berapa kali aku harus istighfar sekarang Reiko melihatmu yang seperti ini?"Ibra tak mau berpikir panjang soal ini karena dia memang ingin membantu temannya.Karena itulah …."Soalan gampang. Ayo cepat kita ke ruanganku dan di sana kau kalau mau mandi bisa kok. Aku juga sering ke masjid kadang-kadang. Buru-buru pulang dari kantor, Jadi aku mandi di masjid aja biar ga ketinggalan jamaah. Ada handuk bersih juga. Rinse shower aja ya."Lagi-lagi Ibra menyeret tangannya dan membuat Reiko bingung juga saat mereka tidak langsung ke aula masjid tempat orang-orang melakukan ibadah."Ini masjid apa rumahmu, Bang?"Senyum-senyum Ibra ketika mendengar komplain sahabatnya saat dibawa ke basement dan di sana ada ruangan yang begitu comfort."Masjid ini didirik
"Suka-suka aku. Sekarang yang butuh aku atau kau? Terserah kau saja sih."Ibra tak peduli tapi senyumnya sudah terurai sambil bicara begitu."Heish, Abang nih, sengaja bukan memanfaatkan kondisiku yang terdesak?""Memangnya kau tidak pernah seperti itu? Hahaha." Ibra tak mau peduli dengan protesnya Reiko."Jangan lupa, sebelum jam lima besok."Dan itu reminder dari Ibra sebelum tangannya membuka pintu rumahnya."Assalamualaikum."Sesaat Ibra memberikan salam istrinya pun sudah menjawab dan ada satu suara wanita lagi yang terdengar memberikan jawaban yang sama."Abiiiiii."Tiga anak Ibra yang SD sudah pulang.Mereka baru sampai rumah sekitar lima menitan Ibra meninggalkan rumah untuk ke masjid. Dan saat mendengar suara Ibra mereka sudah berlarian mendekat pada ayahnya."Abi tadi aku bisa loh ikut latihan pramukanya. Nih aku bikin tali ini.""Abi lihat. Aku juga udah ada dapet lambang ini nih dari kakak pembina.""Aku tadi latihan bikin tandu pakai tongkat pramukaku."Anak-anak itu berce
"Ingat, besok kita ada perubahan jadwal. Setiap pagi kamu mengerjakan soal yang aku berikan padamu dan itu selesai sarapan pagi. Siang aku akan memberikan lagi soal untukmu. Dan kita akan berangkat ke rumah Ibra jam setengah empat sore. Untuk antisipasi macet jam pulang kantor jadi satu setengah jam lebih cepat."Bukan menjawab pertanyaan yang dibutuhkan oleh Aida, malah kata-kata itu yang terurai dari bibir Reiko."Tapi kan aku nggak nanyain itu."Makanya Aida protes seperti ini."Kamu tanya apa? Aku ngomong sama Ibra kamu istriku dan itu yang mau kamu tanyain, hmmm?”Jelas Reiko sudah mendengar."Sekarang kamu pikirin aja pakai logika dan otakmu yang dangkal itu. Kalau aku yang cuma punya dua adik perempuan dan dua-duanya juga sudah dikenal oleh Ibra. Bahkan dia juga sudah pernah ketemu dengan adik-adikku dulu, apa mungkin aku minta dia untuk menolong seseorang yang tidak ada hubungannya denganku?"Sampai di situ Reiko menarik napas sejenak tapi dia tidak membiarkan Aida bicara."Aku
"Saya turun dulu, Pak." Aida menunjukkan kemarahannya yang tertahan. "Jangan lupa solat Ashar.""Heiiiiish. Dia kesal padaku makanya dia bilang begitu, bukan? Sholat Ashar."Setelah lima detik Aida turun dari dalam mobilnya, Reiko mendengus seperti ini.Heish, tapi kenapa saat aku ada di dekatnya, aku jadi semakin sulit untuk mengendalikan diri? resah di hati Reiko.Aku juga tidak mau mengecupnya tadi. Tapi rasa-rasanya aku tidak mau pergi kalau aku belum mendapatkan itu.Reiko jadi gila sendiri dengan pikirannya ini dan sudah senyum-senyum sendiri.Tapi wajar bukan, kalau aku mendapatkan itu? Hari ini aku sudah bersusah payah untuk menolongnya. Bahkan aku harus melakukan sesuatu dipaksa-paksa. Anggap saja itu adalah hukuman untuknya.Reiko setelah memikirkan ini dia sudah bergegas untuk meninggalkan apartemennya dengan satu bayangan seseorang yang membuat dirinya menggerutu."Ibra, ini gara-gara kau. Lihat apa yang dikatakannya. Jangan lupa solat Ashar?"Apa salah pesan yang dikatakan