"Bukan Nyonya Denada." Aida langsung menyelak.
"Maaf Pak, biasa saya kalau emosi seperti ini. Sampai jadi mimisan sendiri, tapi nggak apa-apa ini emang kebiasaan," kilah Aida yang tak menyalahkan Radit dengan kondisi fisiknya yang langsung drop.
Sebetulnya tidak hanya drop gara-gara bicara dengan Radit sekarang sih. Tapi memang sudah berhari-hari Aida kepikiran tentang Reiko ini juga memiliki andil besar kenapa dirinya selemah sekarang.
"Saya rasa saya bicaranya sampai di sini saja, ya! Mungkin Bapak bisa berpikir sendiri seharusnya bagaimana Bapak bersikap pada Mas Reiko. Karena namanya orang bekerja Pak, pasti ada salah paham. Tapi kalau ada kesalahan sedikit saja tidak bisa pakai kepala dingin dan terus saja emos
"Alhamdulillah kalau Nyonya suka.""Huh, maksudnya?"Dia tak mengerti makanya bertanya lagi pada Aida yang masih merasa lega."Nyonya sudah yakin kan itu bagus dan ndak ada kurang satu apa pun?""Nggak. Sesuai aja sama yang aku bilang tadi." Lalu dia tampak berpikir lagi …."Kenapa ya kamu tanya itu?"Maklum saja teman Radit yang satu itu memang sangat kepo sekali dan kalau dia sudah ditanya sesuatu maka dia butuh jawaban dari orang itu atau dia bisa mati penasaran.
"Ayok Mbak Inggrid!"Sesaat setelah Aida berjalan menjauh dari Radit dan teman-temannya.Tapi ini bukanlah akhir dari masalahnya. Ekor mata Radit mengarah pada Sandi yang sepertinya paham apa yang diinginkan tuannya sehingga dia mengangguk lalu menjauh mundur meninggalkan Radit dan teman-temannya.Dan saat inilah …."Denada!""Jangan sentuh aku!"Sudah bisa dibayangkan oleh Radit kalau itu pasti akan diucapkan oleh Nada. Dia tidak akan membuat semuanya menjadi mudah untu
PLAAAAK!Nada yang tak bisa menahan diri lagi. Dia menggerakkan telapak tangannya mendarat kasar pada wajah Radit."Denada kau puas sekarang?"Masalahnya Nada menampar di depan umum. Ya walaupun Sandi sudah berusaha untuk membuat security untuk tidak membuat karyawan di sana keluar, ini memalukan juga."Ke mana otakmu? Apa kau tak bisa berpikir, hmm?""Denada, dia sama seperti Sean. Baik di depan keluarganya, tapi di belakangnya seperti apa? Kau mengerti maksudku?""Sudahlah! K
"Ibu ….""Jangan merengek! Siapa ibumu? Aku gak kenal!"Selepas mengutarakan ini Riyanti pun pergi meninggalkan Radit.Hanya menyisakan Bambang yang memang harus segera menyusul istrinya, namun dia menyempatkan diri untuk bicara dulu dengan putranya."Raditya, kenapa kau tidak membicarakan ini padaku?" tanya Bambang yang membuat Raditya lelah, tapi tetap harus menjawabnya.Pagi ini, semua tak terlalu baik untuknya."Maafkan aku, Ayah!"
"Tahu Pak Raditya."Seno memberanikan diri bicara dan memaksa dirinya bicara setenang mungkin agar bisa fokus dengan semua pertanyaan yang pasti akan diberikan oleh Radit tak akan mudah dijawabnya."Silakan kalau ada yang ingin Bapak tanyakan karena saya tidak bisa lama-lama Pak Raditya. Soalnya saya harus mengikuti Mbak Aida. Saya disuruh untuk menjaga keamanannya.""Aku hanya bertanya sebentar padamu!" ucap Radit yang memang tidak ingin membuang waktu."Dia beneran tidak tahu di mana Reiko?""Mbak Aida tidak tahu sama sekali Pak Raditya. Dia hanya tahu ka
"Mau apa kau ke sana?""Tadi kau minta apa padaku?"Senyum Dimas merekah ketika mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu.Apakah ini artinya Radit sudah mulai luluh?"Jadi kau ingin membebaskan dia sesuai dengan saranku tadi?""Aku tidak mengatakan begitu!""Tadi kau bilang aku minta apa padamu? Kau ….""Jangan buang waktu Dimas! Sebelum aku benar-benar berubah pikiran, ayo antar aku!"
"Tak perlu menanyakan hal tidak berguna seperti itu di hadapanku. Kau bisa duduk dan kita bicara!"Reiko memang sudah tahu temperamen Radit dan dia tak berbasa basi lagi, sudah menduduki tempat yang diperintahkan."Apa yang ingin Anda bicarakan, Pak Raditya?""Apa kau tidak memberitahukan Aida tentang keberadaanmu di sini?""Apa Anda berniat untuk memberitahukannya?""Aku bertanya lebih dulu padamu, kenapa kau membalikkan padaku?"Radit tak suka. Tapi saat ini pembicaraan merek
"Aku menyuruhmu berkemas, tapi kenapa kau malah menatapku begitu?"Reiko tidak mengatakan apa pun pada Radit. Dia hanya memandang Radit tanpa kata-kata.Bahkan tak ada keinginan dalam hatinya untuk mempercayai pria itu akan membebaskannya tanpa mengucapkan syaratnya."Mungkin dia khawatir apa kau mengambil salah satu janji dari Reyhan atau dari ayahnya, Raditya! Makanya dia tak percaya kau membebaskannya.""Dengar! Aku tidak terlalu miskin untuk membiayai semua kebutuhanku. Dan aku memang sudah punya anggaran untuk Aurora City Town. Jadi jangan kau katakan kalau aku ingin menggunakan uang orang tuamu atau meminta belas kasihan dari sepu