“Rangga, kamu belum punya pacar juga sampai sekarang?”Kai menaikkan satu alisnya mendengar pertannyaan tersebut saat mereka sedang menunggu bagasi di conveyor belt. “Belum, Pak.”Vito dengan akrabnya langsung menepuk bahu Rangga. “Ck, anak ini. Dibilang jangan panggil ‘Pak’. Panggil nama aja. Aku bukan orang yang gila hormat, kok.”“Tapi gila beneran.” Kai memutar kedua bola matanya dengan malas.Vito mengibaskan tangannya di udara. “Jangan dengerin dia. So, kamu belum punya pacar?”“Belum.” Rangga kembali menggeleng. Matanya masih menatap conveyor belt yang masih kosong, bagasi mereka sepertinya masih dalam proses.“Kai, kan, udah jinak. Sekarang saatnyalah kamu cari pacar.” Vito mulai memberi nasihat pada tangan kanan sahabatnya itu.Vito dan Jefan bisa dibilang sudah mengenal Rangga cukup lama. Dan mereka juga sering menjahili Rangga yang tidak pernah terlihat bersama perempuan sama sekali.“Saya masih nyaman sendiri, kok,” sahut Rangga sambil tersenyum. Senyum yang sering dilede
Jean dan Kristal baru saja keluar dari ruang meeting untuk makan siang bersama di Senayan City, saat orang-orang yang melewati mereka tersenyum penuh arti pada Kristal dan Jean.“Duh, romantis banget, sih, Ta,” komentar salah satu seniornya, seorang perempuan berkacamata yang sering menjahilinya kalau mereka sedang bersama.“Romantis apaan, Mbak?” Kristal mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan ucapan seniornya. “Ini aku abis meeting sama Jean sama yang lain, lho, Mbak. Serem amat dibilang romantis.”“Ck.” Seniornya menggeleng tidak percaya seraya tertawa pelan. “Udah jam makan siang, nih, Ta. Kamu udah ditunggu, tuh, sama mas suami di depan.”Kristal membulatkan matanya tidak percaya, kemudian dengan cepat beranjak ke ruangannya untuk menaruh dokumen yang tadi digunakan untuk meeting dan turun dua lantai untuk sampai di lobi kantor GPP.Benar saja, Kai tengah duduk di sofa yang ada sambil memegang ponsel dan buket bunga yang terlihat indah.“Kai?”Mendengar namanya dipanggil ole
Dengan berat hati, Kai mengantar kembali Kristal ke kantornya. Sebenarnya ia lebih ingin kalau mereka langsung pulang. Selain bisa menghabiskan waktu sambil memeluk istrinya, Kai juga ingin melihat apa yang ditawarkan Kristal tadi di Pancious.Ia tidak keberatan untuk menculik Kristal pulang, tapi ia tahu bahkan sebelum sampai di Pondok Indah, rambutnya sudah habis dijambak Kristal.“Manja, deh,” gerutu Kristal saat mereka sudah berada di lift gedung kantornya. “Kamu—hmpft.”Dengan cepat, Kai meraih tengkuk Kristal dan menyatukan bibir mereka ke dalam sebuah ciuman yang dalam dan tidak hanya melibatkan bibir. Satu desahan lolos dari bibir mungil Kristal saat lidah Kai menari-nari dan membuatnya lupa kalau ia sedang di lift menuju kantornya.Tepat dua lantai sebelum lift terbuka, Kai menyudahi ciuman tersebut dan memberikan kecupan ringan di bibir Kristal, sebelum benar-benar menjauh dan mengusap sekitar bibir istrinya.“Oh, God. You look so sexy,” gerutu Kai saat memastikan lipstik Kr
Kristal selalu suka berendam di bathtub dengan bath bomb beraneka warna dan wangi sebagai koleksinya. Ia tahu kalau Kai adalah light sleeper dan sangat mudah membangunkannnya melalui telepon.Sambil berendam di bathtub dengan air yang sudah ia campur dengan bath bomb Lavender-Cedarwood Bath Fizzy Bain Petillant dari Bath and Body Works, Kristal menunggu kehadiran Kai.Tidak butuh waktu lama sampai ia bisa mendengar pintu kamar yang dibuka dengan tergesa, karena ia sendiri tidak menutup pintu kamar mandi.“Hei.” Kai langsung menghampiri Kristal, berjongkok di sebelah perempuan itu, dan mencium bibirnya sebagai sapaan. “Kok kamu nggak bangunin aku, sih?”Kristal meringis. Tiba-tiba keberaniannya untuk menggoda Kai tadi langsung lenyap seperti bath bombyang ditenggelamkan ke air. Perempuan itu sedikit menenggelamkan tubuhnya agar dadanya tidak terekspos, namun hal itu membuat Kai terkekeh.“Apa, sih? Kok masih malu-malu sama aku?” Kai menjawil hidung Kristal dengan gemas. “Aku gabung bol
“Duh, nyonya besar kayaknya hidupnya bahagia banget, nih, kayak film Barbie.”Kristal mendengus selagi mengerutkan keningnya mendengar jokes Hafi. “Fi, sumpah kamu garing banget kayak rempeyek.”Diejek begitu, Hafi malah tertawa. Sudah biasa baginya diejek sekian tahun oleh Kristal, jadi dia tidak pernah menganggap serius apa yang diucapkan Kristal padanya.Hari ini hari Sabtu dan seperti biasanya, ada acara penghargaan di industri entertainment yang membuat Kai harus datang. Kai tentu saja mengajak Kristal menjadi plus one-nya seperti biasa.Tapi pagi ini Hafi sudah meneleponnya dan mengajaknya hang out sekalian mengambil setelan jasnya di Wong Hang untuk ia pakai malam ini. Setelah mengambil jasnya, lelaki itu menuruti Kristal yang ingin ke salon langganannya untuk mengganti nail art kukunya.“Tapi beneran,” ucap Hafi lagi setelah Kristal selesai dengan proses pembayaran untuk treatment-nya hari ini. “Kamu kelihatan lebih… apa, ya? Bahagia.”Kristal memutar kedua bola matanya sambil
Olla mencuri banyak perhatian tamu undangan yang hadir malam ini.Pertama, karena akhirnya setelah kasusnya tiga tahun yang lalu itu, Olla kembali ke dunia entertainmentdan bisa dibilang cukup sukses.Kedua, karena perempuan itu tidak bersikap lebih baik daripada sebelumnya. Padahal semua orang tahu tentang kasus yang menimpanya.Ketiga, karena gaun yang dikenakan Olla benar-benar ketat, seksi, dan… mengundang dengan terang-terangan.‘Perempuan ini….” Olla mendesis kesal saat melihat sosok Kristal yang terus menempel seperti lintah dengan Kai di matanya.“Lihat apa?”“Itu, Kai.” Olla menjawab singkat pada temannya, si penyanyi pendatang baru yang cukup sukses dari manaj
Kai mulai panas dingin dan gelisah di tempatnya. Ia memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan diri, namun cara itu tidak berhasil.“Pak, ini macetnya lama banget?” tanya Kai yang sadar kalau ia sudah bertanya puluhan kali pada sopirnya, tapi ia tidak bisa mencegah dirinya sendiri.Bayangan Kristal yang sudah menunggu lebih dari setengah jam di kantornya membuat Kai merasa semakin bersalah dan khawatir. Padahal ia yang berjanji untuk menjemput Kristal, tapi meeting-nya selesai lebih lama dari dugaannya.Ditambah ruas jalan yang dipenuhi kendaraan yang nyaris tidak bergerak karena kemacetan parah setelah hujan.“Kayaknya iya, Pak,” jawab sopirnya dengan sabar.Kai mengembuskan napasnya perlahan kemudian meraih ponselnya dari dalam saku unt
Selain ruang tengah, teras samping rumahnya merupakan spot favorit Kristal di rumah ini. Setahun yang lalu, setelah pernikahannya dengan Kai semakin membaik, Kai mulai merayu Kristal agar merenovasi rumah ini supaya ada sentuhan Kristal di mana pun yang perempuan itu inginkan.Kristal yang tadinya mengira rumah ini dibeli Kai untuk hidup berdua dengan Cessa, bisa bernapas lega saat Kai mengatakan kalau rumah itu dibeli Kai justru dua bulan sebelum mereka menikah.“Aku suka bagian teras rumahmu ini, deh.” Renjana menaruh gelas berisi jus apel buatan Mbak Jia di meja kecil yang ada di antara kursi rotan yang mereka duduki.“Aku juga.” Kristal mengiakan. “Lumayan enak buat refreshing.”Di bagian halamannya, ada kolam ikan yang dipelihara dengan baik oleh Kai