Kai mulai panas dingin dan gelisah di tempatnya. Ia memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan diri, namun cara itu tidak berhasil.
“Pak, ini macetnya lama banget?” tanya Kai yang sadar kalau ia sudah bertanya puluhan kali pada sopirnya, tapi ia tidak bisa mencegah dirinya sendiri.
Bayangan Kristal yang sudah menunggu lebih dari setengah jam di kantornya membuat Kai merasa semakin bersalah dan khawatir. Padahal ia yang berjanji untuk menjemput Kristal, tapi meeting-nya selesai lebih lama dari dugaannya.
Ditambah ruas jalan yang dipenuhi kendaraan yang nyaris tidak bergerak karena kemacetan parah setelah hujan.
“Kayaknya iya, Pak,” jawab sopirnya dengan sabar.
Kai mengembuskan napasnya perlahan kemudian meraih ponselnya dari dalam saku unt
Selain ruang tengah, teras samping rumahnya merupakan spot favorit Kristal di rumah ini. Setahun yang lalu, setelah pernikahannya dengan Kai semakin membaik, Kai mulai merayu Kristal agar merenovasi rumah ini supaya ada sentuhan Kristal di mana pun yang perempuan itu inginkan.Kristal yang tadinya mengira rumah ini dibeli Kai untuk hidup berdua dengan Cessa, bisa bernapas lega saat Kai mengatakan kalau rumah itu dibeli Kai justru dua bulan sebelum mereka menikah.“Aku suka bagian teras rumahmu ini, deh.” Renjana menaruh gelas berisi jus apel buatan Mbak Jia di meja kecil yang ada di antara kursi rotan yang mereka duduki.“Aku juga.” Kristal mengiakan. “Lumayan enak buat refreshing.”Di bagian halamannya, ada kolam ikan yang dipelihara dengan baik oleh Kai
“You’re pregnant, aren’t you?”Kristal terbelalak kaget. “Kok bisa tahu?”Renjana terkekeh pelan. “Nggak tahu, ya. Tapi emang kalau orang hamil itu kelihatan, kok, dan aku, kan, juga pernah hamil, Ta. Jadi tahulah bedanya.”Kristal yang hari ini masih mengenakan setelan santainya di rumah—celana santai yang panjangnya sampai lima senti sebelum lutut dan kaos oblong, mengusap perutnya dengan senyuman yang membuat ia terlihat lebih cantik.Renjana senang karena Kristal ternyata terlihat bahagia, berbanding terbalik dengan dugaan awalnya. Tapi ia bersyukur, Kristal tidak mengalami penderitaan selama apa yang pernah ia rasakan.“Baru empat minggu,” terang Kristal yang juga mengundang senyum Renjana. &ld
“Iya! Makanya, jangan kayak Bang Toyib, tiga kali ulang tahunku kamu nggak pernah ada!”“Ampun, Sayangku.”Kristal sebenarnya ingin lebih lama lagi melancarkan misi beri-Kai-pelajaran-sesekali. Tapi saat ia berbalik dan melihat bagaimana Kai menatap testpack (yang bahkan sempat ia kira termometer, GOSH!) dengan mata berkaca-kaca, Kristal jadi luluh dan bangkit dari posisinya.Perempuan itu duduk mendekat pada Kai yang di luar dugaannya, langsung memeluknya dengan sangat erat.“Sorry, thank you, and I love you,” ucap Kai dengan suara yang bergetar dan membuat perasaan haru membuncah di dada Kristal. “I do really love you, Ta.”Kristal menumpukan dagunya di bahu Kai dan mengusap punggung suam
“Om Hafi.”“Apa, Sayang?”“Kok Om Hafi sendirian?” tanya Kelana dengan polosnya.Tidak tahu saja anak kecil itu, hati Hafi yang kering jadi semakin merana setelah mendengar pertanyaan tersebut.Memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan menyakitkan tersebut, Hafi malah balik bertanya, “Emangnya nggak boleh?”“Ya….” Kelana terlihat berpikir sambil mengerucutkan bibirnya dan hal itu membuat Hafi merasa gemas. “Boleh aja, sih. Tapi kan Tante Tata sama Om Kai. Papa juga sama Mama. Om Hafi doang yang sendirian.”Karena om kamu yang ganteng ini ditolak, Kelana! seru Hafi dengan gemas, namun hanya bisa dari dalam hati. Akan terlihat sangat menyedihkan kalau
Seminggu setelah makan siang di rumah Kristal, ketiga sahabat itu kembali berkumpul di restoran favorit mereka, Pancious Pacific Place.“Kalian nggak bosen makan di sini terus?” tanya Hafi saat Sabtu siang itu mereka sudah duduk manis di Pancious sambil membuka buku menu.Setidaknya Hafi yang membuka buku menu, karena Kristal dan Renjana hampir selalu memesan makanan yang sama setiap mereka datang ke sana.“Nggak. Kamu bosen?” tanya Kristal sambil menaikkan satu alisnya.Hafi hanya mengedikkan bahunya. “Cuma heran, bertahun-tahun kita selalu ke restoran yang sama dan pesanan kalian juga hampir selalu sama. Pantes, ya, ke laki-laki, pun, sukanya yang itu-itu aja.”Bukannya marah karena sindiran tersebut, Renjana dan Kristal justru ber-
“Tata.”“Apa, Ma?” Kristal menyahut sambil memakan potongan semangka yang baru saja diberikan Julia.Pukul tujuh malam saat Kristal sampai di rumahnya, ia dikejutkan dengan kehadiran Julia dan berbagai macam buah-buahan di ruang makan.Rasanya seperti saat melihat Kai pulang dari Bandung dengan lusinan kotak kue. Mamanya bisa jadi pedagang buah atau jus dengan semua yang ia bawakan untuk Kristal.“Kamu nggak kepikiran mau resign aja?”Pertanyaan Julia membuat Kristal meninggalkan tayangan CNN dan menatap mamanya dengan penasaran. “Tumben Mama bahas itu.”Mamanya memang bukan wanita karier yang bekerja di kantoran. Sejak dulu, mamanya lebih banyak waktu di rumah dibandingkan ibu te
“Aku kelihatan nambah gemukan nggak, sih?”“Sedikit,” jawab Kai jujur sambil tetap mencoba memasang dasinya.Kristal berdecak dan berbalik menghadapnya. Kai pikir Kristal akan memarahinya karena ia mengiakan pertanyaan Kristal mengenai fisiknya. Namun, tidak seperti dugaannya, Kristal justru meraih dasi yang sejak tadi berusaha ia pasang sendiri selagi Kristal memoles lipstiknya.“Susah banget minta tolong sama istri sendiri, ya?”Kai hanya balas dengan cengiran di wajahnya dan membiarkan Kristal membantu menyimpulkan dasinya.“You look so beautiful.”Kristal mendongak, dan karena belum mengenakan high heels, perbedaan tinggi mereka masih cukup jauh. “Kamu ngg
“Beruntung saya bisa memberi jaminan supaya Pak Kaisar nggak melapor ke polisi!”Brak! Olla tersentak kaget saat manajernya yang temperamen itu membanting tumpukan kertas pekerjaannya di hadapan perempuan itu.Sebenarnya Olla tidak terlalu suka manajemennya sekarang. Mereka tidak terlalu memedulikannya dan lebih banyak mengurusi penyanyi dangdut generasi baru yang diorbitkan setelah acara pencarian bakat di salah satu televisi selesai.No, Olla tidak benar-benar merendahkan mereka. Ia hanya sedang mencari pelampiasan kemarahannya saja.Semua ini gara-gara Kristal sialan itu, pikirnya kesal.“Lain kali, gunakan otakmu lebih dulu sebelum bertindak!” Bentakan manajernya membuat Olla tersa