“Iya! Makanya, jangan kayak Bang Toyib, tiga kali ulang tahunku kamu nggak pernah ada!”
“Ampun, Sayangku.”
Kristal sebenarnya ingin lebih lama lagi melancarkan misi beri-Kai-pelajaran-sesekali. Tapi saat ia berbalik dan melihat bagaimana Kai menatap testpack (yang bahkan sempat ia kira termometer, GOSH!) dengan mata berkaca-kaca, Kristal jadi luluh dan bangkit dari posisinya.
Perempuan itu duduk mendekat pada Kai yang di luar dugaannya, langsung memeluknya dengan sangat erat.
“Sorry, thank you, and I love you,” ucap Kai dengan suara yang bergetar dan membuat perasaan haru membuncah di dada Kristal. “I do really love you, Ta.”
Kristal menumpukan dagunya di bahu Kai dan mengusap punggung suam
“Om Hafi.”“Apa, Sayang?”“Kok Om Hafi sendirian?” tanya Kelana dengan polosnya.Tidak tahu saja anak kecil itu, hati Hafi yang kering jadi semakin merana setelah mendengar pertanyaan tersebut.Memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan menyakitkan tersebut, Hafi malah balik bertanya, “Emangnya nggak boleh?”“Ya….” Kelana terlihat berpikir sambil mengerucutkan bibirnya dan hal itu membuat Hafi merasa gemas. “Boleh aja, sih. Tapi kan Tante Tata sama Om Kai. Papa juga sama Mama. Om Hafi doang yang sendirian.”Karena om kamu yang ganteng ini ditolak, Kelana! seru Hafi dengan gemas, namun hanya bisa dari dalam hati. Akan terlihat sangat menyedihkan kalau
Seminggu setelah makan siang di rumah Kristal, ketiga sahabat itu kembali berkumpul di restoran favorit mereka, Pancious Pacific Place.“Kalian nggak bosen makan di sini terus?” tanya Hafi saat Sabtu siang itu mereka sudah duduk manis di Pancious sambil membuka buku menu.Setidaknya Hafi yang membuka buku menu, karena Kristal dan Renjana hampir selalu memesan makanan yang sama setiap mereka datang ke sana.“Nggak. Kamu bosen?” tanya Kristal sambil menaikkan satu alisnya.Hafi hanya mengedikkan bahunya. “Cuma heran, bertahun-tahun kita selalu ke restoran yang sama dan pesanan kalian juga hampir selalu sama. Pantes, ya, ke laki-laki, pun, sukanya yang itu-itu aja.”Bukannya marah karena sindiran tersebut, Renjana dan Kristal justru ber-
“Tata.”“Apa, Ma?” Kristal menyahut sambil memakan potongan semangka yang baru saja diberikan Julia.Pukul tujuh malam saat Kristal sampai di rumahnya, ia dikejutkan dengan kehadiran Julia dan berbagai macam buah-buahan di ruang makan.Rasanya seperti saat melihat Kai pulang dari Bandung dengan lusinan kotak kue. Mamanya bisa jadi pedagang buah atau jus dengan semua yang ia bawakan untuk Kristal.“Kamu nggak kepikiran mau resign aja?”Pertanyaan Julia membuat Kristal meninggalkan tayangan CNN dan menatap mamanya dengan penasaran. “Tumben Mama bahas itu.”Mamanya memang bukan wanita karier yang bekerja di kantoran. Sejak dulu, mamanya lebih banyak waktu di rumah dibandingkan ibu te
“Aku kelihatan nambah gemukan nggak, sih?”“Sedikit,” jawab Kai jujur sambil tetap mencoba memasang dasinya.Kristal berdecak dan berbalik menghadapnya. Kai pikir Kristal akan memarahinya karena ia mengiakan pertanyaan Kristal mengenai fisiknya. Namun, tidak seperti dugaannya, Kristal justru meraih dasi yang sejak tadi berusaha ia pasang sendiri selagi Kristal memoles lipstiknya.“Susah banget minta tolong sama istri sendiri, ya?”Kai hanya balas dengan cengiran di wajahnya dan membiarkan Kristal membantu menyimpulkan dasinya.“You look so beautiful.”Kristal mendongak, dan karena belum mengenakan high heels, perbedaan tinggi mereka masih cukup jauh. “Kamu ngg
“Beruntung saya bisa memberi jaminan supaya Pak Kaisar nggak melapor ke polisi!”Brak! Olla tersentak kaget saat manajernya yang temperamen itu membanting tumpukan kertas pekerjaannya di hadapan perempuan itu.Sebenarnya Olla tidak terlalu suka manajemennya sekarang. Mereka tidak terlalu memedulikannya dan lebih banyak mengurusi penyanyi dangdut generasi baru yang diorbitkan setelah acara pencarian bakat di salah satu televisi selesai.No, Olla tidak benar-benar merendahkan mereka. Ia hanya sedang mencari pelampiasan kemarahannya saja.Semua ini gara-gara Kristal sialan itu, pikirnya kesal.“Lain kali, gunakan otakmu lebih dulu sebelum bertindak!” Bentakan manajernya membuat Olla tersa
“Sayang, aku ngidam.”“Ngidam apa?”Suara Kai yang terdengar siaga membuat Kristal terkekeh. Ia baru keluar dari kantor polisi bersama Jean dan beberapa associate mereka untuk mengurus kasus yang baru dilimpahkan kepada mereka seminggu yang lalu.“Makan siang bareng kamu.”Jean yang mendengar ucapan Kristal langsung tidak bisa menahan kikikannya, membuat Kristal langsung melotot padanya dan Jean hanya mengacungkan dua jari sebagai tanda damai.“Kamu belum makan siang?” Kai justru terdengar khawatir. “Ini udah jam dua, Sayang.”Kristal langsung berpikir cepat untuk mengalihkan perhatian suaminya. Ia memang telat makan siang karena urusannya di kantor polisi menyita wakt
“Kamu pernah ikut blind date nggak?”“Eh?”Aksa tertawa melihat reaksi Kristal yang kaget. “Aku nanya doang, lho, Princess.”“Wah, kamu butuh tips buat blind date, ya?” goda Kristal yang langsung membuat Aksa kembali tertawa.“Begitulah.” Aksa mengedikkan bahunya. “Kayak… apa, ya? Kalau dipikir-pikir, aku nggak pernah ketemu orang baru dengan tujuan ingin memiliki hubungan romantis sama orang ini.”Kristal mengangguk mengerti. Ia menyendok tiramisunya sebelum kemudian bicara. “Iya, sih, kalau kuingat, aku juga gitu, kok. Aku selalu berhubungan sama orang yang awalnya ada di satu circle-ku dan murni temenan dulu.
“What the hell?! Mereka make out di ruangan yang nggak dikunci?!”Olla mengipasi wajahnya dengan kesal. Jadi perempuan yang tadi keluar dari lift yang ia masuki sebelumnya adalah Kristal?Saat lift terbuka, ia dikejutkan dengan sosok Rangga yang keluar dari lift dan menatapnya dengan aneh. “Sedang apa Anda di sini?”“Bukan urusanmu,” salak Olla dengan kesal.Cepat-cepat ia menekan tombol untuk menutup lift tersebut. Sial, kenapa juga ia harus terpergok oleh asisten Kai? Apa laki-laki itu akan membocorkannya pada Kai?“Tapi tanpa kasih tahu Kai pun, perempuan sialan itu udah melihatku,” geram Olla dengan kekesalan yang semakin meningkat.Ponselnya berdering begitu ia kelua