Kimberly menunggu kedatangan Malik dengan perasaan tak karuan. Di satu sisi ia ingin segera bertemu dan menghabiskan waktu dengan pria yang sudah menjadi suaminya itu. Namun di sisi lain, Kimberly merasa malu dan salah tingkah setiap kali ada di hadapan Malik.Acara baru selesai satu jam yang lalu. Malik langsung membawanya ke vila ini yang dikhususkan untuk mereka berdua. Kimberly sudah selesai mandi dan memakai pakaian tidur, tapi Malik masih belum kembali ke kamar setelah dipanggil Papi Archer untuk mengobrol.Untuk menghilangkan rasa bosan, Kimberly rebahan di kasur sembari mengecek ponsel. Banyak pesan masuk ke berbagai sosial medianya, berisi ucapan selamat atas pernikahannya dengan Malik.Dari sekian banyak notifikasi, hanya satu yang sangat menarik perhatian Kimberly; Malik ‘menyebutnya’ di postingan terbarunya!“Aaack!” pekik Kimberly, langsung terbangun, duduk.Luar biasa bahagianya saat ia melihat postingan terbaru Malik di instagramnya, yaitu foto candid Kimberly sedang te
Entah sejak kapan, suara deburan ombak tidak lagi menarik bagi Kimberly. Atau lebih tepatnya, ia lupa akan segala hal. Perhatian dan fokusnya tersita habis oleh lelaki di atasnya yang kini tengah menjelajahi bibirnya dengan liar.Kimberly memeluk punggung Malik, dan Malik membalasnya dengan dekapan erat seraya memperdalam pagutannya.Andai saja Malik tak ingat mereka membutuhkan oksigen untuk bernapas, ia tak akan pernah memberi jeda pada tautan bibir mereka.“Boleh aku melakukannya sekarang, Sayang?” bisik Malik dengan napas terengah, menempelkan dahinya di dahi Kimberly.Kimberly menelan saliva. Ia tentu tahu ke mana arah pertanyaan Malik. Jemarinya mencengkeram punggung pria itu dan menjawab lirih, “Aku takut.”“Apa yang kamu takutkan, hem?”“Nggak tahu.”Malik terkekeh pelan. Ia menatap bibir Kimberly yang sedang digigit bagian bawahnya, terlihat sekali jika perempuan itu sedang gugup.Lantas Malik menunduk, mengecupnya hingga Kimberly berhenti menggigit bibirnya sendiri. “Nggak a
Kimberly memekik saat ia turun dari ranjang. Itu membuat Malik—yang baru saja memejamkan mata, sontak terbangun dan duduk.“Kenapa? Ada sesuatu?” tanya Malik, khawatir. Lenyap sudah rasa ngantuk yang semula menyerangnya.“Aku mau jalan ke kamar mandi, tapi kenapa rasanya itu aku sakit sekali?” keluh Kimberly sembari meringis.Malik menatap Kimberly dengan penuh rasa bersalah, tangannya menyingkap helaian rambut Kimberly yang beberapa saat lalu sempat dibanjiri keringat.“Maafkan aku ya,” tutur Malik, lembut. “Gara-gara aku kamu jadi sakit, tapi cuma sekarang saja kok, besok-besok sakitnya akan hilang.”“Ng-nggak! Kamu jangan meminta maaf karena kamu nggak bersalah. Sekarang antar aku ke kamar mandi,” rajuk Kimberly seraya mengangkat kedua tangannya, memberi kode agar Malik memapahnya.Malik tersenyum dan mengerti apa keinginan istrinya itu. Dengan sigap ia turun dari ranjang.“Aaah…! Pakai dulu celana kamu!” pekik Kimberly seraya memalingkan wajah ke arah lain, pipinya seketika beruba
Nyatanya, penampilan seperti perempuan tomboy tidak menghilangkan kecantikan alami Kimberly.Banyak pasang mata para lelaki yang menatapnya lebih dari dua kali. Dan sebagai sesama lelaki, Malik tahu apa arti tatapan mereka.Maka dari itu Malik tidak melepaskan tangannya yang merangkul pinggang Kimberly dengan posesif selama mereka berjalan menyusuri pantai. Seolah-olah Malik ingin menegaskan kepada siapapun yang melihat mereka, bahwa perempuan berambut pirang sepanjang dada itu adalah miliknya.Sesekali Malik mengecup puncak kepala Kimberly. Lalu menutupi kepala perempuan itu dengan kupluk hoodie-nya.“Begini lebih terlindungi.” Dari pandangan pria lain, lanjut Malik dalam hati sembari tersenyum miring.“Iya, kamu bener, anginnya ternyata cukup kencang kalau sore. Kupluk ini lumayan bisa melindungi kepala aku,” celoteh Kimberly sambil menendang-nendang pasir yang ia lewati.Wajah kecilnya tenggelam dalam kupluk yang agak besar itu, membuat Malik tersenyum geli melihat istrinya yang be
Setelah menghabiskan waktu selama tiga hari setelah menikah di Bali—yang sebenarnya lebih banyak dihabiskan di kamar, Malik dan Kimberly pun kembali ke Jakarta siang ini.Kabar pernikahan mereka sudah menyebar di berbagai media meski acara di Bali digelar secara privat. Banyak fans Malik yang penasaran akan siapa sebenarnya sosok yang menjadi istrinya itu.Postingan terakhir Malik pun—gambar Kimberly yang diambil dari samping, dibanjiri ribuan komentar. Ada yang mengucapkan selamat atas pernikahan mereka, ada pula yang memuji kecantikan Kimberly, dan tak sedikit yang mengemukakan rasa kecewa mereka karena Malik pensiun dari dunia balapan.“Kamu nggak menyesal udah berhenti balapan dan nikah sama aku, ‘kan?”Malik yang baru saja menutup pintu mobil yang akan mengantar mereka pulang dari bandara Soekarno Hatta, langsung mengerutkan kening kala mendengar pertanyaan random Kimberly yang duduk di sampingnya.“Kenapa nanyanya kayak gitu, hem? Jangan suka nanya yang aneh-aneh,” jawabnya semba
“Malik! Ini mini zoo buat aku?!”“Iya, aku sengaja menyiapkan tempat ini untuk bikin mini zoo buat kamu,” jawab Malik dengan tenang, yang entah didengar Kimberly atau tidak.Sebab perempuan itu langsung berlari-lari kecil memasuki mini zoo yang dikelilingi pagar papan kayu coklat yang tampak estetik.Malik mengulas senyum, kedua tangannya terlipat di dada seraya memperhatikan Kimberly yang terlihat ceria. Padahal barusan perempuan itu menggerutu dengan bibir merengut, karena mengeluhkan salah satu bagian tubuh sensitifnya yang terasa sakit.Area mini zoo itu tidak terlalu luas dan belum terisi binatang peliharaan. Namun sudah siap huni. Hati Malik terasa menghangat karena usahanya tidak sia-sia. Kimberly terlihat sangat menyukai gagasannya ini.Sementara itu, Kimberly seakan lupa pada kehadiran Malik. Ia antusias melihat satu persatu area kebun binatang tersebut.Di sudut kiri ada
Kedua telapak tangan Malik memeluk punggung Kimberly, lantas ia menarik tubuh ramping itu dan mengeratkan pelukannya. Dalam sekejap mata ia berhasil mendudukkan Kimberly di atas kitchen island.Pagutan yang semula lembut itu kini berubah menjadi kasar dan liar. Napas Malik terasa memburu. Tangannya bergerak nakal dan dengan cekatan ia mulai melepas kancing kemeja hitam yang dikenakan sang istri.“Tunggu!”“Ada apa?” Malik merasa kehilangan saat Kimberly tiba-tiba menjauhkan wajahnya. “Kenapa, hem?” tanyanya sekali lagi.“Kamu belum bawa aku ke lantai tiga. Ada apa di sana?” tanya Kimberly penasaran.Wajah Malik yang semula tampak sedikit frustrasi, seketika berubah cerah dan tersenyum lebar. Dengan perlahan ia menurunkan Kimberly lalu mundur selangkah.“Dengan senang hati, aku akan membawamu ke tempat yang paling inti di rumah ini.” Senyuman Malik berubah sedikit nakal.Kimberly mengerjap, tak percaya jika Malik yang agak kaku dan dingin itu bisa tersenyum smirk seperti barusan. Ia pu
“Apa nggak bisa kalian tinggal bersama kami saja di sini?” tanya Archer dengan ekspresi keberatan setelah Malik membahas bahwa ia akan membawa Kimberly tinggal di rumahnya.“Yang, sekarang mereka sudah menikah, biarkan mereka belajar mandiri, ya?” Feli menyentuh lengan suaminya, berusaha menenangkan pria itu yang terlihat tidak rela melepaskan Kimberly.Archer hanya membuang napas dengan perlahan.“Mami benar, Pi,” timpal Malik, ia berhenti mengunyah makanan sejenak, saat ini mereka sedang makan malam di meja makan. “Saya tahu Mami dan Papi pasti berat melepaskan Kimmy. Dan kami pun bukannya nggak mau tinggal di sini, hanya saja saya ingin lebih mandiri dengan tinggal di rumah kami sendiri, Pi.”“Kan masih sama-sama di Jakarta, Pi,” bujuk Kimberly dengan manja saat Archer masih terlihat belum setuju. “Masih bisa ditempuh perjalanan satu jam, kok. Kalau Papi kangen sama aku tinggal datang aja ke rumah.”“Yes! Nggak bakal ada lagi yang cerewet di rumah ini!” sela Ernest dengan riang.“O