bab selanjutnya extra chapter terakhir ya guys :( mungkin akan di update besok atau lusa....
Empat tahun kemudian.“Eh? Bukannya dia mantan pembalap itu, ‘kan?”“Iya, Jeng, yang kemarin ramai dibahas sama hampir semua orang tua murid itu, Jeng.”“Anaknya beneran sekolah di sini?”“Iya.”“Yang bener? OMG! Kita bakalan ketemu dia terus dong! Ganteng banget ya Tuhan.”“Itu kalau setiap hari dia antar jemput anaknya.”“Eh! Emang setiap hari tauk! Kalian berdua aja yang baru lihat. Pagi dan siang dia selalu antar jemput.”“Duh, suami idaman banget sih…. Beruntung banget yang jadi istri dia. Udah ganteng, kaya, perhatian sama anak, lagi. Ya Tuhan, mau yang begini satu aja, please.”Malik menghela napas berat. Ia tidak bermaksud menguping pembicaraan tiga atau empat wanita—entah yang pastinya berapa orang karena Malik tidak begitu memperhatikan—yang sedang membicarakan dirinya, tapi suara mereka terlalu jelas di telinga Malik, sehingga mau tidak mau ia harus mendengarkan dirinya menjadi bahan gosip ibu-ibu.Sudah satu minggu Timur masuk sekolah ke playgroup. Setiap hari Malik selalu
Setelah hampir empat jam mengasuh putra dan putrinya, Malik akhirnya bisa bernapas lega saat bertemu lagi dengan Kimberly. Raut muka istrinya itu tampak lebih cerah dan ceria. Sepertinya Kimberly sudah tidak badmood lagi gara-gara Malik berfoto dengan Yoana tadi.“Gimana anak-anak? Mereka rewel nggak?” Kimberly mengambil alih anak perempuan berpipi chubby dari pangkuan Malik.“Rewel sih nggak, tapi yah… cukup membuatku berkeringat.” Malik tersenyum dan mengedikkan bahu.Kimberly mengamati suaminya sesaat, lalu tertawa karena penampilan pria itu tampak acak-acakan. Ia mengecup pipi Malik dan berkata, “Terima kasih udah kasih aku waktu buat me time.”Malik mengerjap dan memegangi pipinya sambil bergumam, “Kita harus pulang sekarang, Sayang.”“Kenapa? Kan belum beli susu buat Timur di supermarket.”“Malam ini kita titipin anak-anak di Mami sama Papi aja, ya? Besok kita ambil lagi mereka pagi sebelum aku—Oke oke! Nggak jadi, aku cuma bercanda,” ralat Malik dengan cepat saat Kimberly mencub
Feli beranjak dari tepian ranjang saat seorang pria berkemeja putih memasuki kamar mewah nan luas ini. Bibir Feli mengulas senyuman lebar. Menyambut pria itu yang sudah berganti status menjadi suaminya sejak siang tadi. Dia Archer Space Ivander. Pria tampan berwajah campuran Indonesia-Rusia. Tingginya yang hampir mencapai 190 cm membuat siapapun yang ada di dekatnya seketika menciut. Archer disukai banyak orang karena sifatnya yang baik dan hangat. Hal itu jugalah yang membuat rasa cinta di hati Feli untuk pria ini mengakar kuat di hatinya sejak beberapa tahun yang lalu. “Archer, aku udah nyiapin air hangat buat kamu. Mau mandi sekarang?” tawar Feli. Ia mendekati suaminya. Mengulurkan kedua tangan, berinisiatif untuk melepas kancing kemeja Archer. Feli ingin menjadi istri yang baik untuk suaminya ini. Namun, saat jemari Feli baru membuka kancing teratas kemeja putih itu, tangannya tiba-tiba ditahan oleh Archer. “Kamu pikir, aku menikahi kamu karena mencintaimu?” Feli tersentak.
Empat tahun kemudian.“Papi…? Halo? Papi kapan pulang?”Feli menghela napas berat saat menyaksikan Kimberly—anaknya dan Archer yang baru berusia tiga tahun, tengah berbicara sendiri dengan pelafalan yang masih cadel pada telepon mainan, yang Kimberly tempelkan di telinga kanannya.Feli merasa iba melihat Kimberly yang begitu merindukan ayahnya, yang selama satu bulan ini tidak pulang ke rumah.“Papi…,” rengek Kimberly lagi dengan mata berkaca-kaca.Feli menghentikan kegiatannya yang tengah membuat sketsa gambar gaun pengantin salah satu kliennya. Ia menaruh buku gambar dan pensil ke atas meja. Kemudian meraih Kimberly yang duduk di sampingnya, ke atas pangkuannya.“Kimmy kangen sama Papi, hm?”“Iya, Mi. Aku mau Papi.”Feli tersenyum lembut seraya mengusap puncak kepala putrinya dengan sayang. “Papi lagi kerja dulu, Sayang. Sebentar lagi Papi pulang, kok. Kimmy mau bersabar sebentar lagi?”Kimberly cemberut. Matanya semakin berkaca-kaca, lalu mulai menangis. Mungkin Kimberly kesal, kar
“Feli, apa karena aku nggak ada di rumah, kamu jadi sesuka hati berkencan dengan selingkuhanmu?!”Feli mengerutkan kening. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa Archer bisa menuduhnya berselingkuh. Bukankah di antara mereka Archer-lah yang berselingkuh? “Selingkuhanku apa maksudmu, Archer?” “Jangan pura-pura nggak mengerti,” timpal Archer seraya mengetatkan rahangnya. “Bagaimanapun juga kamu tetap istriku, Feli. Kamu harus menjaga nama baik suamimu di depan orang lain!” Feli tersenyum kecut. Archer ingin dihargai sebagai suami, tetapi dia sendiri tidak pernah menghargainya sebagai seorang istri.Sejujurnya Feli mengakui, Archer tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai suami dalam memberi nafkah lahir. Archer juga menyayangi Kimberly dan menjadi sosok ayah yang baik. Hanya saja, Feli tidak mendapatkan hak batinnya. Hingga Feli merasa menjadi wanita yang tidak dicintai dan tidak diinginkan kehadirannya. Karena yang ada di hati Archer adalah wanita lain. “Masih belum mengerti di man
Ada banyak alasan kenapa Archer tidak menemukan kenyamanan di rumah ini. Salah satunya adalah apa yang baru saja terjadi. Feli selalu punya cara untuk menimpali ucapannya. Bahkan mereka selalu bertengkar setiap kali bertemu. Archer lelah.Dan satu-satunya alasan Archer masih mau pulang ke rumah hanyalah Kimberly.Mengingat Kimberly, Archer jadi merasa bersalah karena sudah meninggalkannya terlalu lama.Archer menyeret langkahnya, hendak menaiki tangga. Namun langkahnya terhenti saat ekor matanya melihat foto Feli dan seorang pria di atas meja makan.Archer berbalik dan mengambil foto tersebut. Rahangnya tampak mengeras. Ia tidak suka melihat ada pria lain yang menggendong anaknya. Terlebih lagi dia adalah selingkuhan Feli.Jemari Archer meremas kedua foto itu hingga menjadi bola kecil. Kemudian membuangnya ke tempat sampah.Tiga puluh menit kemudian, Archer sudah membersihkan tubuh dan berganti pakaian. Ia lantas turun ke lantai dua dan masuk ke kamar Kimberly. Begitu membuka pintu, A
“Boneka kuda poni aku mana, Pi? Papi beliin aku kuda poni, ‘kan?”Seketika Archer terdiam. Tatapan polos dan penuh harap dari bola mata jernih Kimberly membuat lidahnya mendadak terasa kelu.“Pi, kok nggak jawab?”Feli tersenyum ironi. Ia sudah bisa menebak bahwa pria itu pasti melupakan janjinya lagi. Ini untuk ketiga kalinya di tahun ini Archer melupakan janjinya kepada Kimberly.Belvina.Jemari Feli terkepal ketika nama itu melintas di pikirannya, hingga wortel dalam genggamannya terlihat bergetar.Semua ini karena Archer terlalu mengurusi hidup wanita itu, sampai-sampai dia melupakan permintaan putrinya sendiri.“Sayang.” Suara Archer terdengar serak. Dielusnya kepala Kimberly dengan lembut. “Papi... nggak nemu boneka kuda poninya di Singapura,” dustanya dengan tenggorokan tercekat. “Maaf. Siang ini Papi baru akan beli di—”Kalimat Archer seketika terhenti saat Kimberly tiba-tiba turun dari kursi dengan bibir cemberut. Bola matanya berkaca-kaca. Dia lari meninggalkan ruangan makan
Feli segera menyongsong putrinya yang tengah memeluk boneka kuda poni yang seukuran nyaris sama dengan tubuh mungilnya.“Cantik banget bonekanya. Ini… dari papi? Papi datang, ya?” tanya Feli sembari berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka.Kimberly menggeleng cepat hingga tirai poni di dahinya yang lurus dan rapi ikut bergerak. Raut wajahnya sempat suram kala mendengar ayahnya disebut-sebut. Lalu tersenyum lagi sembari mengeratkan pelukannya pada boneka berwarna pink dan ungu itu.“Bukan, Mi. Om Rafi yang ngasih. Ini bonekanya dari Om Rafi!” seru Kimberly dengan riang.Feli tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Om Rafi?”“Hm! Itu Omnya.”Mata Feli yang berwarna hazel itu bergerak mengikuti arah telunjuk putrinya. Benar saja, seorang pria dengan penampilan rapi yang dibalut jas abu-abu, tengah menghampiri mereka sembari tersenyum.“Kimmy udah ngucapin terima kasih sama Om Rafi?”“Sudah, Mi.”“Pintar.” Feli tersenyum sembari mengusap kedua pipi Kimberly. “Sekarang Kimmy temenin