Home / Pernikahan / Istri yang Tak Diinginkan / 4. Boneka Aku Mana, Pi?

Share

4. Boneka Aku Mana, Pi?

Author: Rosa Uchiyamana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ada banyak alasan kenapa Archer tidak menemukan kenyamanan di rumah ini. Salah satunya adalah apa yang baru saja terjadi. Feli selalu punya cara untuk menimpali ucapannya. Bahkan mereka selalu bertengkar setiap kali bertemu. Archer lelah.

Dan satu-satunya alasan Archer masih mau pulang ke rumah hanyalah Kimberly.

Mengingat Kimberly, Archer jadi merasa bersalah karena sudah meninggalkannya terlalu lama.

Archer menyeret langkahnya, hendak menaiki tangga. Namun langkahnya terhenti saat ekor matanya melihat foto Feli dan seorang pria di atas meja makan.

Archer berbalik dan mengambil foto tersebut. Rahangnya tampak mengeras. Ia tidak suka melihat ada pria lain yang menggendong anaknya. Terlebih lagi dia adalah selingkuhan Feli.

Jemari Archer meremas kedua foto itu hingga menjadi bola kecil. Kemudian membuangnya ke tempat sampah.

Tiga puluh menit kemudian, Archer sudah membersihkan tubuh dan berganti pakaian. Ia lantas turun ke lantai dua dan masuk ke kamar Kimberly. Begitu membuka pintu, Archer disambut dengan lampu tidur yang menyorot ke langit-langit ruangan, membentuk bintang-bintang dan bulan berwarna kuning.

Archer tersenyum, duduk di tepian ranjang dan mengecup kening putrinya cukup lama.

Tidur Kimberly terusik. Dia menggeliat dan kelopak matanya perlahan-lahan terbuka. Lalu tersenyum sembari bergumam, “Papi pulang?”

“Iya. Papi pulang.”

Archer menepuk-nepuk punggung Kimberly dengan pelan, hingga akhirnya anak itu kembali tertidur dengan tangan memeluk leher Archer.

Archer tertegun.

Ia tak berani bergerak sedikit pun karena khawatir gerakannya akan membuat Kimberly terbangun lagi.

***

Pagi itu Feli bangun sedikit kesiangan. Sebab semalam ia kembali terserang insomnia.

Setelah melakukan ritual pagi, ia bergegas keluar kamar untuk mengecek kondisi Kimberly. Tidak sedikit pun memedulikan kepalanya yang terasa pening akibat tidurnya yang tidak berkualitas.

“Mamiiii…!”

Seruan riang itu sontak membuat Feli melukiskan senyuman di wajahnya. Ia baru keluar kamar, tapi Kimberly sudah menyambutnya lebih dulu.

Feli berjongkok dan memeluk putrinya yang sudah wangi minyak telon dan bercampur aroma buah-buahan. Lalu mencubit pipi chuby-nya dengan gemas.

“Anak Mami kok udah wangi aja pagi-pagi?”

“Papi mandiin aku, Mi.”

Feli terkejut mendengarnya. Ia kira Kimberly dimandikan oleh Dewi—baby sitter yang sudah mengurus keperluan Kimberly sejak bayi.

Pantas saja wajah Kimberly terlihat lebih ceria daripada sebelumnya. Feli bersyukur karena Archer memperlakukan anak mereka dengan baik. Setidaknya, Kimberly tidak kehilangan sosok ayah kendati hubungan orang tuanya tidak baik.

“Kimmy senang karena papi pulang?”

“Hm!” Kimberly mengangguk cepat. “Mami, ayo kita bikin sarapan buat papi.”

Feli menghela napas tak berdaya saat Kimberly menarik tangannya. Kimberly meniru Feli. Sebab, setiap kali Archer ada di rumah, Feli selalu membuatkan sarapan untuknya. Bukan apa-apa. Hanya saja Feli dan Archer memang sudah berkomitmen untuk terlihat harmonis di depan putri mereka.

Mungkin hal itu jugalah yang membuat Archer malas pulang ke rumah, pikir Feli. Pria itu muak bersandiwara, karena untuk memandang Feli saja Archer tampak enggan.

“Mi! Aku! Aku!”

Kimberly melompat-lompat ingin mengambil pisau dan wortel di tangan Feli.

Feli tersenyum. “Kimmy mau motong wortel?”

“Iya. Mau! Aku mau bikin makanan buat papi!”

“Ini pisaunya Mami, Sayang. Pisau Kimmy disimpan di mana, hem?”

“Oh iya lupa.” Kimberly menepuk jidatnya gemas. “Mami, tunggu!” Kemudian anak itu berlari cepat menuju ruang keluarga untuk mengambil pisau plastik miliknya.

Feli terkekeh sendiri melihat tingkah laku menggemaskan putrinya. Anak itu selalu menjadi penghibur Feli di kala hatinya sedang gundah. Dan menjadi teman baiknya di saat Feli merasa kesepian.

Selagi Kimberly mengambil pisaunya, Feli melanjutkan kembali aktifitasnya memotong wortel.

“Ada luka di lutut Kimmy. Apa yang terjadi?”

Kedatangan Archer yang tiba-tiba membuat pisau nyaris terpeleset ke jari telunjuk Feli. Feli menoleh ke arah Archer sekilas. Pria itu terlihat sudah mandi dan segar tapi masih mengenakan pakaian santai.

“Jatuh.”

“Di?”

“Di butik. Kemaren.”

Archer berdecak lidah. Ia melipat tangannya di depan dada dan menatap Feli penuh selidik. “Karena kamu terlalu asyik ngobrol sama lelaki bernama Rafi itu? Jadi kamu mengabaikan Kimmy sampai dia jatuh, begitu?”

Feli menghentikan kegiatannya, lalu menghela napas berat dan menjawab, “Karena kamu menganggapku begitu, ya anggap saja begitu kenyataannya.”

Karena sekalipun Feli membantah dan menjelaskan kejadian yang sebenarnya bahwa Kimberly terjatuh sebelum Rafi masuk butik, Archer tak akan mempercayai ucapannya.

Rahang Archer mengeras. Ia baru akan membuka mulut hendak menimpali ucapan Feli, akan tetapi langkah kaki kecil yang berlari ke arah mereka membuat Archer mengurungkan niatnya.

“Mami, mana wortel aku?”

Feli menarik kedua sudut bibirnya ke atas, lalu menyerahkan satu batang wortel pada putrinya.

“Yeay! Potong wortel buat papi!” Kimberly melompat-lompat kegirangan, lalu membawa pisau dan wortelnya ke meja makan.

Archer mengikuti Kimberly dan duduk di sampingnya. Matanya mengawasi tangan anak itu karena khawatir kulitnya yang putih tergores pisau mainan.

“Kok, Papi kemaren kerjanya lama banget, sih?” celetuk Kimberly tiba-tiba, yang membuat Archer nyaris tersedak salivanya sendiri.

“Papi kerjanya jauh, Sayang.” Archer mengacak rambut panjang nan lurus milik Kimberly. “Jadi Papi nggak bisa bolak-balik ke rumah seperti biasanya.”

“Oooh. Papi capek nggak?”

“Nggak dong. Papi cari uang buat kamu, jadi nggak ada yang capek kalau untuk anak Papi yang cantik ini.”

Kimberly terkikik sembari menutupi mulutnya dengan telapak tangan. Anak itu paling senang kalau digombali ayahnya.

Di lain pihak, Feli berusaha menarik napas dalam-dalam untuk melonggarkan dadanya yang sesak. Ia tak dapat membayangkan, akan sekecewa apa Kimberly kalau tahu ayahnya pergi selama itu demi wanita lain.

Feli menoleh ke arah meja makan, memperhatikan interaksi anak dan ayah itu yang terlihat akrab. Mereka tertawa bersama. Gelak tawanya terdengar menggema di seisi ruang makan dan dapur yang tak bersekat.

Dalam kondisi dan penampilan seperti apapun, Archer selalu terlihat tampan dan rapi. Hidungnya yang tinggi, senyumannya yang memukau dan mampu melelehkan siapa saja yang menatapnya, serta tubuhnya yang tinggi dan kekar membuat siapapun yang ada dalam pelukannya merasa aman dan nyaman.

Namun sayang, Feli tak pernah mendapatkan pelukan itu. Feli tak tahu bagaimana rasanya dipeluk dan bermanja di atas dada bidang suaminya sendiri.

Lalu… Feli teringat dengan Belvina. Rasa penasaran itu tiba-tiba memenuhi relung hatinya. Apakah setiap kali mereka bertemu, Belvina selalu mendapat pelukan dari Archer? Selain berpelukan, apa lagi yang mereka lakukan di belakangnya? Sudah sejauh mana hubungan mereka berdua?

Sorot mata Feli seketika meredup.

Namun ia tak berhak merasa iri, bukan? Karena sejak awal, Feli hanya orang ketiga di dalam hubungan Archer dan Belvina.

“Pi?” panggil Kimberly sembari memotong wortel dengan sekuat tenaga.

“Ya, Sayang? Butuh bantuan?”

“Nggak! Aku bisa sendiri.”

Archer tersenyum kecil. “Iya, anak Papi memang hebat,” pujinya, “jadi? Ada apa kamu panggil Papi barusan?”

Kimberly menghentikan kegiatannya, kedua bola mata jernihnya menatap Archer dengan tatapan polos. “Boneka kuda poni aku mana, Pi? Papi beliin aku kuda poni, ‘kan?”

***

Comments (10)
goodnovel comment avatar
Nova Vaw
semua ortu pst kalah ny ma anak
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
Feli ini pas kecil ga mendqpatkan sosok ayah sebelum tau ayahnya siapa, pas dikandungan juga mengasingkan diri sama Leica dan menikah pun dapat suami yg ga menghargainya.. kasihan sekali nasibmu Feli
goodnovel comment avatar
Susi
semoga si suami cepat sadar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri yang Tak Diinginkan   5. Terlalu Sibuk

    “Boneka kuda poni aku mana, Pi? Papi beliin aku kuda poni, ‘kan?”Seketika Archer terdiam. Tatapan polos dan penuh harap dari bola mata jernih Kimberly membuat lidahnya mendadak terasa kelu.“Pi, kok nggak jawab?”Feli tersenyum ironi. Ia sudah bisa menebak bahwa pria itu pasti melupakan janjinya lagi. Ini untuk ketiga kalinya di tahun ini Archer melupakan janjinya kepada Kimberly.Belvina.Jemari Feli terkepal ketika nama itu melintas di pikirannya, hingga wortel dalam genggamannya terlihat bergetar.Semua ini karena Archer terlalu mengurusi hidup wanita itu, sampai-sampai dia melupakan permintaan putrinya sendiri.“Sayang.” Suara Archer terdengar serak. Dielusnya kepala Kimberly dengan lembut. “Papi... nggak nemu boneka kuda poninya di Singapura,” dustanya dengan tenggorokan tercekat. “Maaf. Siang ini Papi baru akan beli di—”Kalimat Archer seketika terhenti saat Kimberly tiba-tiba turun dari kursi dengan bibir cemberut. Bola matanya berkaca-kaca. Dia lari meninggalkan ruangan makan

  • Istri yang Tak Diinginkan   6. Terciduk

    Feli segera menyongsong putrinya yang tengah memeluk boneka kuda poni yang seukuran nyaris sama dengan tubuh mungilnya.“Cantik banget bonekanya. Ini… dari papi? Papi datang, ya?” tanya Feli sembari berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka.Kimberly menggeleng cepat hingga tirai poni di dahinya yang lurus dan rapi ikut bergerak. Raut wajahnya sempat suram kala mendengar ayahnya disebut-sebut. Lalu tersenyum lagi sembari mengeratkan pelukannya pada boneka berwarna pink dan ungu itu.“Bukan, Mi. Om Rafi yang ngasih. Ini bonekanya dari Om Rafi!” seru Kimberly dengan riang.Feli tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Om Rafi?”“Hm! Itu Omnya.”Mata Feli yang berwarna hazel itu bergerak mengikuti arah telunjuk putrinya. Benar saja, seorang pria dengan penampilan rapi yang dibalut jas abu-abu, tengah menghampiri mereka sembari tersenyum.“Kimmy udah ngucapin terima kasih sama Om Rafi?”“Sudah, Mi.”“Pintar.” Feli tersenyum sembari mengusap kedua pipi Kimberly. “Sekarang Kimmy temenin

  • Istri yang Tak Diinginkan   7. Calon Ayah Baru

    “Oh. Jadi ini kelakuanmu di belakangku, Feli!”Feli yang tengah menyesap minumannya langsung tersedak begitu mendengar suara seseorang yang tak asing di telinga.Rafi menyambar selembar tisu lalu menyerahkannya kepada Feli, dan hal itu tak luput dari pandangan Archer yang kini berdiri di dekat meja mereka dengan ekspresi dingin.“Bisa nggak kamu nanyanya nunggu aku selesai minum dulu?” gerutu Feli sembari mengeringkan bajunya yang terkena air menggunakan tisu pemberian Rafi.“Oh. Anda pasti suaminya Feli.” Rafi bangkit berdiri, tersenyum sambil mengulurkan tangan kanan. Mencoba menghargai suami kliennya ini. “Perkenalkan, saya Rafi,” katanya dengan tenang.Archer mengalihkan tatapannya dari Feli ke arah tangan Rafi, lalu berpaling lagi ke arah lain seolah-olah tak menganggap kehadiran Rafi sama sekali.Satu sudut bibir Rafi terangkat. Merasa Archer enggan menerima uluran tangannya, Rafi lantas menarik tangannya kembali dan menjejalkannya ke saku celana.“Kami hanya makan siang, tadi s

  • Istri yang Tak Diinginkan   8. Kemarahan

    Feli menggeleng sembari tersenyum miris saat Archer menuduhnya dengan tuduhan yang begitu menyakitkan. Salah satu sudut hati Feli terasa nyeri mendengarnya, seakan-akan ia adalah ibu yang buruk bagi Kimberly.“Ya, kamu benar. Aku memang menyuruh Kimberly untuk meminta boneka pada pria lain yang akan menjadi ayah barunya.” Satu sudut bibir Feli terangkat begitu melihat ekspresi Archer semakin suram dan sorot matanya menggelap. “Bukankah itu yang mau kamu dengar, Archer?”“Aku baru tahu, wanita yang dipercayai oleh orang tuaku ternyata murahan.” Gigi-gigi Archer bergemeretak seperti tengah menahan amarah.“Ya, anggap saja aku wanita murahan. Lalu apa urusanmu? Bukannya kamu nggak pernah peduli dengan kehidupanku?”Feli tersenyum manis yang terkesan dibuat-buat, kedua tangannya terkepal erat yang masih terkunci di atas kepalanya.“Oh ya, aku baru ingat. Kalau aku yang cuma makan siang dengan klienku ini kamu anggap murahan, lalu bagaimana dengan kekasihmu itu, Archer?” Feli mengerjap, me

  • Istri yang Tak Diinginkan   9. I Love You

    Archer tak tahu pasti apa yang hatinya rasakan begitu mendengar ucapan Kimberly. Ada rasa kecewa ketika putri yang ia besarkan selama ini tidak melihat usahanya sebagai ayah yang ingin memberikan yang terbaik. Namun, di sisi lain ada rasa benci kepada dirinya sendiri, karena bisa-bisanya ia lupa pada sesuatu yang sangat diinginkan putrinya. Hingga kini anak itu berbalik kecewa kepadanya.Menghela napas panjang, Archer lantas melanjutkan kembali langkahnya. Lalu memanggil Bik Sumi—pelayan rumah tangganya, yang tengah mengelap guci di bawah tangga.Bik Sumi menghampirinya dengan langkah tergopoh-gopoh. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?”“Siapkan es batu untuk mengompres. Lalu bawa ke kamar Feli dan bantu dia untuk….” Archer menggantungkan kalimatnya sembari berpikir sesaat. Ketika menyadari keadaan tubuh Feli yang telanjang di bawah selimut, ia lantas meralat, “Siapkan saja alat kompresnya. Nanti saya yang bawa sendiri.”Bik Sumi mengerjap. Ia agak terkejut mendengar perintah tuannya yan

  • Istri yang Tak Diinginkan   10. Hargai Suamimu

    Feli merasakan tubuhnya pegal-pegal ketika ia terbangun. Pergelangan tangannya pun tidak semerah sebelumnya dan tidak terasa begitu sakit. Ini cukup aneh, pikirnya. Mengingat sebelum terlelap ia melihat kulit tangannya tampak sangat merah.Feli turun dari ranjang dan melihat pakaiannya yang semula berserakan di lantai, kini terlipat rapi di atas sofa. Tidak mungkin Archer yang melakukannya, bukan?Lagi pula, selama ini setiap kali Archer selesai meminta haknya, dia selalu meninggalkan Feli dalam keadaan hati yang terluka.Setelah membersihkan tubuh dan berganti pakaian, Feli pun mencari keberadaan Kimberly di kamarnya. Namun anak itu tidak terlihat.“Wi, Kimmy ke mana, ya?” Feli menemui Dewi di kamar belakang, kamar khusus untuk para pekerja di rumah ini.“Oh? Adek pergi sama tuan, Nya.”Feli tidak begitu terkejut mendengarnya. “Pergi ke mana?”“Katanya mau beli es krim ke tokonya Argi.”Feli mengangguk mengerti. Ia pun meninggalkan tempat itu sembari menghela napas panjang. Feli tida

  • Istri yang Tak Diinginkan   11. Otak dan Hati Nuranimu Kurang Sehat

    “Mami…! Kita mau ketemu Kak Aurora?”“Mm-hm.”“Uncle Auriga juga ada? Uncle udah pulang?!”“Udah, Sayang.”“Yeay…!”Suara melengking Kimberly yang diiringi gelak tawa dari dalam kamar membuat rasa penat Archer sedikit terobati.Seperti yang lalu-lalu, Archer tak pernah merasa nyaman setiap kali berada di rumah ini. Setiap harinya selalu membuatnya jenuh dan sesak, seolah rumah mewah yang lengkap dengan segala fasilitas ini tidak bisa memberinya kenyamanan sedikit pun.Berbeda dengan rumah sederhana yang ditempati Belvina. Seemosi apapun Archer saat Belvina melakukan kesalahan, wanita itu tak pernah sekalipun membantah atau berbicara kasar. Belvina selalu menurut dan patuh. Mungkin hal itu jugalah yang membuat Archer nyaman dan mencintai wanita itu setiap waktu.Archer mengeluarkan ponsel. Ia baru akan menyentuh ikon telepon pada nomor Belvina saat suara ketukan high heels terdengar menuruni tangga. Diikuti langkah-langkah kecil yang berlari ke arahnya.“Papi! Aku udah cantik belum?” K

  • Istri yang Tak Diinginkan   12. Keluarga Cemara

    “Aku tahu kamu nggak sehat,” balas Auriga, masih dengan tatapan anehnya. “Maksudku… otak dan hati nuranimu yang kurang sehat.”Seketika Archer terdiam. Rahangnya berkedut seraya menatap Auriga dengan tatapan sedikit tajam.Apa Auriga tahu hubungannya dengan Belvina? Apa dia juga tahu bagaimana kacaunya rumah tangganya dengan Feli?Archer bertanya-tanya dalam hati sembari mengepalkan kedua belah telapak tangannya.“Apa maksudmu, Bang?” tanya Archer dengan suara dingin.Suasana di ruang keluarga mendadak hening. Gendarly dan Feli saling tatap satu sama lain. Sedangkan Axl tampak menyeruput kopi pahitnya dengan santai, seolah-olah dia tidak begitu peduli pada perubahan atmosfer di antara anak-anaknya.“Kurasa kamu pasti mengerti ke mana arah pembicaraanku?” Satu sudut bibir Auriga terangkat.Pertanyaan itu membuat Archer semakin yakin jika Auriga mengetahui sesuatu tentang rumah tangganya."Kamu sengaja mencari tahu untuk-"“Hahahaha….” Tawa puas Auriga seketika terdengar membahana di ru

Latest chapter

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 12 (TAMAT)

    Setelah hampir empat jam mengasuh putra dan putrinya, Malik akhirnya bisa bernapas lega saat bertemu lagi dengan Kimberly. Raut muka istrinya itu tampak lebih cerah dan ceria. Sepertinya Kimberly sudah tidak badmood lagi gara-gara Malik berfoto dengan Yoana tadi.“Gimana anak-anak? Mereka rewel nggak?” Kimberly mengambil alih anak perempuan berpipi chubby dari pangkuan Malik.“Rewel sih nggak, tapi yah… cukup membuatku berkeringat.” Malik tersenyum dan mengedikkan bahu.Kimberly mengamati suaminya sesaat, lalu tertawa karena penampilan pria itu tampak acak-acakan. Ia mengecup pipi Malik dan berkata, “Terima kasih udah kasih aku waktu buat me time.”Malik mengerjap dan memegangi pipinya sambil bergumam, “Kita harus pulang sekarang, Sayang.”“Kenapa? Kan belum beli susu buat Timur di supermarket.”“Malam ini kita titipin anak-anak di Mami sama Papi aja, ya? Besok kita ambil lagi mereka pagi sebelum aku—Oke oke! Nggak jadi, aku cuma bercanda,” ralat Malik dengan cepat saat Kimberly mencub

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 11. Time Flies

    Empat tahun kemudian.“Eh? Bukannya dia mantan pembalap itu, ‘kan?”“Iya, Jeng, yang kemarin ramai dibahas sama hampir semua orang tua murid itu, Jeng.”“Anaknya beneran sekolah di sini?”“Iya.”“Yang bener? OMG! Kita bakalan ketemu dia terus dong! Ganteng banget ya Tuhan.”“Itu kalau setiap hari dia antar jemput anaknya.”“Eh! Emang setiap hari tauk! Kalian berdua aja yang baru lihat. Pagi dan siang dia selalu antar jemput.”“Duh, suami idaman banget sih…. Beruntung banget yang jadi istri dia. Udah ganteng, kaya, perhatian sama anak, lagi. Ya Tuhan, mau yang begini satu aja, please.”Malik menghela napas berat. Ia tidak bermaksud menguping pembicaraan tiga atau empat wanita—entah yang pastinya berapa orang karena Malik tidak begitu memperhatikan—yang sedang membicarakan dirinya, tapi suara mereka terlalu jelas di telinga Malik, sehingga mau tidak mau ia harus mendengarkan dirinya menjadi bahan gosip ibu-ibu.Sudah satu minggu Timur masuk sekolah ke playgroup. Setiap hari Malik selalu

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 10. Timur Malvin Rozano

    “Sayang! Gimana kondisi kamu? Apanya yang sakit?!” tanya Malik dengan raut muka menegang sambil berlari menghampiri ranjang yang ditempati Kimberly. “Perut aku sakit… pinggang aku juga panas.” Kimberly meringis kesakitan. Namun ada yang berubah dalam sorot matanya, ia seolah-olah merasa lega dan aman setelah melihat kedatangan suaminya. Malik merundukan badan, memeluk Kimberly dan mengecup keningnya berkali-kali. Ia berbisik, “Sabar, ya. Maaf aku terlambat.” “Bau!” Malik terkejut saat Kimberly mendorong dadanya. “Eh? Kenapa? Siapa yang bau?” “Kamu,” jawab Kimberly seraya menggigit bibir bawah, menahan rasa sakit yang kembali menyerang dan rasanya tak tertahankan. “Kamu bau debu.” “Ah, ini….” Malik menggaruk tengkuk dan menghidu tubuhnya sendiri. “Barusan aku naik motor, Sayang. Soalnya di jalan macet banget, nggak mungkin bisa sampai dengan cepat kalau aku tetap pakai mobil,” jelasnya sambil menggenggam tangan sang istri. “Apa perlu aku ganti baju dulu? Tapi aku nggak bawa baju c

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 9. Kontraksi

    7 bulan kemudian.“Kakak, jangan lupakan aku. Aku juga adik kamu, adik yang paling ganteng!”“Diam!” Kimberly menjauhkan wajah Ernest dari hadapannya. “Kamu ngehalangin pemandangan aku tahu nggak?”Ernest cemberut.Kemudian Kimberly tersenyum lebar pada bayi berusia 4 bulan yang baru saja membuka mata, di atas kasur yang ia dan Ernest duduki.“Selamat siang Cheryl! Adiknya Kakak yang paling cantik! Nyenyak banget tidurnya ya?” goda Kimberly dengan nada bicara khas anak-anak.Cheryl tersenyum. Dia berguling sendiri hingga tengkurap.“Ugh! Jangan percaya sama kelembutan kakak kita, Dek, aslinya dia itu cerewet dan galak. Kamu kalau sudah besar nanti pasti jadi bahan omelan dia—auwh!” Ernest tiba-tiba mengaduh saat Kimberly menjewer telinganya.“Diam,” bisik Kimberly dengan kesal. “Jangan meracuni otak bayi dengan omongan kamu yang negatif itu ya!”“Aku ‘kan bicara apa adanya,” gumam Ernest sembari mengusap-usap telinga.Kimberly mendelik pada Ernest, lalu kembali tersenyum lebar pada Ch

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 8. Babymoon II

    “Gimana perasaan kamu?” bisik Malik seraya mengelus pipi Kimberly dengan lembut.Kimberly terdiam. Harusnya ia yang bertanya seperti itu kepada Malik.Detik berikutnya, Kimberly tersenyum lebar, tangannya mengusap-usap perut dan berseru riang, “Anak kita sepertinya senang banget, Babe! Dia bikin perasaan aku jadi makin bahagia setelah lihat kamu ngendarain motor balap barusan!”“Benarkah?” Malik ikut tersenyum lebar.Kimberly mengangguk cepat. Ia langsung melompat ke pelukan Malik, melingkarkan tangan di leher pria yang masih memakai baju balapan yang dulu sering dia pakai. Malik terlihat tampan sekali dengan baju itu, mengingatkan Kimberly akan kebersamaan mereka sebelum menikah.“Terima kasih, ya! Aku jadi rindu nonton kamu balapan.” Kimberly terkekeh, suaranya terdengar teredam karena bibirnya terbenang di pundak Malik. “Kalau kamu? Gimana perasaan kamu sekarang?”“Perasaanku?” ulang Malik.“Hm-hm. Apa barusan bisa mengobati kerinduan kamu sama balapan?”“Iya.” Malik bergumam dan m

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 7. Babymoon

    Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 waktu Andorra. Kimberly merebahkan tubuhnya di kasur berseprai abu tua. Matanya menatap plafon putih dengan penerangan lampu warm white.Mereka baru saja tiba di Andorra pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ini atas inisiatif Kimberly yang mengidam ingin tidur di kamar Malik, di rumahnya yang ada di Andorra. Setelah mendengar keinginan istrinya, Malik langsung memesan tiket pesawat.“Ternyata begini rasanya ada di kamar kamu.” Kimberly terkekeh dan melirik Malik yang baru saja selesai memindahkan semua pakaian mereka dari koper ke dalam lemari.Tadi Kimberly berniat membantu, tapi Malik melarangnya dan malah menyuruhnya untuk istirahat.“Gimana rasanya? Aneh?” Malik melepas kaos putihnya dan menghampiri ranjang.“Nyaman banget!” Kimberly meringis, ia mengangkat kedua tangan ke atas untuk menyambut Malik yang baru saja menaiki ranjang dan memeluknya. Tangan Kimberly mengalung di leher Malik.Ia sempat menahan napas dengan jantung berdebar-deb

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 6. Para Suami Nunggu Istri

    “Tunggu! tunggu! Mami nggak salah dengar, ‘kan? Kamu… hamil?”Kimberly mengangguk cepat berkali-kali sembari tersenyum lebar.Feli tercengang. Ia dan Archer saling tatap satu sama lain dengan tatapan terkejut. Lalu detik berikutnya keduanya sama-sama menghela napas lega dan tertawa.“Ya Tuhan, terima kasih… Mami senang sekali dengarnya, Sayang!” ucap Feli dengan mata berbinar-binar dan memeluk Kimberly. “Pantas saja akhir-akhir ini Mami ngerasa ada yang berbeda sama kamu.”“Oh ya? Mami bisa ngelihat perubahan aku? Kok aku nggak?”“Mami ini ibu kamu, Kim. Selama dua puluh satu tahun tinggal bareng-bareng, masa Mami nggak bisa menyadari sesuatu yang berbeda sama kamu?” Feli terkekeh kecil, tangannya menepuk-nepuk punggung Kimberly. Ekspresi wajahnya terlihat cerah, secerah langit siang ini di luar sana. Walau air matanya tampak menggenang, tapi itu adalah tangis kebahagiaan.“Mami kok nangis?” tanya Kimberly sesaat setelah pelukannya terlepas. Ia cemberut seraya menangkup pipi sang ibu.

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 5. Suami Sigap

    Gimana kalau sekarang Malik sedang mencari kesenangan di luar karena keadaan di rumah tidak membuatnya nyaman?Satu pertanyaan itu tiba-tiba membuat Kimberly menegakkan punggung. Wajahnya menegang. Air matanya seakan tak ingin berhenti mengalir saat membayangkan Malik melampiaskan kekesalannya dengan menghabiskan waktu bersama wanita lain.“Kamu jahat!” Kimberly menangis sambil membenamkan wajah di atas lutut. “Kamu main pergi begitu aja tanpa memikirkan perasaanku!”Setelah cukup lama menangis sendirian hingga ruangan kamarnya berubah gelap karena sudah memasuki malam, Kimberly akhirnya mandi supaya pikirannya lebih jernih.Dua puluh menit kemudian, ia sudah berganti pakaian dan tubuhnya terasa segar, tapi pikirannya tetap saja kacau. Kimberly mencoba menghubungi Malik lagi, tapi berakhir sia-sia.“Non Kimmy, mau makan malam, Non? Makanannya sudah siap di meja,” ujar Bik Nining yang menghampiri kamar Kimberly.Kimberly menggeleng lesu. “Aku nggak lapar, Bik. Nanti saja makannya.”“No

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 4. Malik Pergi

    “Sayang, aku pulang!”Mendengar seruan Malik, secara spontan Kimberly terbangun dan menaruh remote di meja. Lalu ia bergegas menyongsong Malik ke pintu utama dengan langkah-langkah cepat.“Kamu bawa nasi lemaknya?” tanya Kimberly dengan mata berbinar-binar.“Bawa dong. Nih!”Kimberly tersenyum lebar saat Malik menunjukkan bingkisan di tangannya. Ia langsung merebut bingkisan tersebut. “Terima kasih!” serunya, ceria.Tepat saat Malik akan mengecup bibir Kimberly—sesuatu yang selalu Malik lakukan setiap kali pulang ke rumah, Kimberly tiba-tiba melesat pergi, membuat bibir Malik tidak punya tempat untuk berlabuh.“Hey! Kenapa pergi begitu aja?” protes Malik, yang tak ditanggapi Kimberly. Malik hanya menghela napas pasrah, lalu melangkah masuk mengikuti sang istri.Kimberly terlihat sedang menghidu aroma nasi lemak yang masih terbungkus. Malik tersenyum, lalu mengambil piring bersih dan menaruhnya di meja.“Ini pasti kerjaan kamu nih, Mama kamu senang banget cuma dapat nasi lemak doang,”

DMCA.com Protection Status