Share

242. Candu

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-26 21:39:09

Sinar matahari yang mengintip di celah-celah tirai membuat tidur Archer terganggu. Keningnya mengernyit. Feli yang sedang tertidur nyenyak dalam pelukannya adalah pemandangan pertama yang ia lihat begitu membuka mata.

Bukan di kasur mereka tidur. Melainkan di atas sofa panjang, tempat yang sempit itu membuat tubuh keduanya saling melekat erat selama tidur.

Keduanya baru sama-sama terlelap pukul tiga dini hari, setelah semalaman menemani Ernest yang melek, bangun, melek lagi dan bangun lagi.

Archer mengulum senyum seraya memperhatikan wajah cantik sang istri yang tampak kelelahan. Gairah yang menggebu-gebu membuat Archer tak bisa menahan diri lagi, setiap kali Ernest tidur Archer tidak membiarkan Feli menganggur. Mumpung mood wanitanya itu sedang baik, sebab jika mood-nya buruk Archer tak yakin Feli mau disentuh olehnya.

"Sunshine," bisik Archer seraya mengelus lembut pipi Feli.

Feli tidak menjawab, dengkuran halusnya masih terdengar teratur. Karena tidak ingin mengganggu tidur sang is
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri yang Tak Diinginkan   243. Malu

    “Lain kali kunci pintu dan lakukan di tempat yang jauh dari jangkauan anak-anak.”Archer terkejut kala mendengar suara sang ayah mertua, yang tiba-tiba duduk di sunbed sebelahnya.Yang membuat Archer makin terkejut adalah ucapan Nicko tersebut, seolah-olah menjurus pada satu hal yang tabu.“Maksud Papa?” tanya Archer dengan mata menyipit. “Papa sengaja masuk ke kamar Feli?”Nicko mendengus mendengarnya. “Kimmy bangun semalam, dia mencari kalian berdua lalu keluar kamar dan ketemu Papa. Papa bawa dia masuk lagi ke kamar kalian, tapi di kamar mandi berisik sekali,” sindir Nicko, yang membuat Archer seketika diserang rasa malu dan canggung.Archer mengusap tengkuk, ia seakan kehabisan stok kata-kata untuk mengelak ucapan sang ayah mertua. Telinganya memerah menahan malu.“Lain kali pastikan pintu terkunci dan jauh dari jangkauan telinga anak-anak.” Nicko merebahkan diri dan mengenakan kacamata hitam.Kali ini Archer menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. Ia berharap bisa menghi

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-26
  • Istri yang Tak Diinginkan   244. Ngambek

    "Damn! Apa yang sedang anak itu lakukan?!” desis Archer dengan mata membulat tajam.Seketika Feli menoleh ke arahnya dengan penuh tanya. “Kenapa sih, Yang?”“Aku harus memberitahu anak itu supaya jangan mendekati Kimmy.”Feli mengikuti arah pandang sang suami. Barulah saat itu ia mengerti apa yang membuat Archer belingsatan. Ada anak laki-laki yang tengah memberikan permen lolipop kepada Kimberly. Kedua anak itu mengobrol sampai tertawa-tawa. Kemudian saling kejar mengejar.Dengan sigap Feli menahan dada Archer agar mengurungkan niatnya untuk melangkah. “Mau ngapain?”“Ngajak Kimmy pulang.”“Biarin aja sebentar lagi, biar dia main dulu, Sayang.”“Main sama laki-laki?” Mata Archer memicing ke arah Feli.“Anak laki-laki,” ralat Feli seraya memutar bola matanya malas. “Lagian kenapa kamu harus marah, hem? Mereka lagi main.”“Memberi hadiah dan berjalan sambil pegangan tangan. Apa itu main yang diwajarkan?” ujar Archer dengan tatapan tak suka saat melirik anak laki-laki yang sekarang seda

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-27
  • Istri yang Tak Diinginkan   245. Buah Apel

    “Mami, Kakak penjual risol itu dirawat di sini?”“Iya, Sayang. Namanya Malik, ya. Panggil dia Kak Malik. Jangan Kakak Penjual Risol.”Kimberly mengangguk. “Semoga aku nggak lupa ya, Mi.”Feli terkekeh mendengarnya, lantas didorongnya pintu ruang rawat inap VIP di hadapan. Bik Ijah menyambut kedatangan mereka tapi Feli tidak melihat Malik di ruangan itu.“Maliknya ke mana, Bik?”“Lagi di kamar mandi, Nyonya.”Feli mengangguk mengerti, ia menyerahkan parsel buah di tangannya kepada wanita paruh baya itu. “Bik, tolong bersihin dan kupasin buahnya, ya.”“Bibik! Aku mau apel!” seru Kimberly sambil naik ke atas sofa.“Siap, Non.” Bik Ijah tersenyum, mengacungkan ibu jarinya pada Kimberly. “Mau semua apelnya Bibik kupasin?”“Iya!” Kimberly mengangguk. “Semua apelnya buat aku.”“Lho, untuk Kak Maliknya mana dong?” Feli ikut duduk di samping putrinya.“Eh, iya. Itu buahnya untuk Kak Malik ya, Mi? Aku ‘kan banyak di rumah, ya. Kak Malik nggak punya, kasihan,” keluhnya dengan nada setengah meren

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-27
  • Istri yang Tak Diinginkan   246. Gombal Aja Terus

    Setelah berbincang cukup lama, Feli akhirnya menyuruh Malik agar rebahan di kasur dan istirahat. Feli melihat sorot mata Malik tampak lelah tapi anak itu tidak mengeluh dan tetap mendengarkan serta menanggapi celotehan Kimberly yang tanpa titik koma. Padahal baru dua kali bertemu, tapi Kimberly sudah mau cerita panjang lebar dengan Malik. Kimberly yang bawel dan Malik yang tipe pendengar, mereka terlihat cocok sebagai teman atau saudara, pikir Feli. Yang tentu saja jika pemandangan itu dilihat Archer, maka ekspresi suaminya itu akan langsung mengeras. “Tante, boleh aku ketemu Om Archer?” Feli mengangguk seraya menarik selimut hingga menutupi dada Malik. “Om Archer memang akan menemui kamu, tapi gantian dengan Tante. Sekarang Om lagi jagain Ernest.” Malik mengangguk mengerti. “Ada sesuatu yang mau kamu bicarain ke suami Tante?” Sekali lagi Malik mengangguk. “Aku… mau ceritain apa yang sempat Om Archer minta waktu itu.” Feli paham, Malik sudah bersedia menceritakan mengenai kehid

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-27
  • Istri yang Tak Diinginkan   247. Obat Marah

    Malam itu langit tampak cerah. Feli tersenyum lebar seraya memandangi kerlap-kerlip dari puluhan kunang-kunang yang beterbangan di hadapannya. “Kenapa bisa ada kunang-kunang di sini?” gumamnya, tangannya ingin menangkap kunang-kunang itu tapi dia urungkan. Kasihan. Biarkan kunang-kunang terbang dengan bebas, sesuai takdir hidupnya. “Gimana? Kamu suka?” “Astaga…!” pekik Feli saat sebuah lengan kekar tiba-tiba memeluk perutnya dari belakang, ditambah lagi suaranya yang dalam dan berat, membuat Feli sempat berpikir bahwa lelaki itu adalah penjahat atau pencuri yang menyusup ke dalam rumah. Namun, dengan cepat Feli mengenali aroma tubuh sang suami yang begitu harum memabukkan. Suaminya itu baru saja pulang ke rumah dan tadi siang dia sempat izin akan pulang telat untuk mengurus masalah panti asuhan itu. “Kebiasaan deh, ngagetin!” desis Feli dengan galak. “Jadi gimana? Suka nggak kunang-kunangnya? Kamu belum jawab pertanyaanku.” Feli sedikit menggeliat ketika merasakan sesuatu yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-27
  • Istri yang Tak Diinginkan   248. Kalau Ada Yang Lihat Gimana?

    Hari ini adalah hari diputuskannya hukuman untuk Eden di pengadilan atas kejahatan yang dia lakukan. Namun, baik Feli maupun Archer, keduanya sama-sama tidak datang ke pengadilan dan memilih menunggu kabar dari Vicky.Mereka berdua pergi ke rumah sakit untuk menjemput Malik yang sudah dibolehkan pulang oleh dokter. Bik Ijah membantu merapikan barang-barang yang akan dibawa pulang.“Aku sudah boleh pulang, Tante?” tanya Malik dengan wajah ceria setelah dokter meninggalkan ruangan tersebut.Feli mengangguk. “Iya, kondisi kamu sudah mulai pulih dan boleh pulang,” jawabnya lembut.Keceriaan di wajah Malik seketika hilang, dia menunduk, iris mata hitamnya tampak sendu seraya menatap selimut di hadapannya. Malik tidak punya tujuan untuk pulang. Kalau boleh, dia ingin menginap di rumah sakit saja lebih lama lagi sembari memikirkan ke mana ia harus pulang dan pekerjaan apa yang bisa menghasilkan uang untuk anak seusianya.Feli yang menyadari perubahan raut muka Malik pun segera memeluk anak i

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-27
  • Istri yang Tak Diinginkan   249. Genit

    “Oh My God!!!”Bik Ijah terkesiap sambil berseru menirukan gaya orang Barat saat sedang terkejut. Kantong kresek berisi baju kotor Malik di tangannya terlempar keluar pintu. Matanya membelalak melihat kedua majikannya sedang berciuman di tangga. Spontan ia membalikkan tubuh dan menutupi mata dengan telapak tangan.“Ada apa, Ijah? Ngapain berhenti di sini?”“Ssstt!” Bik Ijah menempelkan ibu jari di mulut satpam yang akan mengantarkan barang belanjaan ke dapur. “Jangan berisik! Sana keluar lagi. Simpan aja belanjaannya di situ!” tunjuknya ke arah dekat pintu.“Lah, tadi nyuruh saya bawa ini. Katanya capek dan barangnya berat, sekarang malah ngusir. Gimana, sih?”“Sudah sana! Jangan berisik. Nanti kamu dipecat sama Tuan. Mau?”Pria berkumis itu garuk-garuk kepala. “Saya nggak punya salah, ngapain dipecat?”“Pokoknya pergi dari sini sekarang. Nurut aja sama aku.”Bik Ijah berdecak lidah. Dia membalikkan tubuh satpam itu dan mendorongnya keluar sekuat tenaga.Setelah kepergian satpam, sudu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28
  • Istri yang Tak Diinginkan   250. Kimberly Yang Manja

    Selesai makan siang Kimberly masih saja cemberut dan marah kepada ayahnya dan Malik. Meski begitu, Kimberly sempat memakan habis brokolinya karena ia selalu diajarkan untuk tidak menyisakan makanan.“Maaf, dia marah gara-gara aku,” aku Malik dengan tatapan bersalah, kepalanya tertunduk lesu di depan Archer yang sedang minum kopi di meja makan, serta Feli yang tengah mengupas apel.“Tadinya aku mau ngajak dia bercanda, biar dia mau makan brokoli, tapi aku malah membuat dia kecewa.”“Udah, nggak usah dikhawatirin, ya,” ujar Feli lembut. “Kimmy anaknya memang sangat sensitif, Malik. Dan kami sudah biasa dengan sifatnya yang seperti itu. Kamu jangan merasa bersalah begitu. Hm?”Mata Malik mengerjap. “Sensitif?”“Iya.” Archer menjawab setelah menaruh cangkir kopi di atas tatakan. “Perasaannya memang sangat halus. Kalau sedikit saja hatinya tergores, ya bakalan seperti sekarang. Ngambek dan sulit diajak baikan,” ujarnya, terkekeh kecil. Putrinya itu memang unik. Tak jauh berbeda dengan istr

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 12 (TAMAT)

    Setelah hampir empat jam mengasuh putra dan putrinya, Malik akhirnya bisa bernapas lega saat bertemu lagi dengan Kimberly. Raut muka istrinya itu tampak lebih cerah dan ceria. Sepertinya Kimberly sudah tidak badmood lagi gara-gara Malik berfoto dengan Yoana tadi.“Gimana anak-anak? Mereka rewel nggak?” Kimberly mengambil alih anak perempuan berpipi chubby dari pangkuan Malik.“Rewel sih nggak, tapi yah… cukup membuatku berkeringat.” Malik tersenyum dan mengedikkan bahu.Kimberly mengamati suaminya sesaat, lalu tertawa karena penampilan pria itu tampak acak-acakan. Ia mengecup pipi Malik dan berkata, “Terima kasih udah kasih aku waktu buat me time.”Malik mengerjap dan memegangi pipinya sambil bergumam, “Kita harus pulang sekarang, Sayang.”“Kenapa? Kan belum beli susu buat Timur di supermarket.”“Malam ini kita titipin anak-anak di Mami sama Papi aja, ya? Besok kita ambil lagi mereka pagi sebelum aku—Oke oke! Nggak jadi, aku cuma bercanda,” ralat Malik dengan cepat saat Kimberly mencub

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 11. Time Flies

    Empat tahun kemudian.“Eh? Bukannya dia mantan pembalap itu, ‘kan?”“Iya, Jeng, yang kemarin ramai dibahas sama hampir semua orang tua murid itu, Jeng.”“Anaknya beneran sekolah di sini?”“Iya.”“Yang bener? OMG! Kita bakalan ketemu dia terus dong! Ganteng banget ya Tuhan.”“Itu kalau setiap hari dia antar jemput anaknya.”“Eh! Emang setiap hari tauk! Kalian berdua aja yang baru lihat. Pagi dan siang dia selalu antar jemput.”“Duh, suami idaman banget sih…. Beruntung banget yang jadi istri dia. Udah ganteng, kaya, perhatian sama anak, lagi. Ya Tuhan, mau yang begini satu aja, please.”Malik menghela napas berat. Ia tidak bermaksud menguping pembicaraan tiga atau empat wanita—entah yang pastinya berapa orang karena Malik tidak begitu memperhatikan—yang sedang membicarakan dirinya, tapi suara mereka terlalu jelas di telinga Malik, sehingga mau tidak mau ia harus mendengarkan dirinya menjadi bahan gosip ibu-ibu.Sudah satu minggu Timur masuk sekolah ke playgroup. Setiap hari Malik selalu

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 10. Timur Malvin Rozano

    “Sayang! Gimana kondisi kamu? Apanya yang sakit?!” tanya Malik dengan raut muka menegang sambil berlari menghampiri ranjang yang ditempati Kimberly. “Perut aku sakit… pinggang aku juga panas.” Kimberly meringis kesakitan. Namun ada yang berubah dalam sorot matanya, ia seolah-olah merasa lega dan aman setelah melihat kedatangan suaminya. Malik merundukan badan, memeluk Kimberly dan mengecup keningnya berkali-kali. Ia berbisik, “Sabar, ya. Maaf aku terlambat.” “Bau!” Malik terkejut saat Kimberly mendorong dadanya. “Eh? Kenapa? Siapa yang bau?” “Kamu,” jawab Kimberly seraya menggigit bibir bawah, menahan rasa sakit yang kembali menyerang dan rasanya tak tertahankan. “Kamu bau debu.” “Ah, ini….” Malik menggaruk tengkuk dan menghidu tubuhnya sendiri. “Barusan aku naik motor, Sayang. Soalnya di jalan macet banget, nggak mungkin bisa sampai dengan cepat kalau aku tetap pakai mobil,” jelasnya sambil menggenggam tangan sang istri. “Apa perlu aku ganti baju dulu? Tapi aku nggak bawa baju c

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 9. Kontraksi

    7 bulan kemudian.“Kakak, jangan lupakan aku. Aku juga adik kamu, adik yang paling ganteng!”“Diam!” Kimberly menjauhkan wajah Ernest dari hadapannya. “Kamu ngehalangin pemandangan aku tahu nggak?”Ernest cemberut.Kemudian Kimberly tersenyum lebar pada bayi berusia 4 bulan yang baru saja membuka mata, di atas kasur yang ia dan Ernest duduki.“Selamat siang Cheryl! Adiknya Kakak yang paling cantik! Nyenyak banget tidurnya ya?” goda Kimberly dengan nada bicara khas anak-anak.Cheryl tersenyum. Dia berguling sendiri hingga tengkurap.“Ugh! Jangan percaya sama kelembutan kakak kita, Dek, aslinya dia itu cerewet dan galak. Kamu kalau sudah besar nanti pasti jadi bahan omelan dia—auwh!” Ernest tiba-tiba mengaduh saat Kimberly menjewer telinganya.“Diam,” bisik Kimberly dengan kesal. “Jangan meracuni otak bayi dengan omongan kamu yang negatif itu ya!”“Aku ‘kan bicara apa adanya,” gumam Ernest sembari mengusap-usap telinga.Kimberly mendelik pada Ernest, lalu kembali tersenyum lebar pada Ch

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 8. Babymoon II

    “Gimana perasaan kamu?” bisik Malik seraya mengelus pipi Kimberly dengan lembut.Kimberly terdiam. Harusnya ia yang bertanya seperti itu kepada Malik.Detik berikutnya, Kimberly tersenyum lebar, tangannya mengusap-usap perut dan berseru riang, “Anak kita sepertinya senang banget, Babe! Dia bikin perasaan aku jadi makin bahagia setelah lihat kamu ngendarain motor balap barusan!”“Benarkah?” Malik ikut tersenyum lebar.Kimberly mengangguk cepat. Ia langsung melompat ke pelukan Malik, melingkarkan tangan di leher pria yang masih memakai baju balapan yang dulu sering dia pakai. Malik terlihat tampan sekali dengan baju itu, mengingatkan Kimberly akan kebersamaan mereka sebelum menikah.“Terima kasih, ya! Aku jadi rindu nonton kamu balapan.” Kimberly terkekeh, suaranya terdengar teredam karena bibirnya terbenang di pundak Malik. “Kalau kamu? Gimana perasaan kamu sekarang?”“Perasaanku?” ulang Malik.“Hm-hm. Apa barusan bisa mengobati kerinduan kamu sama balapan?”“Iya.” Malik bergumam dan m

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 7. Babymoon

    Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 waktu Andorra. Kimberly merebahkan tubuhnya di kasur berseprai abu tua. Matanya menatap plafon putih dengan penerangan lampu warm white.Mereka baru saja tiba di Andorra pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ini atas inisiatif Kimberly yang mengidam ingin tidur di kamar Malik, di rumahnya yang ada di Andorra. Setelah mendengar keinginan istrinya, Malik langsung memesan tiket pesawat.“Ternyata begini rasanya ada di kamar kamu.” Kimberly terkekeh dan melirik Malik yang baru saja selesai memindahkan semua pakaian mereka dari koper ke dalam lemari.Tadi Kimberly berniat membantu, tapi Malik melarangnya dan malah menyuruhnya untuk istirahat.“Gimana rasanya? Aneh?” Malik melepas kaos putihnya dan menghampiri ranjang.“Nyaman banget!” Kimberly meringis, ia mengangkat kedua tangan ke atas untuk menyambut Malik yang baru saja menaiki ranjang dan memeluknya. Tangan Kimberly mengalung di leher Malik.Ia sempat menahan napas dengan jantung berdebar-deb

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 6. Para Suami Nunggu Istri

    “Tunggu! tunggu! Mami nggak salah dengar, ‘kan? Kamu… hamil?”Kimberly mengangguk cepat berkali-kali sembari tersenyum lebar.Feli tercengang. Ia dan Archer saling tatap satu sama lain dengan tatapan terkejut. Lalu detik berikutnya keduanya sama-sama menghela napas lega dan tertawa.“Ya Tuhan, terima kasih… Mami senang sekali dengarnya, Sayang!” ucap Feli dengan mata berbinar-binar dan memeluk Kimberly. “Pantas saja akhir-akhir ini Mami ngerasa ada yang berbeda sama kamu.”“Oh ya? Mami bisa ngelihat perubahan aku? Kok aku nggak?”“Mami ini ibu kamu, Kim. Selama dua puluh satu tahun tinggal bareng-bareng, masa Mami nggak bisa menyadari sesuatu yang berbeda sama kamu?” Feli terkekeh kecil, tangannya menepuk-nepuk punggung Kimberly. Ekspresi wajahnya terlihat cerah, secerah langit siang ini di luar sana. Walau air matanya tampak menggenang, tapi itu adalah tangis kebahagiaan.“Mami kok nangis?” tanya Kimberly sesaat setelah pelukannya terlepas. Ia cemberut seraya menangkup pipi sang ibu.

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 5. Suami Sigap

    Gimana kalau sekarang Malik sedang mencari kesenangan di luar karena keadaan di rumah tidak membuatnya nyaman?Satu pertanyaan itu tiba-tiba membuat Kimberly menegakkan punggung. Wajahnya menegang. Air matanya seakan tak ingin berhenti mengalir saat membayangkan Malik melampiaskan kekesalannya dengan menghabiskan waktu bersama wanita lain.“Kamu jahat!” Kimberly menangis sambil membenamkan wajah di atas lutut. “Kamu main pergi begitu aja tanpa memikirkan perasaanku!”Setelah cukup lama menangis sendirian hingga ruangan kamarnya berubah gelap karena sudah memasuki malam, Kimberly akhirnya mandi supaya pikirannya lebih jernih.Dua puluh menit kemudian, ia sudah berganti pakaian dan tubuhnya terasa segar, tapi pikirannya tetap saja kacau. Kimberly mencoba menghubungi Malik lagi, tapi berakhir sia-sia.“Non Kimmy, mau makan malam, Non? Makanannya sudah siap di meja,” ujar Bik Nining yang menghampiri kamar Kimberly.Kimberly menggeleng lesu. “Aku nggak lapar, Bik. Nanti saja makannya.”“No

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 4. Malik Pergi

    “Sayang, aku pulang!”Mendengar seruan Malik, secara spontan Kimberly terbangun dan menaruh remote di meja. Lalu ia bergegas menyongsong Malik ke pintu utama dengan langkah-langkah cepat.“Kamu bawa nasi lemaknya?” tanya Kimberly dengan mata berbinar-binar.“Bawa dong. Nih!”Kimberly tersenyum lebar saat Malik menunjukkan bingkisan di tangannya. Ia langsung merebut bingkisan tersebut. “Terima kasih!” serunya, ceria.Tepat saat Malik akan mengecup bibir Kimberly—sesuatu yang selalu Malik lakukan setiap kali pulang ke rumah, Kimberly tiba-tiba melesat pergi, membuat bibir Malik tidak punya tempat untuk berlabuh.“Hey! Kenapa pergi begitu aja?” protes Malik, yang tak ditanggapi Kimberly. Malik hanya menghela napas pasrah, lalu melangkah masuk mengikuti sang istri.Kimberly terlihat sedang menghidu aroma nasi lemak yang masih terbungkus. Malik tersenyum, lalu mengambil piring bersih dan menaruhnya di meja.“Ini pasti kerjaan kamu nih, Mama kamu senang banget cuma dapat nasi lemak doang,”

DMCA.com Protection Status