Hari ini adalah hari diputuskannya hukuman untuk Eden di pengadilan atas kejahatan yang dia lakukan. Namun, baik Feli maupun Archer, keduanya sama-sama tidak datang ke pengadilan dan memilih menunggu kabar dari Vicky.Mereka berdua pergi ke rumah sakit untuk menjemput Malik yang sudah dibolehkan pulang oleh dokter. Bik Ijah membantu merapikan barang-barang yang akan dibawa pulang.âAku sudah boleh pulang, Tante?â tanya Malik dengan wajah ceria setelah dokter meninggalkan ruangan tersebut.Feli mengangguk. âIya, kondisi kamu sudah mulai pulih dan boleh pulang,â jawabnya lembut.Keceriaan di wajah Malik seketika hilang, dia menunduk, iris mata hitamnya tampak sendu seraya menatap selimut di hadapannya. Malik tidak punya tujuan untuk pulang. Kalau boleh, dia ingin menginap di rumah sakit saja lebih lama lagi sembari memikirkan ke mana ia harus pulang dan pekerjaan apa yang bisa menghasilkan uang untuk anak seusianya.Feli yang menyadari perubahan raut muka Malik pun segera memeluk anak i
âOh My God!!!âBik Ijah terkesiap sambil berseru menirukan gaya orang Barat saat sedang terkejut. Kantong kresek berisi baju kotor Malik di tangannya terlempar keluar pintu. Matanya membelalak melihat kedua majikannya sedang berciuman di tangga. Spontan ia membalikkan tubuh dan menutupi mata dengan telapak tangan.âAda apa, Ijah? Ngapain berhenti di sini?ââSsstt!â Bik Ijah menempelkan ibu jari di mulut satpam yang akan mengantarkan barang belanjaan ke dapur. âJangan berisik! Sana keluar lagi. Simpan aja belanjaannya di situ!â tunjuknya ke arah dekat pintu.âLah, tadi nyuruh saya bawa ini. Katanya capek dan barangnya berat, sekarang malah ngusir. Gimana, sih?ââSudah sana! Jangan berisik. Nanti kamu dipecat sama Tuan. Mau?âPria berkumis itu garuk-garuk kepala. âSaya nggak punya salah, ngapain dipecat?ââPokoknya pergi dari sini sekarang. Nurut aja sama aku.âBik Ijah berdecak lidah. Dia membalikkan tubuh satpam itu dan mendorongnya keluar sekuat tenaga.Setelah kepergian satpam, sudu
Selesai makan siang Kimberly masih saja cemberut dan marah kepada ayahnya dan Malik. Meski begitu, Kimberly sempat memakan habis brokolinya karena ia selalu diajarkan untuk tidak menyisakan makanan.âMaaf, dia marah gara-gara aku,â aku Malik dengan tatapan bersalah, kepalanya tertunduk lesu di depan Archer yang sedang minum kopi di meja makan, serta Feli yang tengah mengupas apel.âTadinya aku mau ngajak dia bercanda, biar dia mau makan brokoli, tapi aku malah membuat dia kecewa.ââUdah, nggak usah dikhawatirin, ya,â ujar Feli lembut. âKimmy anaknya memang sangat sensitif, Malik. Dan kami sudah biasa dengan sifatnya yang seperti itu. Kamu jangan merasa bersalah begitu. Hm?âMata Malik mengerjap. âSensitif?ââIya.â Archer menjawab setelah menaruh cangkir kopi di atas tatakan. âPerasaannya memang sangat halus. Kalau sedikit saja hatinya tergores, ya bakalan seperti sekarang. Ngambek dan sulit diajak baikan,â ujarnya, terkekeh kecil. Putrinya itu memang unik. Tak jauh berbeda dengan istr
Feli membawa nampan berisi teh kamomil hangat dan cookies kesukaan Archer, ke ruangan kerja suaminya itu. Dia mendorong pintu perlahan dan melongokan kepala. Terlihat pria itu sedang memegangi mouse dengan tatapan fokus ke layar MacBook.Seolah menyadari kehadiran seseorang, mata elang pria itu beralih ke arah pintu.Feli tersenyum kecil dan berbisik, âBoleh aku masuk?âAlih-alih menjawab, Archer justru malah bangkit berdiri dan menghampiri Feli, membuat Feli mengerjapkan mata dan tak enak hati sudah mengganggu konsentrasi sang suami.âHarus aku tegaskan berapa kali lagi supaya kamu sadar kalau aku ini milikmu sepenuhnya, hem?â ujar Archer seraya membuka pintu lebar-lebar, sehingga bukan hanya kepala saja yang terlihat, tapi seluruh tubuh istrinya terpampang di depan mata. âNggak usah izin-izin lagi. Kamu boleh sesuka hati melakukan apa yang kamu suka padaku.ââIsh! Nggak bisa begitu,â sanggah Feli, dia tidak menolak ketika Archer mengambil alih nampan dari tangannya. âKamu juga punya
âAku akan pergi hari ini.âMalik duduk di samping Kimberly, ucapannya barusan membuat anak perempuan yang rambutnya digerai itu seketika melemparkan boneka kuda poni di tangannya. Kimberly menoleh, menatap Malik dengan mata membulat jernih.âKak Malik mau pergi ke mana?âMalik tersenyum. âKe tempat aku akan tinggal nanti.ââRumah Kak Malik?ââBukan.â Anak berusia sepuluh tahun itu menggelengkan kepalanya, membuat rambutnya yang hitam lurus ikut bergerak. âTapi ke panti asuhan.âKimberly yang sudah tahu apa itu panti asuhan karena sering diajak orang tuanya saat donasi, langsung cemberut dan membuang muka dari Malik.Malik tampak terkejut melihatnya. Dia berpindah posisi duduk ke sisi yang dipandangi Kimberly, tapi Kimberly langsung membuang muka lagi ke arah lain.âHeyâĶ kenapa kok ngambek?â Jemari Malik mengacak rambut halus anak itu.âKenapa Kak Malik harus pergi, sih?! Kenapa nggak tinggal aja di sini? Kan kamar tamu kosong, kalau Kakak takut tidur sendirian di kamar itu, Kakak bisa
Proses penyerahan Malik ke pihak terkait berlangsung sangat mengharukan. Padahal pertemuannya dengan Malik bisa dihitung dengan jari, tapi Feli merasa berat melepas anak malang itu.Bahkan Kimberly ângambekâ dan menangis sebelum turun dari mobil, tapi setelah Malik berjanji akan datang untuk menemuinya dan akan memberikan risol suatu saat nanti, Kimberly pun berhenti menangis dan merelakan kepergiannya. Sementara itu, air muka Archer tampak biasa-biasa saja. Namun dari sorot matanya, Feli bisa melihat kalau pria itu pun merasa sedih. Hanya saja rasa gengsi Archer yang setinggi langit, membuatnya menyembunyikan perasaannya itu. âOm, Tante, sekali lagiâĶ terima kasih banyak.â Malik tersenyum lebar dengan mata berkaca-kaca, menatap Feli dan Archer bergantian. âSemoga Tuhan membalas semua kebaikan keluarga Om Archer.â Feli mengaminkan. Dia memeluk Malik cukup lama seraya mengelus-elus punggung kurusnya. Kemudian melepaskannya lagi dan berkata, âTante yakin, kamu akan menjadi orang sukse
Archer hanya tersenyum menanggapi ucapan istrinya yang sedang memelotot ke arahnya. Tangan Archer terulur, mengusap puncak kepala Feli.âKenapa nggak jawab?â desak Feli tak sabar. âJangan-jangan tebakanku benar. Iya?ââDi antara klien terdekatku, Erlangga Group adalah yang terbaik, Sunshine. Itu akan bagus untuk masa depan Kimmy.ââTapi Kimmy masih kecil! AstagaâĶ!â Mata Feli merotasi malas. Dia memukul dada suaminya dan kembali berkata dengan jengkel, âJangan cuma mikirin masalah bisnis, pikirin juga perasaan Kimmy kalau udah dewasa nanti. Dia mau atau nggak.ââIya, Cinta, iya,â ujar Archer lembut seraya mengelus-elus punggung Feli dengan telapak tangannya. âKan ini baru rencana, belum resmi karena mereka memang sama-sama masih kecil.âFeli tidak bisa lagi menanggapi ucapan suaminya karena Tuan Erlangga bersama keluarganya sudah menghampiri mereka.Archer dan Feli menyalami Nyonya Erlangga yang rambutnya sudah sama-sama memutih. Lalu berikutnya menjabat tangan anak dan menantunya. Ter
Open house itu diadakan di kediaman Tuan Erlangga sendiri. Tidak begitu banyak tamu yang hadir. Erlangga hanya mengundang klien terdekatnya saja. Salah satunya adalah Archer.Selama acara, Archer tidak membiarkan anak dan istrinya jauh-jauh darinya. Hanya Kimberly yang ikut, sementara Ernest kembali dititipkan kepada Leica.Perjamuan makan malam itu sangat meriah. Feli pikir, perihal perjodohan itu tidak akan dibahas lagi malam ini. Namun Feli kecele. Tuan Erlangga sendiri yang mulai membahas hal tersebut kepada mereka berdua, seolah-olah pria paruh baya itu yang paling ângebetâ untuk menjodohkan cucunya dan Kimberly.Astaga. Padahal mereka masih anak-anak!Jika boleh berbangga, Feli sangat bangga kepada suaminya karena Archer adalah pengusaha termuda yang suksesâdi antara semua yang hadir di acara malam ini. Mungkin itu juga yang menjadi alasan kenapa Tuan Erlangga ingin sekali besanan dengan Archer.âSaya ini sudah tua. Makanya mumpung saya masih sehat, saya mau mengurus segala sesu
Setelah hampir empat jam mengasuh putra dan putrinya, Malik akhirnya bisa bernapas lega saat bertemu lagi dengan Kimberly. Raut muka istrinya itu tampak lebih cerah dan ceria. Sepertinya Kimberly sudah tidak badmood lagi gara-gara Malik berfoto dengan Yoana tadi.âGimana anak-anak? Mereka rewel nggak?â Kimberly mengambil alih anak perempuan berpipi chubby dari pangkuan Malik.âRewel sih nggak, tapi yahâĶ cukup membuatku berkeringat.â Malik tersenyum dan mengedikkan bahu.Kimberly mengamati suaminya sesaat, lalu tertawa karena penampilan pria itu tampak acak-acakan. Ia mengecup pipi Malik dan berkata, âTerima kasih udah kasih aku waktu buat me time.âMalik mengerjap dan memegangi pipinya sambil bergumam, âKita harus pulang sekarang, Sayang.ââKenapa? Kan belum beli susu buat Timur di supermarket.ââMalam ini kita titipin anak-anak di Mami sama Papi aja, ya? Besok kita ambil lagi mereka pagi sebelum akuâOke oke! Nggak jadi, aku cuma bercanda,â ralat Malik dengan cepat saat Kimberly mencub
Empat tahun kemudian.âEh? Bukannya dia mantan pembalap itu, âkan?ââIya, Jeng, yang kemarin ramai dibahas sama hampir semua orang tua murid itu, Jeng.ââAnaknya beneran sekolah di sini?ââIya.ââYang bener? OMG! Kita bakalan ketemu dia terus dong! Ganteng banget ya Tuhan.ââItu kalau setiap hari dia antar jemput anaknya.ââEh! Emang setiap hari tauk! Kalian berdua aja yang baru lihat. Pagi dan siang dia selalu antar jemput.ââDuh, suami idaman banget sihâĶ. Beruntung banget yang jadi istri dia. Udah ganteng, kaya, perhatian sama anak, lagi. Ya Tuhan, mau yang begini satu aja, please.âMalik menghela napas berat. Ia tidak bermaksud menguping pembicaraan tiga atau empat wanitaâentah yang pastinya berapa orang karena Malik tidak begitu memperhatikanâyang sedang membicarakan dirinya, tapi suara mereka terlalu jelas di telinga Malik, sehingga mau tidak mau ia harus mendengarkan dirinya menjadi bahan gosip ibu-ibu.Sudah satu minggu Timur masuk sekolah ke playgroup. Setiap hari Malik selalu
âSayang! Gimana kondisi kamu? Apanya yang sakit?!â tanya Malik dengan raut muka menegang sambil berlari menghampiri ranjang yang ditempati Kimberly. âPerut aku sakitâĶ pinggang aku juga panas.â Kimberly meringis kesakitan. Namun ada yang berubah dalam sorot matanya, ia seolah-olah merasa lega dan aman setelah melihat kedatangan suaminya. Malik merundukan badan, memeluk Kimberly dan mengecup keningnya berkali-kali. Ia berbisik, âSabar, ya. Maaf aku terlambat.â âBau!â Malik terkejut saat Kimberly mendorong dadanya. âEh? Kenapa? Siapa yang bau?â âKamu,â jawab Kimberly seraya menggigit bibir bawah, menahan rasa sakit yang kembali menyerang dan rasanya tak tertahankan. âKamu bau debu.â âAh, iniâĶ.â Malik menggaruk tengkuk dan menghidu tubuhnya sendiri. âBarusan aku naik motor, Sayang. Soalnya di jalan macet banget, nggak mungkin bisa sampai dengan cepat kalau aku tetap pakai mobil,â jelasnya sambil menggenggam tangan sang istri. âApa perlu aku ganti baju dulu? Tapi aku nggak bawa baju c
7 bulan kemudian.âKakak, jangan lupakan aku. Aku juga adik kamu, adik yang paling ganteng!ââDiam!â Kimberly menjauhkan wajah Ernest dari hadapannya. âKamu ngehalangin pemandangan aku tahu nggak?âErnest cemberut.Kemudian Kimberly tersenyum lebar pada bayi berusia 4 bulan yang baru saja membuka mata, di atas kasur yang ia dan Ernest duduki.âSelamat siang Cheryl! Adiknya Kakak yang paling cantik! Nyenyak banget tidurnya ya?â goda Kimberly dengan nada bicara khas anak-anak.Cheryl tersenyum. Dia berguling sendiri hingga tengkurap.âUgh! Jangan percaya sama kelembutan kakak kita, Dek, aslinya dia itu cerewet dan galak. Kamu kalau sudah besar nanti pasti jadi bahan omelan diaâauwh!â Ernest tiba-tiba mengaduh saat Kimberly menjewer telinganya.âDiam,â bisik Kimberly dengan kesal. âJangan meracuni otak bayi dengan omongan kamu yang negatif itu ya!ââAku âkan bicara apa adanya,â gumam Ernest sembari mengusap-usap telinga.Kimberly mendelik pada Ernest, lalu kembali tersenyum lebar pada Ch
âGimana perasaan kamu?â bisik Malik seraya mengelus pipi Kimberly dengan lembut.Kimberly terdiam. Harusnya ia yang bertanya seperti itu kepada Malik.Detik berikutnya, Kimberly tersenyum lebar, tangannya mengusap-usap perut dan berseru riang, âAnak kita sepertinya senang banget, Babe! Dia bikin perasaan aku jadi makin bahagia setelah lihat kamu ngendarain motor balap barusan!ââBenarkah?â Malik ikut tersenyum lebar.Kimberly mengangguk cepat. Ia langsung melompat ke pelukan Malik, melingkarkan tangan di leher pria yang masih memakai baju balapan yang dulu sering dia pakai. Malik terlihat tampan sekali dengan baju itu, mengingatkan Kimberly akan kebersamaan mereka sebelum menikah.âTerima kasih, ya! Aku jadi rindu nonton kamu balapan.â Kimberly terkekeh, suaranya terdengar teredam karena bibirnya terbenang di pundak Malik. âKalau kamu? Gimana perasaan kamu sekarang?ââPerasaanku?â ulang Malik.âHm-hm. Apa barusan bisa mengobati kerinduan kamu sama balapan?ââIya.â Malik bergumam dan m
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 waktu Andorra. Kimberly merebahkan tubuhnya di kasur berseprai abu tua. Matanya menatap plafon putih dengan penerangan lampu warm white.Mereka baru saja tiba di Andorra pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ini atas inisiatif Kimberly yang mengidam ingin tidur di kamar Malik, di rumahnya yang ada di Andorra. Setelah mendengar keinginan istrinya, Malik langsung memesan tiket pesawat.âTernyata begini rasanya ada di kamar kamu.â Kimberly terkekeh dan melirik Malik yang baru saja selesai memindahkan semua pakaian mereka dari koper ke dalam lemari.Tadi Kimberly berniat membantu, tapi Malik melarangnya dan malah menyuruhnya untuk istirahat.âGimana rasanya? Aneh?â Malik melepas kaos putihnya dan menghampiri ranjang.âNyaman banget!â Kimberly meringis, ia mengangkat kedua tangan ke atas untuk menyambut Malik yang baru saja menaiki ranjang dan memeluknya. Tangan Kimberly mengalung di leher Malik.Ia sempat menahan napas dengan jantung berdebar-deb
âTunggu! tunggu! Mami nggak salah dengar, âkan? KamuâĶ hamil?âKimberly mengangguk cepat berkali-kali sembari tersenyum lebar.Feli tercengang. Ia dan Archer saling tatap satu sama lain dengan tatapan terkejut. Lalu detik berikutnya keduanya sama-sama menghela napas lega dan tertawa.âYa Tuhan, terima kasihâĶ Mami senang sekali dengarnya, Sayang!â ucap Feli dengan mata berbinar-binar dan memeluk Kimberly. âPantas saja akhir-akhir ini Mami ngerasa ada yang berbeda sama kamu.ââOh ya? Mami bisa ngelihat perubahan aku? Kok aku nggak?ââMami ini ibu kamu, Kim. Selama dua puluh satu tahun tinggal bareng-bareng, masa Mami nggak bisa menyadari sesuatu yang berbeda sama kamu?â Feli terkekeh kecil, tangannya menepuk-nepuk punggung Kimberly. Ekspresi wajahnya terlihat cerah, secerah langit siang ini di luar sana. Walau air matanya tampak menggenang, tapi itu adalah tangis kebahagiaan.âMami kok nangis?â tanya Kimberly sesaat setelah pelukannya terlepas. Ia cemberut seraya menangkup pipi sang ibu.
Gimana kalau sekarang Malik sedang mencari kesenangan di luar karena keadaan di rumah tidak membuatnya nyaman?Satu pertanyaan itu tiba-tiba membuat Kimberly menegakkan punggung. Wajahnya menegang. Air matanya seakan tak ingin berhenti mengalir saat membayangkan Malik melampiaskan kekesalannya dengan menghabiskan waktu bersama wanita lain.âKamu jahat!â Kimberly menangis sambil membenamkan wajah di atas lutut. âKamu main pergi begitu aja tanpa memikirkan perasaanku!âSetelah cukup lama menangis sendirian hingga ruangan kamarnya berubah gelap karena sudah memasuki malam, Kimberly akhirnya mandi supaya pikirannya lebih jernih.Dua puluh menit kemudian, ia sudah berganti pakaian dan tubuhnya terasa segar, tapi pikirannya tetap saja kacau. Kimberly mencoba menghubungi Malik lagi, tapi berakhir sia-sia.âNon Kimmy, mau makan malam, Non? Makanannya sudah siap di meja,â ujar Bik Nining yang menghampiri kamar Kimberly.Kimberly menggeleng lesu. âAku nggak lapar, Bik. Nanti saja makannya.ââNo
âSayang, aku pulang!âMendengar seruan Malik, secara spontan Kimberly terbangun dan menaruh remote di meja. Lalu ia bergegas menyongsong Malik ke pintu utama dengan langkah-langkah cepat.âKamu bawa nasi lemaknya?â tanya Kimberly dengan mata berbinar-binar.âBawa dong. Nih!âKimberly tersenyum lebar saat Malik menunjukkan bingkisan di tangannya. Ia langsung merebut bingkisan tersebut. âTerima kasih!â serunya, ceria.Tepat saat Malik akan mengecup bibir Kimberlyâsesuatu yang selalu Malik lakukan setiap kali pulang ke rumah, Kimberly tiba-tiba melesat pergi, membuat bibir Malik tidak punya tempat untuk berlabuh.âHey! Kenapa pergi begitu aja?â protes Malik, yang tak ditanggapi Kimberly. Malik hanya menghela napas pasrah, lalu melangkah masuk mengikuti sang istri.Kimberly terlihat sedang menghidu aroma nasi lemak yang masih terbungkus. Malik tersenyum, lalu mengambil piring bersih dan menaruhnya di meja.âIni pasti kerjaan kamu nih, Mama kamu senang banget cuma dapat nasi lemak doang,â